Sumber: |
Kebutuhan atas moda transportasi yang mendukung mobilitas pemakai yang tinggi membuat permintaan sepeda motor terus meningkat. Tak cuma motor baru, pasar motor bekas di ibukota tak kalah ramai. Salah satu pusat penjualan motor bekas itu ada di Sentra Jual-Beli Motor Bekas di Jalan Condet Raya, Jakarta Timur.
Pemakaian sepeda motor telah menjadi solusi atas kemacetan lalulintas di Jakarta. Dengan mengendarai sepeda motor untuk beraktivitas, kita bisa banyak menghemat waktu di jalan.
Maklum saja, bodi sepeda motor yang ramping membuat pengendaranya leluasa melesat di antara mobil-mobil yang terjebak di tengah kemacetan.
Kelebihan ini plus harganya yang semakin terjangkau membuat permintaan sepeda motor terus meningkat. Produsen sepeda motor, tentu saja, meraup untung besar dari booming penjualan sepeda motor. Selain itu, para penjual motor bekas pun ikut kecipratan untung. Maklum, tidak semua orang mampu membeli motor baru.
Kondisi seperti ini telah memicu munculnya pusat-pusat penjualan sepeda motor bekas. Hampir setiap daerah kini memiliki sentra penjualan motor bekasnya sendiri. Di Jakarta, terutama di kawasan timur, salah satu sentra penjualan motor bekas yang tenar terletak di Jalan Condet Raya.
Lokasi sentra ini berada tidak jauh dari Pusat Grosir Cililitan (PGC). Dengan mudah, Anda bisa menemukan sentra ini saat menyusuri Jalan Condet Raya. Para pedagang biasanya menggantung papan mana bertuliskan nama toko dan merek-merek sepeda motor yang mereka jual.
Selain itu, deretan motor yang terjajar rapi di gerai-gerai itu pun sudah menjadi pertanda bahwa mereka menjual motor bekas. Di sentra ini, terdapat sekitar 40 sampai 50 gerai penjualan motor bekas.
Gerai para penjual sepeda motor ini berada baik di sisi kanan maupun sisi kiri jalan. Tak semua gerai penjualan motor bekas ini bersebelahan satu dengan yang lainnya. Ada beberapa gerai yang terpisah oleh beberapa rumah atau tempat usaha lain.
Mochammad Yunus, pemilik gerai Karkun Motor, menuturkan, sentra ini sudah ada sejak 20 tahun lalu. "Waktu itu baru beberapa gerai yang menjual sepeda motor bekas," kata Yunus.
Lambat laun, banyak pemain baru yang juga berdagang motor bekas di sini. Yunus mengaku baru empat tahun menjalani bisnis jual beli motor bekas di sentra ini setelah pensiun dari pekerjaan sebagai pegawai sipil di Kodam Jaya.
Ukuran gerai di sentra ini seragam. Luasnya sekitar 4 x 9 meter (m). Umumnya, penjual motor bekas di tempat ini menyewa kios dari pemilik rumah. "Biaya sewa per tahun sekitar Rp 10 juta," kata Yunus.
Gerai sebesar itu rata-rata memuat 15-20 unit sepeda motor beraneka merek. Yunus menjual sepeda motor bekas ini dengan harga termurah sebesar Rp 2,5 juta. Harga ini berlaku untuk motor keluaran tahun 1990-an. Untuk motor keluaran tahun 1995, harganya mulai dari Rp 5 juta per unit.
Sementara, harga sepeda motor bekas yang masih tergolong baru yaitu motor keluaran sekitar tahun 2008 atau 2009 sekitar Rp 9 juta-Rp 10 juta. "Bahkan saya juga menjual Honda CBR bekas seharga Rp 25 juta," kata Yunus.
Sementara, Husen, pemilik gerai Abba Motor, mengaku hanya menjual motor bekas yang masih tergolong baru. Dia sangat selektif memilih saat membeli motor. "Karena motor yang masih relatif baru, kualitasnya masih bagus dan mesinnya belum rewel," kata Husen.
Berburu Barang Dagangan dari Lelang
Harga jual motor bekas yang lumayan miring di sentra motor bekas di Condet, Jakarta Timur menjadi daya tarik bagi masyarakat membeli motor bekas di sentra ini. Alhasil, pengunjungnya pun datang dari seluruh penjuru Jakarta, bahkan juga dari daerah lain.
Seiring perjalanan waktu, sentra jual beli motor bekas di Condet, Jakarta Timur berkembang menjadi salah satu pusat motor bekas yang kesohor di seantero Jakarta.
Tentu, bukan tanpa alasan sentra motor ini banyak disambangi pembeli motor second di Jakarta. Sentra ini telah berdiri sejak lama, dan harga jual motor bekas di sini juga lumayan miring.
Husen, pemilik gerai Abba Motor, mengatakan, masyarakat yang datang menjual atau membeli motor bekas ke sentra ini berasal dari seluruh daerah Jakarta.
Mereka, kata Husen, di antaranya berdomisili di daerah Rawa Sari, Jakarta Pusat, Blok M, Jakarta Selatan hingga dari Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pelanggan Karkun Motor milik Mochammad Yunus, bahkan ada yang berasal dari luar Jakarta. "Biasanya mereka membeli motor di show room saya untuk dijual kembali di daerahnya masing-masing," kata Yunus.
Dia bilang, sebagian besar pedagang motor bekas yang menjadi pelanggannya itu berasal dari Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, dan Palembang. "Harga motor bekas di sini lebih murah dari harga motor bekas di show room di daerah mereka. Jadi, mereka bisa mengambil untung lebih banyak ketika menjualnya kembali," tambah Yunus.
Para penjual motor bekas di sentra ini mengaku, laba yang bisa mereka peroleh tergantung kondisi motor dan kelengkapan surat-surat motor yang mereka jual. Tapi secara rata-rata, dari menjual satu unit motor mereka bisa menantongi laba Rp 500.000.
Oleh karena itu, umumnya para pedagang di sentra ini selalu mengecek kelengkapan surat, mesin dan asesoris motor sebelum membeli kotor bekas.
Tahapan yang penting untuk dicek adalah kelengkapan surat-surat. Salah satunya status pajak kendaraan bermotor (PKB). Jika masa berlaku pajaknya sudah mati setahun, maka harga beli sepeda motor oleh pedagang dipotong Rp 500.000. "Sementara jika pajaknya mati lebih dari dua tahun, harganya dipotong Rp 1 juta," ungkap Yunus.
Selain membeli motor bekas dari masyarakat yang menjual motornya, pedagang di sentra ini juga mendapatkan dari acara pelelangan motor bekas. "Biasanya yang menyelenggarakan lelang PT Alto Lelang," ujar Yunus.
PT Alto lelang adalah perusahaan yang menghimpun motor-motor bekas dari konsumen yang gagal membayar cicilan kredit motor, atau istilahnya motor tarikan. Dalam sebulan perusahaan ini bisa menggelar pelelangan beberapa kali.
Sistemnya, sebelum hari pelelangan, perusahaan membuka kesempatan para peserta lelang melihat-lihat ratusan sepeda motor bekas yang akan dilelang selama empat hari. Aktivitas ini biasanya disebut open house. "Kebetulan hari Selasa ini akan ada lelang di Kelapa Gading," ujar Husen.
Peserta lelang telah menyiapkan daftar jenis kendaraan incaran dan juga harga tertinggi yang mampu ditawarkan. Husen, misalnya, lebih suka mencari motor bekas dari hasil lelang karena pilihannya beragam. Sekitar 80% motor bekas yang ia jual berasal dari lelang.
Husen mengakui, motor bekas dari lelang tak selamanya dalam kondisi prima. "Kadang dari sepuluh motor yang dibeli, satu unit motor mesinnya sudah tidak asli lagi," ujar Husen.
Laba Melesat ketika Musim Mudik Tiba
Masa menjelang musim mudik Lebaran menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu para pedagang motor bekas di Condet, Jakarta Timur. Sebab, penjualan motor bekas mereka bakal naik berlipat. Margin laba pun bisa melonjak tinggi. Mereka bisa meraup laba Rp 1 juta dari penjualan satu unit motor bekas.
Namanya juga sentra jual beli motor bekas, berbagai merek motor tersedia di sini. Jenisnya pun lengkap, mulai dari motor bebek hingga motor matik. Konsumen juga bisa memilih umur motor sesuai isi kantong. Ada motor bekas keluaran awal 1990-an yang lebih murah, ada pula motor bekas keluaran tahun 2009 yang lebih mahal.
Berbicara soal tren, biasanya tren di pasar motor bekas mengikuti apa yang terjadi di pasar motor baru. tersebut. Misalnya, beberapa tahun ini motor otomatis (matik) sedang naik daun. Alhasil, permintaan motor matik bekas ikut melonjak.
Menurut Mochammad Yunus pemilik gerai motor bekas Karkun Motor, kini, motor matik yang terpajang di gerainya lebih cepat terjual daripada motor bebek. Karena itu, stok motor matik di gerainya pun tidak pernah menumpuk. "Saat ini, cuma ada satu motor matik Yamaha Mio yang belum terjual," kata Yunus.
Yunus mengaku bisa menjual sekitar 15 motor bekas tiap bulan. Jika rata-rata harga motor bekas yang ia jual seharga Rp 8 juta per unit, artinya ia meraup omzet sekitar Rp 120 juta per bulan.
Bahkan, Husen, pemilik gerai motor bekas Abba Motor, bisa menjual motor bekas minimal sebanyak 20 unit per bulan. Tentu saja, omzetnya lebih tinggi dari Yunus, yakni sekitar Rp 160 juta per bulan. "Marginnya sekitar Rp 200.000-Rp 500.000 per unit," kata Husen.
Omzet para pedagang motor bekas di sentra ini akan melonjak di musim mudik Lebaran. Sebab, banyak orang yang mengadu nasib di Ibukota kini lebih suka mudik memakai sepeda motor.
Pada saat-saham lebaran itu, Yunus mengaku, penjualan motor bekas meningkat minimal dua kali lipat. Tentu saja, omzet dan laba ikut naik. Apalagi, margin laba pun semakin tinggi.
Pada hari biasa, margin laba penjualan motor bekas sekitar Rp 500.000 per unit. Sedangkan, menjelang lebaran keuntungan, yang bisa mereka raih bisa sampai Rp 1 juta per unit.
Sebaliknya, ketika mendekati tahun ajaran baru, penjualan motor bekas di sentra ini relatif sepi pembeli. Ketika KONTAN menyambangi sentra ini, Baidillah, pegawai gerai Karkun Motor, mengaku, belum ada transaksi jual beli motor bekas sama sekali di gerainya saat itu.
Baidillah tidak hanya berperan sebagai pegawai. Dia adalah orang kepercayaan pemilik Karkun Motor yang melakukan transaksi jual beli motor motor bekas. Dia juga berperan sebagai montir yang bertugas mendandani motor bekas yang akan mereka pajang untuk dijual ke pembeli.
Gerai Karkun Motor memang memiliki sedikit ruangan yang berisi berbagai macam onderdil motor. "Butuh waktu sekitar 1-2 hari untuk memperbaiki motor hingga siap jual kembali," ujar Baidillah.
Sementara itu, untuk kebutuhan balik nama, biasanya, tiap penjual motor bekas di sentra ini memiliki jaringan biro jasa langganan masing-masing. "Saya bekerjasama dengan tiga biro jasa untuk mengurus surat-surat motor bekas yang saya beli," ujar Yunus.
Selain menjual sepeda motor bekas, pedagang motor bekas di sentra ini juga bisa menjual motor baru bila memang ada yang memesan atau pembeli. Tapi, itu jarang sekali terjadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News