Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Tradisi membawa oleh-oleh haji mendatangkan berkah bagi pedagang oleh-oleh haji di Tanah Abang. Saat musim haji, omzet pedagang naik hingga 200%. Selain air zam-zam dan kurma, ada tren kenaikan penjualan produk herbal dari Arab seperti minyak habatusauda.
Rasanya memang tak afdol kalau pulang dari Tanah Suci Mekkah tak membawa buah tangan. Apalagi kita punya tradisi: silakan pergi asal pulang membawa oleh-oleh. Bagi si penerima oleh-oleh, mungkin akan berucap: tak soal datang sendiri, asalkan merasakan oleh-olehnya.
Kuatnya tradisi oleh-oleh itulah yang dimanfaatkan oleh para pedagang oleh-oleh haji di Pasar Tanah Abang. Apalagi, dari tahun ke tahun, koleksi oleh-oleh haji di pasar ini semakin lengkap saja. Jadi, tak perlu heran, saat musim haji, pasar ini selalu dipenuhi mantan jemaah yang baru menunaikan ibadah haji.
Para jemaah ini membeli oleh-oleh di Tanah Abang, bukannya tanpa alasan. Setidaknya, dengan membeli oleh-oleh di sini, ongkos belanja jadi lebih irit karena tak perlu menambah ongkos kargo pesawat yang tentu sangat mahal.
Hamzah Fathoni, pemilik toko oleh-oleh haji Kafilah di Tanah Abang mengaku selalu memanen omzet berlipat saat musim haji tiba. "Kenaikan omzet bisa mencapai 200%," ungkap Hamzah.
Dalam musim haji, Hamzah bisa mendulang omzet hingga Rp 45 juta per hari. Sementara pada hari-hari biasa, Hamzah hanya mampu meraih omzet Rp 15 juta.
Demikian juga dengan Roni Rizal, pemilik toko Toyyibah. Seperti Hamzah, dia juga menikmati kenaikan omzet yang besar. Lihat saja, kalau di hari biasa dia hanya mampu menangguk omzet tak lebih dari Rp 10 juta per hari, di musim Lebaran, omzetnya bisa tembus Rp 25 juta per hari
Pedagang sendiri sudah punya patokan kapan musim haji tiba, yakni sejak sebulan sebelum Lebaran Haji dan sebulan setelahnya. Pertanda lain, ketika kelompok terbang (kloter) pertama haji tiba di Tanah Air hingga kedatangan kloter terakhir.
Para pedagang perlu mengetahui pasti hal ini. Maklum, ibaratnya petani, saat musim haji adalah saatnya memanen laba. "Musim haji itu adalah masa panen kami," ujar Hamzah, sumringah.
Menurut Roni, sebenarnya penjualan di saat lebaran Idul Fitri juga bagus. Omzet pun bisa naik meski tak setinggi saat musim haji. Saat Lebaran, yang paling laris adalah penganan Arab dan sandang, sajadah, dan tasbih. "Yang paling laris, jelas baju muslimah," ujar Roni.
Dari sekian banyak aneka bentuk oleh-oleh haji, oleh-oleh makanan seperti air zam-zam dan kurma, tetap menjadi pilihan favorit. Setelah itu ada lampu arab, teko, dan juga gelas arab. "Kurma dan air zam-zam menjadi oleh-oleh wajib," kata Hamzah.
Roni pun menikmati segarnya berjualan air zam-zam dan lezatnya berniaga kurma. Namun, Roni bilang, ada tren baru dalam penjualan oleh-oleh haji tahun ini. "Obat herbal dari Arab sekarang lebih laris daripada tahun lalu," kata Roni.
Obat herbal yang mengalami kenaikan permintaan itu adalah minyak jintan hitam atau dikenal dengan nama habatusauda. "Kenaikan bisa 50% ," kata Roni.
Menurut Roni, kenaikan permintaan habatusauda terjadi karena meningkatnya tren pengobatan alternatif. Dalam menjual habatusauda itu, Roni menjualnya dalam dua bentuk cair dan kapsul.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News