Sumber: Kontan 26/6/2013 | Editor: Havid Vebri
Di kota besar seperti Jakarta, tak sulit menemukan kios-kios percetakan kartu undangan. Namun, berbeda dengan di daerah, seperti Pekanbaru. Di ibukota Provinsi Riau ini hanya terdapat satu sentra percetakan kartu undangan. Lokasinya, di Jalan Ahmad Dahlan, Kecamatan Sukajadi.
Dari bandara Sultan Syarif Kasim II, Anda butuh waktu sekitar 30 menit berkendara untuk bisa sampai ke lokasi sentra itu. Letaknya pun tak jauh dari kantor Gubernur Riau. Nah, di sepanjang kiri dan kanan Jalan Ahmad Dahlan itu terdapat sekitar 50 kios yang menawarkan jasa percetakan undangan.
Setiap kios memajang plang atau banner yang berisi nama kios dan jenis layanan yang mereka tawarkan. Kebanyakan hanya menerima pesanan untuk membuat kartu undangan. Namun, ada juga yang menawarkan jasa pembuatan sablon dan spanduk untuk kampanye.
Ketika KONTAN menyambangi sentra ini pada suatu siang di bulan Mei, terlihat kesibukan di masing-masing kios. Mayoritas pemilik dan penjaga kios sedang melayani customer. Saban hari, sentra ini memang terbilang ramai. Maklum, ini satu-satunya tempat tujuan bagi warga Pekanbaru yang hendak mencetak undangan.
Pengelola kios Rumah Undangan, Rudiyanto bercerita, sentra ini sudah berdiri sejak 2000-an. Awalnya, Jalan Ahmad Dahlan sepi, dan hanya ada rumah penduduk. Kemudian, muncul sekitar lima pengusaha percetakan yang mencoba peruntungan dengan memproduksi undangan.
Kebetulan, saat itu, tren undangan dengan desain modern sudah mulai berkembang. "Ternyata laris, sehingga perlahan jumlah kios terus bertambah, hingga kini mencapai 50 kios," tutur pria yang mengaku salah satu pioneer di sentra percetakan ini.
Menurut Rudiyanto, kiosnya hanya menerima pesanan kartu undangan. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 20.000 per lembar. Yang termahal untuk undangan dengan desain yang dimodifikasi atau kertas khusus.
Ia tidak membatasi jumlah pesanan. Namun, semakin banyak jumlah kartu undangan yang dipesan, harga bisa dinegosiasikan. Rudiyanto mengaku, setiap bulan bisa mengantongi omzet Rp 60 juta-Rp 80 juta, dari menjual 10.000 undangan.
Pemain lain, Adelia, pengelola Farissa Printing pun hanya menerima undangan pernikahan. Ia mematok harga yang beragam, mulai Rp 5.000 hingga Rp 15.000 per lembar. Tiap bulan, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 15 juta.
Berbeda dengan Anton Nugraha. Pemilik Golden Card Advertising ini melebarkan usahanya dengan menerima pesanan selain kartu undangan pernikahan. Ia juga bersedia mencetak undangan untuk acara akikah, khitanan, hingga ulang tahun.
Ia mematok harga Rp 2.000–Rp 10.000 per lembar. Rata-rata, Anton mencetak 5.000 lembar undangan dalam sebulan. Omzetnya sekitar Rp 30 juta.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News