kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Sentra rumput laut Bali: Terbelenggu jalur penjualan satu pintu (2)


Rabu, 08 Juni 2011 / 13:30 WIB
Sentra rumput laut Bali: Terbelenggu jalur penjualan satu pintu (2)
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas dekat logo Bank Indonesia (BI) di gedung BI


Reporter: Feri Kristianto | Editor: Tri Adi

Budidaya rumput laut di desa Kutuh memang mengangkat penghasilan warga. Pembudidaya bisa menyekolahkan anak-anak mereka hingga perguruan tinggi. Namun, selama ini, penjualan rumput laut Kutuh hanya mengandalkan koperasi dan pengepul yang datang tiap panen.

Jangan heran ketika sebelum tahun 1990 ada warga Desa Kutuh, Bali menawarkan tanah mereka kepada orang secara cuma-cuma. Lantaran warga tidak bisa mengolah tanah itu sebagai ladang. Kondisi memprihatinkan ini membuat warga Kutuh terjebak dalam belenggu kemiskinan.

Tetapi semua berubah tatkala budidaya rumput laut tumbuh subur di desa ini. Warga kemudian beralih pekerjaan menjadi pembudidaya rumput laut.

Para penduduk kini bisa menikmati pendapatan layak per bulan. Berkat rumput laut, pendidikan anak-anak di Kutuh lambat laun meningkat. Sekarang sebagian besar anak di Kutuh sudah tamat SMA dan perguruan tinggi. "Lima belas tahun lalu kebanyakan tamat SD sama SMP," kata Nyoman Yasa, Ketua Kelompok Tani Budidaya Rumput Laut Segara Amerta.

Yasa tidak asal mengklaim. Sekarang ini petani rumput laut rata-rata memiliki lahan budidaya minimal tiga are. Lahan itu ditanami rumput laut jenis kotoni.

Rumput laut kotoni lebih kebal terhadap cuaca dan penyakit. Jenis rumput laut ini juga memiliki harga jual bagus karena bisa menjadi bahan baku makanan, obat-obatan, dan kosmetik.

Para pembudidaya rumput laut bisa memanen tanaman ini dalam tempo 1,5 bulan saja. Dari lahan yang digarap rata-rata tiga are, pembudidaya mendapatkan hingga 700 kilogram (kg) rumput laut basah. Panenan itu tidak bisa langsung dijual.

Rumput laut harus terlebih dulu dijemur selama tiga hari dan dibersihkan. Setelah kering, berat rumput laut bakal menyusut. Rata-rata hasil yang bisa dijual hanya 500 kg hingga 600 kg rumput laut kering.

Dengan harga jual berkisar Rp 11.000 per kg, petani memperoleh uang maksimal Rp 6,6 juta. Itu pun masih pendapatan kotor. Pendapatan itu masih akan dikurangi upah buruh angkut dan pembelian tali rafia untuk bibit penanaman berikutnya.

Pendapatan bersih pembudidaya rata-rata Rp 4 juta sekali panen. Jika cuaca bagus, warga Kutuh bisa memanen rumput laut enam hingga delapan kali setahun. Artinya setahun pendapatan warga bisa Rp 32 juta.

Dengan pendapatan itu, sekarang warga Kutuh mampu membangun rumah, membiayai sekolah anak, hingga membeli sepeda motor. "Terus terang cukup, tapi sekarang ini harganya masih rendah, seharusnya bisa tinggi lagi," ungkap Nyoman Konti, salah seorang petani rumput laut.

Pembudidaya mengandalkan koperasi di dekat lahan budidaya mereka untuk penjualan hasil panen. Di koperasi inilah rumput laut dikumpulkan secara berkelompok. Nantinya akan ada pengepul yang membeli.

Yasa bilang, sebenarnya pendapatan petani rumput laut di Kutuh bisa lebih besar daripada yang mereka dapatkan sekarang kalau bisa menjual langsung ke pabrik. Sayang mereka terkendala masalah klise, yakni akses penjualan. Mereka hanya bisa menunggu pengepul datang.

Pengepul datang hanya setiap musim panen. Mereka kebanyakan dari Surabaya dan broker dari pabrik-pabrik kecantikan di Jawa Timur. Saat transaksi, peran pengepul lebih dominan karena mereka menentukan harga. "Kami mengandalkan teman atau ketua kelompok yang melihat harga di internet untuk patokan harga," sambung Yasa.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×