kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra tanaman Kelapa Gading: Lumayan ranum (2)


Rabu, 25 Januari 2012 / 15:54 WIB
Sentra tanaman Kelapa Gading: Lumayan ranum (2)
ILUSTRASI. Penjualan?produk telepon seluler di pusat perbelanjaan Roxy Mas, Jakarta, Minggu (18/10/2020). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Berjualan tanaman hias memang menjanjikan keuntungan yang lumayan ranum. Namun ada risiko tren tanaman yang cenderung cepat berubah, dan permintaan pun pasang surut. Untuk itu, pedagang tanaman harus pandai mengatur siasat. Salah satunya, menjajakan tanaman yang tak termakan oleh tren.

Menjual tanaman merupakan bisnis yang mengasyikkan. Selain membawa suasana teduh dan menyejukkan, bisnis ini juga menjanjikan pendapatan yang lumayan besar.

Kini memang tak ada tanaman hias tertentu yang menjadi favorit pembeli, seperti dulu tahun 2010, ada anthurium atau aglonema yang fenomenal itu sehingga harganya melejit tinggi.

Toh, pedagang merasakan animo masyarakat terhadap tanaman hias masih tinggi. Pedagang tanaman hias tetap yakin bisnis mereka masih akan mekar.

Seperti yang dialami oleh pedagang di sentra tanaman hias Pelepah Raya, Kelapa Gading. Mereka sempat cemas bisnis tanaman menjadi layu tersengat runtuhnya harga anthurium dan aglaonema di akhir tahun 2010 lalu.

Wati, pemilik Sanggar Pesona Tanaman Hias di sentra ini mengakui, pascaruntuhnya harga anthurium, pedagang mulai membuat diversifikasi produk agar penjualan tetap lancar. Mereka memilih menjual segala jenis tanaman hias bahkan termasuk tanaman buah. "Tapi kami tetap memantau perkembangan pasar, agar bisa mengetahui tanaman mana yang harganya bisa melonjak tinggi," kata Wati.

Tapi kini, pemilik empat kios tanaman di sentra ini memfokuskan diri menjual tanaman jenis anggrek saja. Ini agar dagangannya aman dan perputarannya cepat.

"Anggrek tanaman yang sepanjang zaman, permintaannya hampir tak pernah redup," ujarnya. Tercatat puluhan jenis anggrek di kiosnya, seperti anggrek bulan, catelia, dan dendrobium.

Tapi bukan berarti di kios Wati tak menjual jenis tanaman hias lain. Sebagai pedagang, ia memegang prinsip dagangan di kios harus penuh agar bisa menarik pengunjung. Karena itu, ia mengisi kios dengan beragam tanaman agar pembeli punya pilihan.

Untuk mengisi kios, Wati kulakan tanaman dari Karawang, Cikampek, Bogor, dan Sukabumi. Harga jual tanaman bervariasi, mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 5 juta per tanaman.

Dari bisnis penjualan tanaman ini, Wati mengaku, keempat kios yang ia kelola bisa membukukan omzet Rp 4,5 juta per hari atau Rp 180 juta saban bulannya.

Diversifikasi barang dagangan juga dilakukan Sukarno, pemilik Mentari Gata Nursery (MGN). Cuma, ia tetap fokus menjual tanaman jenis bonsai kelapa bercabang, palem dan juga sansevieria. Lelaki 33 tahun membanderol tanaman hias yang ia jual, mulai Rp 5.000 - Rp 25 juta.

Sukarno mampu meraup omzet Rp 30 juta sebulan. Ia mengaku, dari omzet tersebut bisa mendapatkan keuntungan maksimal 30%-40%. "Susah untuk mengambil untung lebih besar lagi," tuturnya.

Sukarno tak hanya mengandalkan pembeli yang datang ke kiosnya saja. Agar bisnisnya semakin mekar, ia juga melayani penjualan tanaman hias lewat internet.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×