kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra Tape Ketan Kuningan: Berdiri sejak 1970 (1)


Rabu, 02 Januari 2013 / 17:13 WIB
Sentra Tape Ketan Kuningan: Berdiri sejak 1970 (1)
ILUSTRASI. Buah jeruk dapat dimanfaatkan sebagai cara mengatasi anosmia secara alami.


Sumber: Kontan 2/1/2013 | Editor: Havid Vebri

Tape ketan terkenal sebagai salah satu makanan khas Kuningan. Hampir semua toko yang menjual makanan khas Kota Kuningan  menjajakan tape ketan.

Dikemas dalam sebuah ember plastik berwarna hitam, tape ketan bisa Anda bawa pulang sebagai oleh-oleh khas Kuningan. Sebagian besar tape ketan yang dijual di Kuningan berasal dari Desa Cibeureum, Kecamatan Cibeureum.

Desa ini terletak sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Kuningan. Di kampung ini ada belasan pelaku usaha tape ketan. Oyoh, salah satu pengusaha tape ketan, bilang, sebagian warga desanya sudah mebuat tape ketan sejak 1970-an silam.

Oyoh sendiri sudah menekuni usaha ini mulai 1980-an. Sebagai pemain lama, ia termasuk pengusaha tape ketan besar di Desa Cibeureum. "Saya sudah 25 tahun membuat tape ketan," ungkap dia.

Menurut Oyoh, permintaan tape ketan khas Kuningan masih tinggi hingga saat ini. Makanya, selama puluhan tahun ia terus menggantungkan hidup dari usaha ini.

Dalam sehari, Oyoh memproduksi satu kuintal tape ketan. Tape ketan itu dia kemas dalam 50 ember ukuran besar dan kecil
Sebelum ditaruh di dalam ember, tape ketan sudah dibungkus dengan daun jambu. Untuk ember kecil, harganya Rp 40.000, sedang ember besar  Rp 50.000.

Selain dijual dalam ember, Oyoh juga menjual dalam kemasan plastik bening berbentuk kotak. Dengan jumlah produksi sebanyak itu, ia bisa meraup omzet rata-rata Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per hari.

Pemain lainnya, Elis yang rumah produksinya berjarak sekitar 20 meter dari rumah produksi tape ketan milik Oyoh mengaku telah menekuni usaha pembuatan tape ketan sejak 1970-an.

Dalam sehari, ia memproduksi satu kuintal tape ketan dan menghabiskan biaya bahan baku sebanyak Rp 1,25 juta, dengan asumsi harga beras ketan per kilogram sebesar Rp 11.500.

Namun, "Biaya bahan baku itu baru kami bayar setelah produk kami terjual," paparnya. Sama dengan Oyoh, tape ketan buatan Elis berbanderol harga Rp 40.000 untuk ember kecil dan Rp 50.000 untuk ember besar.

Menurut Elis, semua tape ketannya ia kemas dalam ember yang mencapai 100 buah. Dalam sehari, dia berhasil menjual semua ember tape ketannya. "Semua saya masukkan ke ember dan jarang dimasukan dalam kotak plastik," ujarnya.

Berkat usahanya ini, Elis bisa meraup omzet sekitar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta  per hari. Kendati omzetnya gede, ia mengeluarkan biaya produksi yang juga besar.

Selain biaya pengadaan bahan baku ketan, dia pun mesti membayar tenaga karyawannya. "Saya memiliki delapan karyawan," tambah Elis.

Ia menggaji setiap karyawannya sebesar Rp 25.000 per orang per hari. Para karyawannya bekerja mulai dari pagi hingga menjelang sore hari.

Senada dengan Oyoh, Lilik, pengusaha tape ketan lainnya, mengatakan, permintaan tape ketan asal Desa Cibeureum masih tinggi. Apalagi, sebagian besar sudah memiliki pelanggan tetap. Lilik sendiri memproduksi setengah kuintal tape ketan per hari dengan omzet Rp 2 juta.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×