kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra tempe Cibogo: Jual langsung ke pasar (2)


Senin, 23 Juli 2012 / 16:30 WIB
Sentra tempe Cibogo: Jual langsung ke pasar (2)
ILUSTRASI. Aktivitas karyawan yang memantau perdagangan obligasi atau surat utang di dealing room Bank BRI di Jakarta, Selasa (12/8/2014). KOMPAS/IWAN SETIYAWAN


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi

Sentra produksi tahu dan tempe di Desa Cibogo, Plered, Purwakarta sudah berdiri sejak 1950-an. Hampir semua produsen menjual sendiri produk tahu dan tempe ke pasar-pasar tradisional. Hal itu dianggap lebih menguntungkan ketimbang menjualnya lewat agen atau perantara. Bila menjual lewat agen, marginnya lebih tipis.

Sejak tahun 1950-an, Desa Cibogo, Plered, Purwakarta menjadi sentra produksi tahu dan tempe. Usaha ini sudah berlangsung secara turun-temurun.

Ditempa pengalaman puluhan tahun, produsen tahu dan tempe di desa ini sudah sangat menguasai proses produksi makanan yang terbuat dari kacang kedelai itu.

Tidak saja ahli membuat tahu dan tempe, mereka juga memiliki jaringan pemasaran yang kuat. Marjun, produsen tempe di desa ini bilang, hampir semua produsen tahu dan tempe di desanya mendistribusikan sendiri produknya ke pasar-pasar dan konsumen.

Cara pemasaran itu dianggap lebih menguntungkan ketimbang menjualnya lewat agen atau perantara. Bila lewat perantara, margin yang mereka dapat lebih tipis. Selain itu, "Mereka juga lambat menyalurkan, sehingga tempe basi dan tidak laku," kata Marjun.

Bila sudah basi dan tidak laku dijual, biasanya perantara atau agen tidak mau membayar ke produsen dengan beragam alasan. "Tentu, yang rugi produsen," katanya.

Tak mau menanggung risiko, akhirnya banyak produsen menjual sendiri tahu dan tempe hasil produksinya. Marjun sendiri sudah menjual langsung produk tempenya ke pasar sejak 1986.

Setiap hari, ia membawa tempe produksinya ke sejumlah pasar di Purwakarta, seperti di Pasar Plered. Di pasar, Marjun membuka lapak dan langsung menjualnya ke pembeli.

Ia menjual tempe buatannya mulai Rp 2.000 per bungkus untuk ukuran seperempat kilogram (kg), dan 5.000 per bungkus untuk ukuran 1 kg. Dari usaha ini, Marjun meraup omzet sekitar Rp 1 juta per hari.

Hal yang sama juga dilakukan Haji Endang, produsen tempe dan tahu di Cibogo. Ia bilang, sejak orang tuanya mendirikan usaha ini tahun 1951, mereka sudah terbiasa menjual sendiri hasil produksinya di sejumlah pasar tradisional, seperti di Pasar Plered dan Pasar Bendul. "Selain di pasar, kami juga menjualnya kepada warga di sekitar Cibogo," kata Endang.

Ia mengaku, sudah memiliki banyak pelanggan setia di desanya. Namun, selain melayani penjualan ritel, ia juga tetap melayani penjualan partai besar. Biasanya, yang membeli dalam partai besar ini kebanyakan para pedagang untuk dijual lagi.

Toheri, pemilik rumah produksi tahu dan tempe di daerah Cibogo juga menjual sendiri produknya. Sejak menekuni usaha ini tahun 2009, ia bahkan tidak pernah menjualnya lewat agen atau perantara.

Toheri mengaku, sering membuka lapak di sejumlah pasar di Purwakarta, seperti Pasar Bendul, Pasar Baru, dan Pasar Plered. Menurutnya, tempe merupakan makanan yang tidak tahan lama, sehingga penjualannya harus cepat. "Kalau melewati perantara lagi bisa-bisa sudah basi sebelum sampai ke konsumen," ujarnya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×