Sumber: Kontan 12/12/2012 | Editor: Havid Vebri
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah memang terkenal dengan kerajinan ukirnya. Selain mebel ukir, daerah ini juga memiliki tradisi seni ukir patung kayu yang tak kalah menariknya.
Pusat kerajinan patung ukir kayu ini bisa ditemukan di Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara. Oleh warga setempat, desa ini diklaim sebagai cikal bakal seni ukir Jepara.
Ketika menyusuri desa ini, di sepanjang jalan, Anda bisa menyaksikan berbagai patung ukir, terutama patung hewan. Ukurannya pun beragam, dari kecil hingga seukuran manusia.
Desa Mulyoharjo terletak sekitar enam kilometer dari pusat Kabupaten Jepara. Jarak tempuh dari pusat kota menuju desa ini sekitar 90 menit. Letaknya dekat Stadion Gelora Bumi Kartini.
Ketika memasuki sentra ini, Anda akan melihat patung kuda yang sekaligus menjadi gerbang masuk sentra. Sentra ini diramaikan sekitar 60 showroom yang memajang aneka patung hasil kreasi para pengrajin.
Salah satunya adalah showroom Faridas Art. Miftah, Kepala Pemasaran Faridas Art, mengatakan sentra ini sudah berdiri sejak tahun 1970. Saat awal berdiri, kondisi showroom masih berupa kios-kios kecil di halaman rumah para pelaku usaha.
Showroom milik para pengrajin tidak hanya menjual patung, tapi juga ukiran lain. Faridas Art, misalnya, juga menjual meja antik dan kaligrafi.
Namun, hasil penjualan terbesar tetap berasal dari penjualan patung. Showroom ini memajang aneka patung hewan, seperti patung singa, anjing, dan kuda. "Dalam sebulan, Faridas Art bisa meraup omzet hingga Rp 400 juta," ujar Miftah.
Pelaku usaha lainnya adalah Agung Haryadi. Pemilik salah sartu showroom kerajinan patung di sentra ini menambahkan, mayoritas pengrajin di Mulyoharjo membuat patung berbentuk tiga dimensi.
Selain hewan, para pengrajin di desa itu juga mahir membuat patung manusia. Cukup dengan diberikan contoh foto, pengrajin langsung bisa mengerjakannya.
Di showroom-nya, Agung menjual pelbagai patung ukir, seperti patung singa, kuda, hingga naga. Harga patung ini dibanderol mulai Rp 3 juta - Rp 140 juta.
Selain patung, juga ada barang-barang sovenir lain, seperti asbak berbentuk kura-kura yang dijual seharga Rp 100.000. "Omzet saya dalam sebulan mencapai Rp 100 juta," katanya.
Berbeda dengan lainnya, Ngatisono, juga pemilik showroom di desa ini, lebih banyak menjual patung ikan, mulai dari ikan lumba-lumba, arwana, dan lainnya. Dalam sebulan, ia bisa menerima pesanan membuat 40 patung ikan dengan berbagai ukuran.
Ngatisono mematok harga patung ikan mulai Rp 3 juta hingga Rp 10 juta. Sepanjang tahun 2011 lalu, omzet usahanya mencapai Rp 1 miliar. Dalam sebulan, ia bisa mendapatkan omzet rata-rata Rp 80 juta.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News