kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sepeda motor bertambah, gerai cuci helm makin cerah


Senin, 24 Januari 2011 / 14:55 WIB
Sepeda motor bertambah, gerai cuci helm makin cerah


Reporter: Dharmesta, Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi

Pertumbuhan populasi kendaraan roda dua yang subur melahirkan peluang usaha baru. Salah satunya, bisnis pencucian helm. Di Jakarta saja jumlah sepeda motor mencapai 8 juta unit.

Seperti sepeda motor, helm yang dipakai setiap kali berkendara tak luput dari debu atau kotoran lainnya. Apalagi bila pelindung kepala itu dikenakan setiap hari. Bila bagian dalam helm kotor, bakal mengancam kesehatan rambut dan kulit kepala si pemakainya. Belum lagi aromanya yang sungguh tak sedap.

Maka, bisnis pencucian helm pun terus tumbuh. Terlebih setelah usaha ini ditawarkan dalam bentuk waralaba. Di antaranya, Healthy Helm, Yes Spa, dan Salon Helm Fresh and Clean.

KONTAN mencoba mengulas kembali berberapa pewaraba yang menawarkan jasa pencucian helm. Peningkatan populasi kendaraan yang terus meningkat ini, tentu diikuti pertumbuhan gerai pencucian helm. Tapi, ada pelaku usaha ini yang mengaku, penambahan gerai tak sesuai harapan. Selain persaingan yang makin ketat, daya beli masyarakat yang turun juga menjadi penyebabnya. Berikut ulasannya:


• Healthy Helm

Saat ini, total gerai Healthy Helm sudah berjumlah 45 buah. Pada Agustus 2008 lalu, ketika KONTAN mengupas tentang kemitraan Healthy Helm, mereka baru membuka 15 gerai cuci helm.

Meski terlihat ada penambahan gerai, Johan, Manajer Operasional Healthy Helm, mengatakan, pertumbuhan mitra itu tak sesuai harapan. "Sebab, saat ini, banyak pesaing yang menawarkan kemitraan sejenis," ujarnya.

Johan menyebutkan, di Jakarta paling tidak ada sekitar tujuh perusahaan yang menawarkan kemitraan cuci helm. "Mereka berani memasang harga murah," kata dia.

Nilai investasi Healthy Helm memang lebih mahal. Johan mengklaim, itu karena alat pencuci di jaringan mereka lebih praktis. "Alat pencuci berbentuk kotak yang mirip laci itu lebih gampang perawatannya," ujar Johan.

Toh, untuk menarik mitra lebih banyak lagi, Healthy Helm akhirnya menghapus biaya-biaya tidak perlu. Misalnya, biaya sewa alat pengering Rp 1 juta per tahun dan biaya kemitraan 20%. Alhasil, investasi awal tipe Channeling menjadi Rp 20 juta dan tipe Distributor jadi Rp 40 juta.

Selain itu, mereka juga menambah tipe kemitraan baru: joint operation. Dalam model kemitraan ini, Healthy Helm mengutip biaya kemitraan Rp 7,5 juta. Mereka menerapkan sistem bagi hasil, yakni 20% untuk Healthy Helm dan 80% untuk mitra. Tapi, alat-alat dan perlengkapan tetap jadi kepunyaan Healthy Helm.

Model kemitraan terbaru ini baru dipasarkan secara terbatas dan hanya ditawarkan di seputar Jabotadebek. Pembatasan ini untuk mempermudah pengontrolan.

Karena biaya kemitraan turun, Johan memperkirakan waktu balik modal lebih cepat, yaitu kurang dari setahun. Asalkan, dengan asumsi, mitra bisa mendapatkan 10 pelanggan per hari dengan biaya cuci Rp 13.500 per helm.


• Yes Spa

Pertumbuhan gerai yang lumayan banyak terlihat di Yes Spa. Menurut Sirfanda Meiro, pemilik Yes Spa di Bekasi, Jawa Barat, jumlah gerainya bertambah 30 gerai sejak Juni 2010. Alhasil, kini, Yes Spa memiliki 130 gerai.

Tetapi, Sirfanda mengungkapkan, penjualan mesin cuci helm buatannya turun lebih dari 50%. Bila pada semester pertama tahun lalu ia berhasil menjual 15 mesin per bulan, semester berikutnya, hanya 6 mesin sebulan.

Di gerai Yes Spa, pengguna jasa pencucian helm pun menurun. Dari yang semula 15 helm per hari, kini paling banyak 10 helm per hari.

Tentu saja, hal ini berpengaruh pada perolehan omzet tiap bulan, dari Rp 8 juta menjadi Rp 6 juta. Begitu pula dengan jangka waktu balik modal yang lebih lama. Bila semula dipatok hanya lima atau enam bulan, karena ada penurunan jasa pencucian helm, waktu balik modal menjadi sekitar delapan bulan.

Sirfanda menilai, kondisi ini akibat daya beli masyarakat yang menurun. Selain itu, frekuensi hujan sepanjang 2010 juga ikut berpengaruh. "Hujan ini terjadi hampir sepanjang bulan mengakibatkan orang lebih suka memakai kendaraan roda empat dan helm pun juga jarang dipakai," ujar lelaki yang memulai usaha sejak awal tahun 2009 ini.

Tanpa biaya royalti, Sirfanda menawarkan empat paket kemitraan berdasarkan nilai investasi awal. Yakni, mulai dari paket Rp 12,5 juta, paket Rp 15 juta, paket Rp 18 juta, dan paket Rp 21,5 juta.

Perbedaan fasilitas tiap paket hanya ukuran mesin dan kapasitas pencucian helm dalam mesin khusus tersebut. Jika memilih paket Rp 12,5 juta, mitra akan mendapat satu mesin berkapasitas dua helm. Sedangkan pada paket Rp 18 juta, mitra memperoleh mesin dengan kapasitas pencucian empat helm.

Tak hanya itu, mitra akan mendapatkan fasilitas standar lainnya, berupa seragam karyawan, sikat helm khusus, alat promosi, sertifikat garansi satu tahun, hingga pelatihan karyawan. Namun, mitra harus menyiapkan ruang usaha berukuran 3 x 4 meter.

Dalam operasional sehari-hari, Sirfanda mewajibkan mitra membeli perlengkapan dan bahan baku cairan pembersih helm motor dari pusat. "Kami tidak memberlakukan biaya royalti," katanya.


• Helm Fresh & Clean

Berbeda dengan kemitraan di dua perusahaan sebelumnya, bisnis pencucian helm Salon Helm Fresh and Clean mengalami peningkatan signifikan. Sejak menawarkan kemitraan salon helm pada Mei 2010, pewarala dari Cakung, Jakarta Timur ini telah membuka 100 gerai.

Gerai mereka tersebar di seluruh Indonesia. "Yang terakhir, sudah ada yang memesan dari Aceh," ujar Purnawan, pemilik Salon Helm Fresh and Clean. Meski begitu, ia mengakui persaingan di bisnis ini sudah ketat.

Purnawan yang memiliki latar belakang pendidikan teknik mesin pun menyiasatinya dengan menciptakan alat pencucian helm yang lebih murah. Hasilnya, dia bisa menjual satu paket mesin pencuci helm seharga Rp 2,5 juta plus buku panduan.

Ia pun menawarkan kemitraan Salon Helm Fresh and Clean melalui internet. "Awalnya, saya memang kesulitan mempromosikan kemitraan ini. Tapi, internet cukup membantu," kata Purnawan.

Dalam sehari, mitranya bisa menerima 10 hingga 20 helm untuk dicuci. Namun, ia mengingatkan, lokasi sangat menentukan keramaian bisnis usaha pencucian helm ini. Kalau lokasinya kurang bagus, mungkin mitra hanya menerima dua hingga lima helm per hari. "Yang paling bagus adalah dekat parkiran atau penitipan motor," tegasnya.

Menurut Purnawan, meski persaingan bertambah ketat, bisnis pencucian helm akan tetap berkibar. Sebab, jumlah helm tidak akan berkurang bahkan terus bertambah seiring meningkatnya jumlah pengendara sepeda motor.

Kini, dia fokus berpromosi tentang manfaat pencucian helm. "Karena banyak yang sudah pernah mencuci biasanya akan ketagihan," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×