Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi
Golf memang identik sebagai olahraga yang mahal. Hanya kaum berduit yang bisa terjun ke olahraga ini. Wajar saja, untuk membeli peralatan golf, seperti tongkat golf, sarung tangan, sepatu, tas, dan lain-lain, seseorang harus merogoh kocek jutaan rupiah.
Dulu, golf didefinisikan olahraga memasukkan bola dengan tongkat (stick) di lapangan rumput nan menghijau. Namun, beberapa tahun belakangan, teknologi memungkinkan seorang main golf dalam ruangan. Ya, berkat simulator golf, Anda tak perlu memukul bola golf di lapangan terbuka. Tanpa memiliki peralatan golf, Anda bisa mencicipi olahraga kaum elite ini lewat simulator.
Simulator golf sejatinya bukan teknologi baru. Akan tetapi, di Indonesia, simulator golf baru dikenal sekitar lima tahun terakhir. Salah satu yang mempopulerkan simulator golf di dalam negeri ialah Golfmax, yang terletak di mal Bellagio, kawasan Mega Kuningan Barat, Jakarta Selatan. “Kami merupakan area golf indoor pertama,” klaim Andrian, Manager Golfmax Indonesia. Golfmax sudah berdiri sejak 2010. Dalam lima tahun, Golfmax memiliki sekitar 500 anggota.
Andrian mengatakan, tak sulit untuk mengedukasi masyarakat perihal simulator golf. Pasalnya, peminat golf memang melek informasi. Rata-rata penyuka sudah tahu keberadaan simulator golf karena di luar negeri sudah jadi tren.
Menurut Andrian, lapangan golf dalam ruangan bisa jadi jawaban untuk kemacetan Ibukota serta kesibukan kaum urban. “Mereka tak perlu repot-repot mempersiapkan diri dan membawa peralatan. Ketika jam istirahat kantor atau selepas jam kantor, mereka tinggal datang ke Golfmax untuk main golf,” ujarnya. Tak jarang, konsumen datang untuk mengadakan rapat di Golfmax.
Andrian bilang, akurasi simulator golf yang digunakan di Golfmax mencapai 90%. Pasalnya, 10% sisanya ada faktor hembusan angin di lapangan sesungguhnya. Dus, penikmat golf di lapangan terbuka tak kesulitan menyesuaikan diri ketika bermain golf menggunakan simulator. Demikian pula, pemula yang belajar main golf dengan simulator akan terbiasa ketika beralih ke lapangan terbuka.
Kelebihan lain simulator golf, keberadaannya yang di dalam ruangan tak membuat perubahan cuaca, seperti hujan atau panas, jadi kendala. “Golfmax juga bisa buka hingga pukul 11 malam, berbeda dengan lapangan golf yang buka hanya sampai sore hari,” ujar Andrian.
Pemain lain dalam usaha ini ialah Kaisar Indo Golf di kawasan Gading Serpong, Banten. Tjhin Kian Phin, Direktur PT Kaisar Indo Golf, mengatakan, usaha simulator golf miliknya baru dimulai sejak Maret tahun ini. “Bisnis kami ialah penyewaan simulator golf dan pemasangan simulator golf di kantor, rumah, dan lain-lain,” ucapnya.
Pria yang akrab disapa Ken tersebut mengatakan, saat ini Kaisar Indo Golf punya lima simulator golf. Mulai anak-anak hingga orang dewasa bisa bermain golf di Kaisar Indo Golf karena ia juga menyediakan program mini golf.
Ken menetapkan tarif sewa simulator mulai Rp 100.000 hingga Rp 350.000 per jam. Menurut dia, dibandingkan tarif main golf di lapangan golf atau driving range, banderol harga itu jauh lebih murah. Apalagi, konsumen tak perlu memiliki peralatan golf atau membeli bola golf ketika menggunakan simulator golf. “Pemain yang sibuk pun tak perlu berjam-jam di lapangan karena untuk satu ronde 18 hole saja kurang dari sejam dengan simulator,” kata dia.
Sementara Golfmax memiliki tujuh simulator golf. Tiga di antaranya merupakan ruangan VIP berukuran 49 meter persegi, sementara sisanya ruangan reguler berukuran 30 meter persegi. Untuk pemakaian ruangan VIP, dikenakan biaya Rp 300.000 per jam. Sedangkan biaya pemakaian ruangan reguler sebesar Rp 200.000 per jam.
Tiap ruangan terdiri dari layar simulator yang lebar, sensor untuk mengukur kecepatan ayunan, serta komputer yang menunjukkan analisis permainan. Peralatan golf seperti tongkat dan bola pun sudah tersedia. Meski demikian, kata Andrian, ada beberapa pelanggan yang membawa tongkat sendiri.
Andrian bilang, tiap ruangan biasanya digunakan sekitar tiga jam hingga enam jam per hari. Dus, dari usaha simulator golf, Golfmax bisa meraup omzet Rp 150.000 juta saban bulan. Adapun margin keuntungan usaha ini sekitar 20%.
Di sisi lain, Andrian juga menuturkan bahwa ketika Golfmax awal dibuka, antusiasme masyarakat sangat bagus. Golf mulai dikenal berbagai kalangan. Golf dalam ruangan bahkan memungkinkan kaum awam untuk mencoba olahraga ini.
Usaha Golfmax pun bertumbuh pesat dari tahun ke tahun. Akan tetapi, Andrian mengakui, sejak akhir 2014 hingga saat ini terjadi penurunan dalam usahanya. “Pemerintah sekarang kurang mendukung olahraga golf. Kalau pemimpin suka golf, maka dengan sendirinya usaha golf pun menanjak, tapi sekarang tidak begitu,” tutur dia.
Namun, Andrian mengatakan, masih ada celah dalam usaha simulator golf. Pasalnya, peminat golf juga semakin banyak. Di Golfmax, disediakan juga trainer atau pelatih untuk pemain pemula dan profesional. Ini termasuk fasilitas tambahan dari Golfmax. Untuk menggunakan jasa pelatih, tarifnya sebesar Rp 1 juta per bulan untuk pemula dan Rp 2,5 juta per bulan untuk profesional.
Andrian menyarankan pemula untuk berlatih golf menggunakan simulator golf. Dengan demikian, pemula bisa mengetahui perkembangan permainan lewat simulator. “Akurasi simulator sangat tinggi, jadi kecepatan bola, kekuatan memukul, hingga jarak pukulan bisa tercatat. Ada kamera juga yang merekam sehingga pemain bisa mengembangkan kemampuannya lewat rekaman,” jelas Andrian.
Teknologi masih impor dari luar negeri
Anda berminat menjajal usaha ini? Teknologi simulator golf memang belum ada di dalam negeri. Dus, para pemain di usaha ini harus mendatangkan simulator dari luar negeri. Saat ini, sudah banyak negara yang menciptakan simulator golf, baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya.
Ken mendatangkan teknologi simulator golf dari Korea dan Amerika Serikat. Sementara, software-nya ia hadirkan dari berbagai negara, seperti Korea dan Belanda. Ketika merintis usaha indoor golf, Ken harus merogoh kocek hingga Rp 2,5 miliar untuk membeli lima simulator golf. Itu pun belum termasuk pembelian ruko tiga lantai.
Dengan rata-rata penyewaan 5 jam per hari untuk masing-masing simulator, ia menargetkan titik impas dalam usaha sudah dicapai kurang dari dua tahun.
Sementara Andrian mengaku, tiap simulator golf dibelinya mulai Rp 300 juta. Dus, ketika merintis usaha simulator golf Golfmax, modal yang dikeluarkan kira-kira Rp 5 miliar. Selain pembelian golf, modal itu juga digunakan untuk menyewa tempat seluas 400 meter persegi di mal, renovasi tempat, serta membeli perlengkapan, seperti furnitur dan komputer. “Break even point bisa dicapai empat tahun hingga lima tahun,”
ujar dia.
Adapun persiapan untuk membuka Golfmax hanya tiga bulan. Kini, Golfmax memiliki 25 orang karyawan, termasuk dua pelatih dan bagian teknologi informasi (IT).
Biaya bulanan untuk usaha ini mencakup sewa tempat, sebesar 25%, food cost 40%, serta gaji karyawan 25%. Sisanya biaya operasional, seperti listrik dan membeli bola golf.
Andrian melanjutkan, semakin banyak yang membuka lapangan simulator golf, angin persaingan memang kian kencang. Alhasil, selain menggunakan simulator golf yang berkualitas, layanan lain juga harus diperhatikan. Golfmax, misalnya, selain menawarkan jasa trainer, juga menyediakan makanan dan minuman untuk para pelanggannya.
Menurut dia, ada juga hal penting yang harus diperhatikan agar pelanggan betah. Layaknya caddy di lapangan golf, Golfmax juga memiliki karyawan yang mahir bermain golf. “Karyawan juga harus tahu bahwa olahraga golf butuh konsentrasi sehingga mereka tidak berisik atau mengganggu ketika customer sedang main golf,” ucapnya.
Nah, yang paling penting dari usaha ini tentu saja teknologi simulator golf yang digunakan. Andrian bilang, beberapa negara di Asia, Amerika, dan Eropa membuat simulator golf. Di Golfmax, Andrian memilih teknologi dari perusahaan Korea Selatan.
Ada beberapa pertimbangan Andrian. Pertama, harga yang terjangkau dengan kualitas yang tak kalah dengan simulator golf lainnya. Terbukti, selama lima tahun, simulator golf yang digunakan Golfmax tak mengalami kerusakan berat dan belum pernah diganti alias tahan lama.
Selain itu, lantaran berasal dari sesama negara di Asia, jika harus mengganti suku cadang, biaya yang dikeluarkan tak terlalu tinggi.
Anda tertarik mencoba?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News