kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Seruput bisnis teh masih mewangi


Sabtu, 01 Desember 2018 / 06:30 WIB
Seruput bisnis teh masih mewangi


Reporter: Denisa Kusuma, Elisabeth Adventa, Tri Sulistiowati, Venny Suryanto | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain kopi yang masih ngehip hingga kini, teh merupakan salah satu minuman favorit masyarakat kita. Hampir pasti di tempat makan atau gerai minuman, tersaji menu minuman teh.  

Ada ragam cara yang dilakukan pelaku usaha dalam menyajikan minuman teh. Ada yang panas, hangat atau dengan es batu alias minuman teh yang dingin.

Nah, yang pernah menjadi tren setahun yang lalu adalah minuman teh kekinian yang biasa disebut teh fusion. Biasanya, ini adalah minuman teh dingin yang ditambah dengan berbagai rasa dan topping.

Tren tersebut sempat membuat banyak pelaku usaha yang mencoba peruntungan di bisnis teh ragam rasa tersebut.  Malah ada yang menawarkan kemitraan usaha. Review waralaba KONTAN kali ini mengulas tentang kemitraan usaha gerami minuman teh tersebut. Berikut ulasan singkatnya.

Your Tea
Kemitraan minuman teh asal Bogor ini milik Indra Thamrin yang didirikan sejak tahun 2008. Saat diwawancarai KONTAN tahun lalu, Your Tea telah memiliki 142 gerai yang tersebar di 32 kota, paling banyak di Jabodetabek, Jawa Timur, Kalimantan, Sumatera, Bali dan Sulawesi.

Indra mengatakan saat ini pertambahan mitra baru rata-rata tiga sampai lima mitra per bulan. Total jumlah gerai saat ini kurang lebih mencapai 200 gerai. "Mayoritas gerai berada di Jabodetabek dan Jawa Barat," ungkapnya kepada KONTAN, Kamis (1/11).

Ada sedikit perubahan harga pada paket kemitraan. Jika tahun lalu ia menawarkan kemitraan dengan berbagai pilihan seperti paket Rp 3,5 juta, Rp 4 juta, Rp 4,5 juta dan Rp 5 juta. Tahun ini nilai paketnya meningkat, yakni paket A Rp 6,5 juta, paket B sebesar Rp 6 juta, paket C tercatat Rp 5,5 juta, dan paket D yakni 5 juta.

Fasilitas yang didapat di paket A antara lain mesin sealer, peralatan masak seperti kompor gas, gerai Your Tea, satu unit boks teh, boks es buah, gelas takaran, saringan teh, adukan teh dan lainnya.

Adapun paket B mendapat fasilitas seperti paket A minus  tanpa alat masak. Sedangkan paket C  minus  mesin sealer. Adapun paket D minus gerai, mesin sealer dan peralatan masak.

Indra menjelaskan, harga kemitraan tersebut belum termasuk harga bahan baku. Bahan baku dibeli terpisah, harga yang ditawarkan mulai dari Rp 920.000 hingga Rp 1,2 juta. Mitra hanya akan diberikan bahan baku seperti gelas dan tutup gelas sebanyak 1.000 buah serta 10 bungkus teh.

Saat ini ia menjajakan teh tersebut dengan harga Rp 3.000 sampai Rp 6.000 per gelas. Indra menambahkan mitra dapat balik modal dalam waktu 3 bulan, asalkan sanggup menjual 100 cup per hari.

Hasilnya, mitra bisa merapu laba bersih Rp 2,5 juta setelah dikurangi biaya sewa serta tenaga kerja.
Dengan skema tersebut, ia menargetkan saban bulan bisa menjaring sebanyak 10 mitra baru per bulannya. "Supaya bisa membantu menciptakan lapangan kerja," katanya.  

Taiwan Tea House

Usaha minuman teh besutan Ricky Halim tidak menampakkan perkembangan signifikan. Pasalnya, dalam waktu empat tahun total gerai yang beroperasi hanya 14 unit, tujuh gerai milik mitra dan tujuh sisanya milik pribadi.

Dia mengaku perlambatan usaha ini dipengaruhi karena sudah tidak fokus menjalankan usaha teh lantaran tidak lagi populer di pasaran. " Antusiasme mitra yang ingin bergabung tidak seramai dulu, jadi sementara saya fokus membangun bisnis lainnya," katanya kepada KONTAN.

Saat di ulas KONTAN pada 2015, total gerai yang beroperasi ada enam unit, yakni dua unit milik mitra dan empat lainnya milik mitra. Sekedar info, usaha ini berdiri sejak 2014 dengan gerai pertama di Semarang. Pasca setahun menjalankan usaha, peluang kerjasama kemitraan mulai dibuka.

Meski sudah sepi peminat, Ricky tidak tinggal diam, inovasi produk tetap dilakukan untuk kembali meningkatkan bisnis minuman miliknya. Lewat produk baru yang bertema pelangi yaitu minuman teh yang dipadu dengan aneka sirup warna-warni, dia berharap dapat menarik konsumen lebih banyak.

Asal tahu saja, menu baru tersebut sudah dijual sejak pertengahan tahun ini dan respon konsumen cukup baik. " Dengan adanya produk baru saya berharap omzet setiap gerai dapat meningkat sampai 20% per bulannya," katanya.

Lainnya, sejak awal tahun 2018 dia menurunkan nilai investasi kemitraan dari Rp 200 juta sampai Rp 250 juta menjadi Rp 175 juta. Fasilitas yang didapatkan adalah satu unit booth island, perlengkapan memasak, bahan baku awal, branding, pelatihan, sistem, dan lainnya. Penurunan harga ini diharapkan dapat menarik minat mitra baru untuk bergabung.

Sedangkan, untuk harga produknya naik sebesar Rp 2.000 per cup dari Rp 8.000 sampai Rp 28.000 per cup. Kenaikan harga jual ini sudah terjadi sejak awal tahun karena mengikuti kenaikan harga bahan baku.

Disisi lain, kendala usaha yang dirasakannya kini adalah ketatnya persaingan. Maklum saja, jumlah pemain di sektor ini sangat banyak. Sehingga mau tidak mau dia harus melakukan inovasi dan menjaga harga jual produk untuk memastikan roda usahanya terus berputar.

Teh Green Canyon

Usaha kemitraan minuman teh besutan Poma Indra ini berdiri sejak tahun 2012 lalu dan mulai menawarkan kemitraan pada Agustus 2013 di Jakarta. Selang waktu diwawancarai Kontan tiga tahun kemudian, belum terdapat perubahan signifikan terkait bisnisnya.

Poma mengaku, penambahan gerai mitra dinilai tidak terlalu banyak, karena banyak orang merasa mudah membuat teh sendiri di rumah. Padahal rasa teh original yang dibuatnya berbeda dengan teh pada umumnya. Apalagi ia mengklaim teh yang dihasilkan dari kebun sendiri.

Sudah begitu, ada banyak varian rasa. Saat ini ia masih menawarkan 13 varian rasa, yakni pisang, stoberi, mangga, markisa, jambu merah, serta ragam varian susu, dengan banderol harga Rp 5.000 per cup.

Untuk paket investasi, tersedia dua paket. Yakni paket bag senilai Rp 7,2 juta dan paket koper sebesar Rp 10,7 juta. Fasilitas yang didapat mitra dari paket investasi tersebut, yaitu teko, satu roll lid seal, kotak pendingin, dispenser, sedotan, gelas, seragam, x-banner dan bahan teh.

Dalam hitungannya, mitra yang berminat bisa mengantongi omzet hingga Rp 10 juta per bulan. Bila dikurangi biaya operasional dan tenaga kerja, maka bisa balik modal dalam tempo dua bulan saja.

Enaknya, tidak ada sistem bagi hasil dan royalti bulanan. Mitra cukup membeli bahan baku teh dari pusat.

Meski masih menawarkankemitraan, ia mengaku bila investor yang berminat di bisnis teh racikannya memang kurang peminat. Ia menduga pemicunya adalah makin maraknya dunia digital. Teruma menjamurnya menu atau resep membuat teh kekinian yang gampang didapat di media sosial. Padahal, ia menglaim bila teh yang dihasilkannya berbeda dengan teh pada umumnya.

Untungnya, penjualan teh di gerai milik pribadi mengalami lonjakan.  Ia mengklaim, kuntungan rata-rata di setiap gerai Teh Green Canyon tahun ini bisa melonjak 100% dari tahun sebelumnya.

Hasil ini membuat dirinya tengah bersiap menambah jumlah gerai Teh Green Canyon sebanyak 20 gerai lagi yang semuanya masih berada di Yogyakarta.                       

Perlu membuat inovasi produk teh yang menarik

Pengamat waralaba Djoko Kurniawan menilai bisnis minuman teh memang perlu inovasi dan diferensiasi produk. Pasalnya, meracik minuman teh lebih mudah ketimbang jenis minuman lain, seperti kopi.

Nah, bila ada inovasi produk, tentu potensi bisnis minuman teh tetap terjaga.   "Jangan hanya jual minuman teh standar, seperti es teh saja, tapi harus dikembangkan dengan topping lain yang menarik, sehingga bisa menarik konsumen," katanya kepada KONTAN.

Ia juga berpendapat bahwa adanya edukasi tentang cara minum teh yang benar serta manfaat teh dengan pengolahan yang betul bisa meningkatkan daya jual teh sebagai produk minuman modern. Bila ini dilakukan, maka pelaku usaha teh bisa tetap langgeng dan tidak terjebak para bisnis yang tengah tren tapi tidak mempunyai konsep. "Intinya adalah membuat sesuatu yang menarik dan tidak biasa," jelas Djoko.

Menurutnya, pelaku usaha juga bisa membuat produk teh yang dikaitkan dengan berbagai fungsi kesehatan. Misalnya, teh untuk menurunkan tekanan darah, teh untuk masuk angin, dan sebagainya. "Jika bisnis teh tidak berkembang,  pasti salah kelola dan kurang inovasi," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×