Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri
Selama ini, masyarakat mengenal kelom geulis sebagai sandal khas Tasikmalaya. Tidak hanya dikenal di dalam negeri, sandal khas Tasikmalaya ini juga sudah kesohor hingga ke mancanegara.
Namun, bagaimana dengan tas kelom?. Tas kelom mungkin belum sepopuler sandal kelom. Maklum, produk satu ini merupakan inovaasi baru yang lahir dari tangan para perajin kelom.
Tas kelom merupakan perpaduan antara tas dan sandal kelom. Di mana bagian bawah dasar tas terbuat dari kayu yang dibentuk menyerupai sandal atau sepatu. Tas ini dibuat khusus untuk wanita.
Sama halnya sandal kelom, kayu tersebut dihiasai bordir dan ukiran dengan menggunakan teknik lukis yang semuanya dikerjakan secara manual.
Sementara bagian atas tas tetap terbuat dari bahan pada umumnya, seperti kain maupun kulit. Salah seorang perajin tas kelom adalah Teguh Santoso, pemilik Akass Kelom di Buah Batu, Bandung, Jawa Barat.
Teguh sudah menekuni bisnis ini sejak dua tahun terakhir. "Tapi baru mulai populer dalam satu tahun terakhir," katanya.
Dengan sedikit modifikasi atas model-model yang sudah ada di pasaran, tas kelom buatannya tampak unik dan menarik. Ia juga membuat tas kelom berdasarkan pesanan atau custome.
Khusus bagian bawah dasar tas, Teguh selalu menggunakan kayu berbentuk seperti sepatu perempuan berhak tinggi. Sementara bagian atasnya menggunakan kain atau kulit sintesis dengan motif batik, kulit ular, kulit harimau, atau kulit polos.
Dibuat seukuran tas kosmetik dengan lebar 30 sentimeter (cm) dan tinggi antara 18 cm-22 cm, tas ini dapat berfungsi sebagai tas pesta.
Sebagai tas modis, tentu tak bisa buat mengangkut barang-barang berat, seperti buku. Tas kelom dibanderol mulai Rp 150.000 - Rp 250.000 per biji.
Harganya agak mahal karena pengerjaan tas ini dilakukan secara manual. Proses pembuatan satu tas bisa memakan waktu sekitar dua minggu.
Yang lama adalah pengerjaan alas kayunya. "Tapi setelah kayunya siap diolah maka butuh waktu sekitar dua hari saja," jelasnya.
Sejauh ini, ia sudah memasarkan tas kelomnya hingga Eropa dan Singapura. Selain buat dipakai sendiri, sebagian besar pelanggannya di luar negeri merupakan para pedagang yang menjual lagi tas buatannya itu. "Tapi jumlahnya tidak begitu banyak,"ucap Teguh.
Sementara di dalam negeri, ia bisa memasarkan rata-rata 100-200 tas kelom ke sejumlah pelangganya yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Adapun omzet yang diknatongi mencapai Rp 40 juta per bulan, dengan laba bersih 30%.
Erik Bernandet, pemain lain asal Tasikmalaya bilang, tas kelom belum begitu dikenal masyarakat luas secara merata. Makanya, banyak pemain yang menjual secara retail dan bukan grosiran.
Erik sendiri saat ini masih membuat tas kelom berdasarkan order. "Tapi jumlahnya tidak begitu banyak," ujar Erik.
Ia membanderol tas kelom miliknya sekitar Rp 225.000 per tas. Karena produksinya hanya berdasarkan order, dalam sebulan ia hanya bisa memproduksi sekitar belasan saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News