Reporter: Marantina, Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini
BISAKAH seseorang yang tidak punya keterampilan menulis menerbitkan buku? Jawabannya, bisa saja. Dengan bantuan jasa ghost writer atau penulis bayangan, Anda bisa mewujudkan mimpi menerbitkan buku, meskipun tidak memiliki keterampilan menulis.
Salah satu pemain yang sudah terkenal sebagai ghost writer adalah Anang YB. Anang memulai karirnya sebagai penulis bayangan sejak 2010. Meskipun sebenarnya ia pernah produktif menulis 13 buku sebelumnya.
Kiprah Anang sebagai ghostwriter dimulai ketika ia diminta menulis buku berdasarkan kisah nyata putra sahabatnya yang menderita penyakit kelainan tulang. Melalui sistem wawancara via telepon dan email, buku berjudul "Calvin: The Boy in the Baby Stroller" itu pun terbit pada Maret 2010.
Dari pengalaman itu, Anang menyadari bahwa banyak orang memerlukan 'tangan' orang lain untuk mengungkapkan kisah inspiratifnya. “Ada banyak orang yang menyimpan gagasan besar tapi tidak tersebar karena keterbasan waktu dan merangkai gagasan menjadi naskah buku,” tuturnya.
Mantan jurnalis
Anang mengatakan rata-rata ghost writer mengawali karir dari profesi jurnalis atau penulis naskah buku. Contohnya, Anang yang sebelumnya berprofesi sebagai penulis buku profesional. Buku-buku hasil karyanya menjadi semacam magnet yang mengundang klien dari berbagai kalangan untuk memakai jasanya.
Ia pun berpromosi melalu jejaring media sosial dan blog agar lebih dikenal. Selama dua tahun, profesi ghost writer dijalankan secara self employed alias bekerja sendiri. Namun, pada akhir 2012, Anang bermitra dengan dua penulis senior dengan membentuk Littera Institute.
Lembaga ini menjadi semacam agensi yang memberi layanan ghost writing dan training kepenulisan.
Sebelum menggarap order penulisan, Anang akan bertemu dulu dengan kliennya untuk melakukan penjajakan. Setelah berhasil menyamakan persepsi, ia pun melakukan penyusunan kerangka naskah, wawancara, penulisan, koreksi, dan tahap finalisasi.
Setiap penggarapan satu buku, Anang menghabiskan waktu rata-rata dua bulan hingga tingga bulan. Tema buku yang dikerjakannya meliputi berbagai hal, mulai buku motivasi, rohani populer, pendidikan, dan tutorial. “Kalau buku biografi, butuh waktu sedikit lebih lama,” katanya.
Ketika masih bekerja sendiri, Anang mampu menulis empat naskah buku dalam setahun. Namun setelah mendirikan Littera Institute, target perolehan kontrak penulisan mencapai 15 – 25 naskah buku per tahun.
Adapun untuk satu naskah, Anang mematok tarif Rp mulai 30 juta – Rp 60 juta. Jadi, dalam setahun, Littera Institute bisa meraup omzet hingga Rp 1,5 miliar dengan laba bersih 80% dari omzet.
Pria 43 tahun ini mengatakan, kebanyakan klien menggemari topik best seller di toko buku, seperti cara cepat kaya, berbisnis dengan gampang, dan aneka buku motivasi. Ketika tugasnya selesai, hak kepemilikan buku termasuk hak ekonomi jatuh ke tangan klien.
Anang sendiri tak berhak mencantumkan namanya sebagai penulis di buku itu, bahkan di halaman ucapan terima kasih sekali pun.
Ghost writer lainnya adalah Rumah Fiksi melalui website-nya http://warungfiksi.net. Warung Fiksi asal Surabaya, Jawa Timur ini didirikan oleh Brahmanto Anindito bersama empat rekannya pada 2008.
Namun, mereka mulai menerima orderan ghost writer pada 2010. Untuk memperluas pangsa pasar, mereka tidak saja menggarap buku berbahasa Indonesia. "Kami juga menerima proyek pesanan buku memakai bahasa Inggris dan Prancis," kata pria yang akrab disapa Bram ini.
Selain melalui website, ia juga kerap mendapat order dari mulut ke mulut.
Kliennya beragam, mulai dari individu, perusahaan, sampai produser film. Tema tulisan juga bervariasi sesuai keinginan klien, mulai dari buku motivasi hingga novel. "Bahkan yang terakhir kami menggarap tulisan transmedia, ada novelnya, filmnya, game, dan komik," cerita Bram.
Untuk tulisan dengan kecepatan 10 halaman per hari, Warung Fiksi mematok tarif mulai Rp75.000 – Rp 120.000. "Itu tergantung dari tingkat kesulitan, jumlah halaman, dan waktu pengerjaan," tambah Bram.
Dalam sebulan, Warung Fiksi bisa menjaring dua klien bahkan lebih. Omzetnya pun dapat mencapai Rp 20 juta sebulan.
Saat ditanya kelebihan menjadi ghostwriter, Bram menyatakan bahwa uang yang dihasilkan dapat lebih cepat daripada menulis sendiri. "Setidaknya di depan sudah dibayar setengahnya," ujar Bram. Sedangkan dukanya, jika buku tersebut meledak maka ghost writer tidak memiliki hak di dalamnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News