kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Start up dan ekonomi kreatif makin menjanjikan (2)


Jumat, 12 Mei 2017 / 15:26 WIB
Start up dan ekonomi kreatif makin menjanjikan (2)


Reporter: Danielisa Putriadita, Jane Aprilyani, Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Pengembangan industri kreatif dalam negeri bukanlahhal yang mudah untuk direalisasikan. Kendala terbesar yang harus dihadapi adalah ekosistem yang belum terbentuk dengan sempurna.

Sadar akan hal tersebut, pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) membuat lima program kegiatan untuk mendukung terbentuknya ekosistem para calon start up.

Beberapa program itu antara  lain Dana Ekonomi Kreatif (Dekraf), ekosistem model pembiayaan baru yang memberi tempat pada ide sebagai nilai yang dapat divaluasi, fasilitas kepemilikan hak kekayaan intelektual dan industrialisasi kreativitas, serta Inovasi dan Kreatifitas Kolaborasi Nusantara (IKKON).

Kelima program itu  ditujukan untuk menjadi ekosistem capacity building di setiap daerah guna meningkatkan kompetensi dan kualitas produk kreatif.

"Kami juga telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung perkembangan mereka, seperti pembukaan kran investasi asing melalui penghapusan Daftar Negatif Investasi (DNI), pembentukan satuan tugas penanganan pengaduan pembajakan produk ekonomi kreatif dan lainnya," kata Triawan Munaf, Kepala Bekraf melalui pesan singkat pada KONTAN, Jumat (28/4).

Ke depan, pemerintah bakal fokus untuk terus mendorong perkembangan sektor kuliner, fesyen dan kriya. Alasannya, ketiga sektor itu merupakan subsektor yang memberikan kontribusi paling besar pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Semua langkah yang dilakukan oleh pemerintah rupanya belum dirasakan semua pelaku usaha di sektor industri kreatif dalam negeri. Nina A Kusnanto, pemilik Lilydale Box mengaku belum mendapatkan support apapun dari pemerintah.

Bahkan, perempuan asal Surabaya, Jawa Timur ini menilai perkembangan industri kreatif dalam negeri masih jalan di tempat. "Itu terlihat dari para pelakunya yang sulit menciptakan hal baru dan lebih suka untuk menjiplak karya orang lain," kata pengusaha kotak hantaran ini.

Kendati memang belum maksimal, namun pelaku usaha lainnya sudah mulai merasakan dukungan yang diberikan oleh pemerintah.

Seperti diutarakan Rita Indriana, pemilik Abctoys Wooden. Dia mengaku, telah mendapatkan dukungan pemerintah untuk pengembangan usaha dalam bentuk pelatihan. Selain itu, usahanya diberikan dukungan untuk memperluas dan menggaet pasar baru melalui ajang pameran.

Yang paling baru, dia diberi kesempatan mengikuti ajang pameran industri kreatif terbesar di Indonesia (Inakraf) yang diadakan setiap tahunnya di Jakarta.

Lainnya, dia menilai sektor kerajinan dalam negeri mulai berkembang khususnya untuk produk mainan anak-anak. Hal ini dipengaruhi oleh program pemerintah yang menggalakkan pendidikan anak usia dini.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×