kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Start-up Tanijoy pertemukan petani dan pemilik lahan


Senin, 23 April 2018 / 17:43 WIB
Start-up Tanijoy pertemukan petani dan pemilik lahan
ILUSTRASI. CEO Tanijoy Muhamad Nanda Putra


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyaknya masalah di sektor pertanian justru menjadi peluang bagi start-up baru. Namun, selama ini, start-up yang hadir lebih melirik permasalahan petani di sektor hilir.

Untuk itu, Tanijoy hadir sebagai startup yang bakal menekan permasalahan para petani kecil Indonesia dari sisi hulu, salah satunya terkait lahan. Berupaya menjadi 'mak comblang, Tanijoy akan mempertemukan petani kecil dengan pemilik lahan selaku investor, untuk mengembangkan sektor pertanian.

"Start-up fintech untuk industri pertanian ada banyak, tapi kita lihat market sektor pertanian Indonesia masih sangat luas, dan baru ter-cover 5%," ungkap CEO Tanijoy Muhamad Nanda Putra di Jakarta, Senin (23/4).

Sasarannya adalah petani sayuran dengan masa usia panen tiga bulan hingga enam bulan. Melalui, dashboard aplikasi, investor bisa memantau perkembangan panen petani setiap seminggu sekali. Dengan begitu, investor terus mendapat update terkait proses project yang terjadi di lahan.

"Kalau di platform lain, saya lihat belum ada yang memakai model seperti itu. Kebanyakan, selesai panen baru laporan, jadi 1-2 bulan sekali. Kalau kita ada dashboard yang di-update terus," jelasnya.

Tanijoy mengklaim, lewat sistem bagi hasil, baik petani dan investor akan sama-sama diuntungkan. Rinciannya, 40% hasil keuntungan panen akan diberikan ke petani, 40% untuk investor dan 20% untuk Tanijoy.

"Kita enggak ada jaminan buat investor, tapi kita ada uninsurance, di mana 20% dari bagi hasil yang diberikan kepada Tanijoy, setengahnnya (10%) kita alokasikan untuk hal-hal yang tidak diinginkan, seperti gagal panen," imbuh Nanda.

Tahun ini, Tanijoy menargetkan 1.000 petani bergabung dalam project start-up yang baru berdiri 2017 lalu itu. Dengan nilai investasi sekitar US$ 700.000 atau sekitar Rp 966 juta (kurs Rp 13.800 per dollar AS) dan luasan lahan mencapai 150 hektare.

Untuk tahun depan, diharapkan jumlah yang bergabung bisa bertambah 2.000 petani, sehingga secara total akan melibatkan 3.000 petani kecil di seluruh Indonesia. "Kalau sekarang, yang terlibat ada 25 investor untuk 48 project, dengan nilai investasi total Rp 250 juta," paparnya.

Sementara, Peneliti Senior Bidang Ekonomi IDX Poltak Hotradero mengungkapkan, potensi investasi di sektor pertanian Tanah Air masih terbuka lebar. Sayang, hal ini diikuti tingginya risiko di sektor tersebut.

"Sektor pertanian itu risikonya besar, apalagi kalau lihat harga bahan pangan dan pasar yang kian besar. Ada inefisiensi yang luar biasa besar, tapi start-up tetap punya ruang untuk tumbuh di sektor ini," ujar Poltak kepada KONTAN di Jakarta, Senin (23/4).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×