kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi bisnis kedai kopi bertahan di tengah pandemi Covid-19


Sabtu, 12 Juni 2021 / 13:50 WIB
Strategi bisnis kedai kopi bertahan di tengah pandemi Covid-19


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID -

 JAKARTA. Pandemi membuat transformasi digital sektor industri dan UMKM semakin cepat. Termasuk juga usaha kedai kopi yang sebelum pandemi naik daun pamornya.

Namun sejak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, sektor food and beverage terpukul dengan adanya aturan di rumah saja saat itu. Kini perlahan aktivitas masyarakat mulai kembali meski di tengah pembatasan.

Sama seperti aktivitas masyarakat yang mulai berjalan, kedai kopi kini juga mulai perlahan bangkit kembali.

Arif Rahmat pemilik brand Kopitani asal Makassar yang mengusung konsep warkop pintar menceritakan di awal pandemi usahanya sempat mengalami penurunan omzet 30%. Kini di tahun 2021 Kopitani mulai perlahan menunjukkan kenaikan penjualan.

Baca Juga: Menu terbaru dari promo Kopi Janji Jiwa 19 Mei-18 Juni 2021 sudah bisa didapatkan

"30% kita awal pandemi itu turun tapi sekarang sudah mulai naik lagi. Sekarang kita bisa jual rata-rata tiap outlet itu minimal 30 cup sehari. Pas awal pandemi itu malah sampai 10 cup. Awal banget pandemi itu yang orang-orang semuanya di rumah aja," cerita Arif kepada Kontan.co.id.

Digitalisasi jadi salah satu strategi Kopitani bisa bertahan hingga saat ini. Arif memanfaatkan jasa transportasi online untuk pemesanan makanan dan minuman.

Promo-promo menu Kopitani juga tak lepas dari strategi menggaet konsumen kembali. Tak hanya itu, menu baru juga setiap bulan selalu diluncurkan Kopitani.

"Kita perkuat penjualan online pastinya, kita buat lebih gencar di ojol dan juga kurir-kurir lokal di daerah. Kita lebih ke fokus ke digital marketing," imbuhnya.

Meski kini getol memasarkan lewat online, penjualan Kopitani masih didominasi secara offline, yaitu 65% penjualan offline dan sisanya 35% online. Pada tahun 2019 saat diwawancarai Kontan.co.id, Kopitani baru memiliki empat outlet di Makassar. Kini Arif menyebut Kopitani telah memiliki 37 outlet.

"Outlet lebih banyak di Indonesia Timur di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Ambon Maluku, Papua dan juga ada di Papua Barat," ungkapnya.

Memiliki keunikan sebagai kedai kopi yang memberdayakan petani kopi lokal. Arif berharap ke depannya Kopitani dapat semakin memperluas jangkauan dalam pemberdayaan petani. Setiap outlet Kopitani diharapkan mampu memiliki produk yang menjadi ciri khas kopi di daerah tersebut.

Baca Juga: Peluang hangat dari kemitraan Warkop Pintar

Kini ada 300 petani yang diberdayakan Kopitani bersama partner seperti koperasi. Keseluruhan petani kopi tersebut kini tersebar di wilayah Indonesia timur.

Adapun rencana bisnis ke depan, Arif ingin lebih fokus memadukan pemasaran secara online dan offline. Tahun depan Arif ingin melebarkan Kopitani hingga ke Pulau Jawa.

"Target outlet sampai akhir tahun ini minimal 10 targetnya. Ini sudah ada yang sounding sih buat merapat kita ada beberapa waiting list," kata Arif.

Pelaku usaha lainnya ialah, Penggagas Kopi Kangen William Heuw. William mengatakan, pandemi tak dipungkiri membuat semua usaha terdampak, terutama yang ada di sektor FnB. Kopi Kangen sendiri ikut merasakan dampak pandemi terutama saat awal Covid-19 masuk ke Indonesia.

"Kopi Kangen lumayan terdampak ya contohnya kalau di tempat-tempat yang dekat perkantoran sama yang di dekat kampus itu lumayan ke dampak banget di awal pandemi. Awal pandemi kita penurunan itu sampai 60% sampai 70%," ungkap William.

Namun tahun ini tepatnya bulan Februari, Kopi Kangen mulai kembali menunjukkan peningkatan, terutama untuk outlet yang berlokasi di sekitar perkantoran dan wilayah pinggiran Jakarta. Namun untuk outlet di sekitar kampus dan sekolah diakui masih belum sepenuhnya pulih.

"Sekarang tuh sudah mulai naik omzet kita ya dari awal baru rata-rata kembali ke 70% sampai 80%. Sudah kembali lagi sudah mulai ada kenaikan terutama masa-masa puasa itu kita bener-bener surprise banget," ujarnya.

Sejak awal diluncurkan pada Februari 2019 lalu, hingga sekarang Kopi Kangen sudah memiliki 33 outlet. Namun untuk saat ini baru ada 20 outlet yang aktif. Sisa outlet yang masih tutup disebut lantaran masih adanya pembatasan di beberapa daerah.

Baca Juga: Kolaborasi dengan Sjora Nestle, Kopi Kangen meluncurkan empat produk baru

"Outlet ada 20 di Jakarta, Tangerang, Semarang, Jambi dan Surabaya. Yang punya kita sendiri ada 4 outlet," kata William.

Sama seperti Kopitani, Kopi Kangen juga getol memaksimalkan pemasaran lewat online. Sinergi dengan jasa transportasi online pesan antar makanan kini semakin fokus dilakukan. Selain itu, promo-promo menarik juga diterapkan untuk menarik konsumen.

"Kita bulan depan akan kolaborasi lagi, inovasi kita kolaborasi dengan brand lain atau dengan influencer. Nanti bulan depan kita ada kolaborasi lumayan unik, tunggu aja," ucapnya seraya tertawa kecil.

Porsi penjualan Kopi Kangen saat ini 60% masih didominasi oleh penjualan luring. Ke depan William berencana ingin semakin memaksimalkan pemanfaatan digitalisasi di Kopi Kangen.

"Digitalisasi dalam pengembangan usaha itu sangat penting sekali karena integrasi antar semua platform itu penting banget, jadi sekarang kita rasa kita butuh platform yang bisa kolaborasi itu akan membantu," jelasnya.

Terkait rencana bisnis, William menyebut Kopi Kangen belum mematok angka tertentu untuk target penambahan outlet hingga akhir tahun ini. Kopi Kangen masih akan fokus pada pemaksimalan usaha saat ini agar tetap bertahan.

"Kalau untuk penambahan outlet kita belum bisa ngomong. Jadi kita ingin lewatin dulu lah. Tahun ini ingin bertahan dulu dengan yang ada, fokus dengan yang ada saat ini dulu kita lewati ini dulu," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×