kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.434   40,00   0,24%
  • IDX 6.852   35,82   0,53%
  • KOMPAS100 992   7,47   0,76%
  • LQ45 770   6,20   0,81%
  • ISSI 217   1,01   0,47%
  • IDX30 400   3,42   0,86%
  • IDXHIDIV20 475   0,88   0,19%
  • IDX80 112   0,83   0,75%
  • IDXV30 115   0,31   0,27%
  • IDXQ30 131   0,81   0,62%

Sudah bercita-cita punya toko roti sejak SMA (2)


Kamis, 19 Desember 2013 / 13:03 WIB
Sudah bercita-cita punya toko roti sejak SMA (2)
ILUSTRASI. Foto udara Stadion Si Jalak Harupat di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Piala Dunia U-20 2023, Indonesia menetapkan 6 stadion menjadi tempat pertandingan. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi.


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Havid Vebri

Bagi Halim Wibowo Santoso, bisnis yang digelutinya sekarang sudah menjadi cita-citanya sejak duduk di bangku SMA. Kala itu, ia kerap memimpikan memiliki sebuah toko roti.  

Untuk mewujudkan impiannya itu, Halim lalu memilih hijrah dari kampung halamannya di Situbondo ke Surabaya untuk kuliah di Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Widya Mandala. “Ternyata dari kuliah itu  sedikit sekali praktik pangannya,” ujarnya.

Ia menyelesaikan studinya tersebut pada 2007 lalu. Setelah lulus, ia sempat bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta sebagai tenaga pemasaran. Namun hanya berjalan dua bulan, ia sudah tidak nyaman dengan pekerjaannya itu.

Dari Jakarta, Halim lalu memutuskan kembali ke Surabaya. Di Kota Pahlawan ini, cita-citanya mem buka usaha roti dan donat makin berkobar.
Ia pun mulai belajar sendiri membuat donat. “Saya sempat beberapa kali nongkrong di gerai donat J.CO untuk melihat proses pembuatan donat dari dapur terbuka mereka,” ujar pemuda 29 tahun ini.

Dari situ, akhirnya ia memiliki gambaran besar bagaimana proses membuat donat. Kemudian tercetuslah resep donat dengan bahan baku ubi jalar setelah menonton serial kartun Kura-Kura Ninja.

Resepnya tersebut merupakan hasil uji coba hingga beberapa kali. Ia juga sempat mengikuti kursus membuat roti dan donat lewat program perusahaan tepung terigu Bogasari.

Percaya diri bisa membuat donat sendiri, akhirnya Halim meminjam uang sebesar Rp 10 juta kepada orang tuanya sebagai modal merintis usaha. Uang itu dipakai buat membeli dua buah gerobak sepeda roti dan beberapa bahan baku. “Saya mempekerjakan dua orang untuk keliling Surabaya menggunakan gerobak sepeda roti itu. Sayang hanya bertahan dua bulan,” kenang Halim.

Penyebabnya bukan karena donat yang ia buat tidak enak. Tapi dua pekerjanya itu tidak tahan mengayuh sepeda di bawah terik matahari Surabaya.
Kemudian Halim berinisiatif menawarkan donat buatannya ke kantor-kantor. Ia mendekati para office boy kantor yang sering dititipi makanan oleh para karyawan di perusahaan tersebut.

Ia juga kerap menitipkan donatnya ke kantin-kantin kantor dan kantin sekolah. Dari sini baru terlihat ada kemajuan. Bisnis donatnya di Surabaya tersebut bertahan hingga 2011 akhir. Setelah itu ia memindahkan usahanya ke kampung halamannya di Situbondo.

Kebetulan waktu itu kakaknya memiliki tempat usaha yang sedang tidak terpakai. Tempat itu juga yang menjadi markas HW Bakery hingga kini.
Satu tahun berjalan di Situbondo, Halim memutuskan memperluas jaringan usahanya dengan membuka gerai baru di Pasuruan. “Saya sempat membuka gerai di Surabaya tapi tutup mungkin karena kalah saing,” ujar pria lajang ini.

Halim optimistis bisnisnya bisa berkembang lebih besar lagi. Maka itu, ia selalu mengutamakan kualitas. “Harga juga belum berubah sejak 2008 sampai sekarang," ujarnya.   

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×