kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Sugar glidernya mungil, labanya lumayan gede (1)


Senin, 24 Agustus 2015 / 14:37 WIB
Sugar glidernya mungil, labanya lumayan gede (1)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Karena bentuk fisiknya yang lucu, jinak dan penurut, membuat banyak orang kepincut membudidayakan sugar glider. Hewan yang menyerupai tupai dan memiliki kantung ini  juga bernilai ekonomis tinggi. Dari hasil membudidayakan sugar glider, seorang peternak bisa meraup omzet Rp 20 juta per bulan.

Rutinitas pekerjaan sehari-hari kerap membuat seseorang merasa jenuh, penat, bahkan stres. Kondisi tersebut bisa mengurangi gairah atau mood seseorang dalam menjalankan aktivitas.

Nah, untuk membunuh penat, banyak orang menekuni hobi yang dimilikinya. Misalnya, beternak hewan peliharaan. Salah satu hewan peliharaan yang belakangan ini sedang populer dibudidayakan adalah sugar glider.

Sugar glider adalah hewan kecil mirip tupai dan berekor panjang untuk bergelantung di dahan pohon. Dinamakan sugar glider karena hewan menyukai makanan yang manis-manis. Sugar glider termasuk keluarga hewan marsupial atau berkantung.

Binatang yang memiliki nama latin Petaurus breviceps ini, habitat aslinya di belantara hutan Papua, Papua Nugini, Tasmania, dan Australia. Fisiknya yang lucu, berbulu halus dan penurut, membuat banyak orang kepincut membudidayakan sugar glider. Apalagi, hewan bersayap ini bernilai ekonomis tinggi.

Salah satu peternak sugar glider ialah Iva Aminatus Sholikhah asal Jember, Jawa Timur. Wanita yang akrab disapa Iva ini telah beternak sugar glider sejak April 2014.

Iva mengaku, pada awal beternak sugar glider, ia hanya punya dua pasang indukan. Jenisnya classic grey. Ia menggunakan lahan enam meter persegi untuk membudidayakan sugar glider. “Saya awalnya membeli beberapa ekor induk. Setelah berkembang biak, indukan dipilih untuk dibudidayakan," katanya.

Menurut Iva, masa perkembangbiakan sugar glider terbilang cepat. Hewan ini bereproduksi tidak mengenal musim dan biasa menghasilkan sampai dua joey (anakan sugar glider). Masa kehamilan sekitar 1,5 bulan setelah pembuahan dari pejantan.

Kini, Iva memiliki 30 sugar glider. Sebagian besar betina untuk keperluan budidaya. Dalam sebulan, Iva mengaku bisa menjual 5 ekor-6 ekor joey berumur 0-3 bulan dengan harga Rp 450.000-Rp 500.000. “Harga itu untuk jenis classic grey," jelasnya.

Untuk indukan, Iva bisa menjual lebih dari lima pasang per bulan dengan harga yang sama dengan joey. Dari penjualan anakan dan indukan, Iva bisa meraup omzet Rp 12 juta per bulan.

Rikky membanderol sugar glider hasil ternaknya Rp 400.000-Rp 1 juta per ekor. Yang paling laris adalah sugar glider jenis classic grey. Selain murah dan jinak, jenis ini banyak ditemukan di Indonesia. Sedangkan paling mahal adalah jenis mosaic, sekitar Rp 1 juta per ekor.

Ia mengklaim, dalam sebulan bisa meraup omzet Rp 15 juta dari hasil menjual sugar glider. Omzet ini belum termasuk penjualan alat dan perlengkapan beternak sugar glider seperti kandang, pouch, dan hanging pouch. Jika ditotal, omzet usahanya bisa Rp 20 juta per bulan.                 

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×