Reporter: Revi Yohana | Editor: Tri Adi
Perjalanan hidup Suhaili Sueb penuh lika-liku. Sebelum menjadi perajin cukli, ia pernah bekerja sebagai supir dan guide turis di sebuah hotel di Lombok. Ia pun sempat menjadi karyawan sebuah pabrik semen. Namun, saat krisis tahun 1998, ia terkena PHK. Saat menganggur itulah ia merintis usaha cukli.
Sebelum sukses menjadi pengrajin cukli khas Lombok, Suhaili Sueb pernah melakoni beberapa pekerjaan kasar. Pria lulusan sekolah menengah atas (SMA) ini sempat menjadi supir sekaligus pemandu turis atau guide di sebuah hotel di Lombok.
Profesi supir ini dilakoninya sejak lulus SMA pada 1986. Pekerjaan ini diambilnya karena tak ada keahlian lain yang dimilikinya. Sebagai supir dan guide, tugasnya adalah mengantar para turis mengunjungi berbagai tempat wisata, baik di Lombok maupun di Bali.
Saat bertugas sebagai supir turis ini ia mulai mengenal lebih dekat kerajinan cukli. Soalnya, banyak turis yang minta diantar belanja barang kerajinan khas Lombok di sejumlah toko oleh-oleh.
Nah, salah satu barang kerajinan yang banyak dijual di toko oleh-oleh itu adalah cukli. Saat itu, kerajinan cukli memang sudah mulai berkembang di kawasan Lombok.
Sebagai warga Lombok, Suhaili pun tertarik untuk menekuni kerajinan tangan tersebut. Namun, ia mengurungkan niatnya itu karena tidak ada modal.
"Saya tertarik karena cukli merupakan kerajinan khas Lombok yang banyak diminati turis," kata Suhaili.
Sebelum keinginan memproduksi cukli itu terwujud, ia sempat alih profesi. Seorang tamu hotel yang sudah kenal baik dengannya menawari pekerjaan menjadi pegawai di sebuah pabrik semen yang akan dibangun di Lombok.
"Katanya Pak Jusuf Kalla yang membangun pabrik, dan rencananya pabrik semen itu dinamakan PT Kalla Semen Utama," ujar Suhaili.
Ia pun menyambut baik tawaran itu. Sayangnya, sebelum pabrik sempat selesai dibangun, terjadi krisis moneter pada tahun 1998. Proyek pembangunan pabrik semen itu pun berhenti di tengah jalan.
Akibatnya, banyak karyawan yang dirumahkan, termasuk Suhaili. Dalam kondisi menganggur, ia pun kembali terpikir untuk menekuni kerajinan cukli.
Kendati minim modal, kali ini ia nekat membuat cukli. "Modal awal saya hanya Rp 1 juta," ujarnya.
Uang itu dipakainya buat membeli berbagai perlengkapan untuk membuat cukli. Untuk mengasah kemampuan di bidang ini, ia juga giat belajar dari rekan-rekannya yang sudah lebih dulu menekuni usaha ini.
Kebetulan, cukup banyak warga kampungnya yang menjadi perajin cukli. "Saya belajar. Saya coba-coba memegang pahat dan palu, lalu saya mencoba buat satu dua buah untuk dijual," kenang Suhaili.
Sebagai mantan supir dan guide, Suhaili masih menjalin hubungan baik dengan teman-temannya. Dari situ, banyak temannya mengarahkan turis untuk mengunjungi kampung Suhaili.
Suhaili pun senang karena banyak turis yang menyukai hasil karyanya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News