Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Rizki Caturini
Kawasan Kota Bogor memang terkenal dengan potensi komoditas pertanian serta perkebunannya. Tanaman pertanian hortikultura seperti sayuran dan buah menyebar hampir di semua wilayah. Tidak hanya di media tanah, di wilayah ini ada juga terdapat pusat penanaman tanaman hidroponik.
Sederhananya, sistem penanaman hidroponik adalah metode budidaya tanaman dengan menggunakan air yang diperkaya nutrisi, bukan tanah.
Salah satu sentra penanaman tanaman hortikultura di Bogor ini terletak di Kecamatan Parung. Nama lokasinya Parung 546. Ini adalah pusat pelatihan pertanian hidroponik.
Lokasinya sekitar 300 meter (m) dari Pasar Parung, Bogor. Saat memasuki kawasan ini, pengunjung akan disuguhi suasana asri yang dipenuhi pepohonan rindang. Semakin memasuki ke dalam kawasan ini, pengunjung akan banyak menemui rumah-rumah bambu yang atapnya ditutupi bahan sejenis plastik yang di dalamnya ditanami banyak sayuran, mulai dari yang baru disemai hingga siap panen.
Area hidroponik ini memiliki luas 4,8 hektare (ha) yang menghasilkan aneka sayuran hidroponik, seperti bayam merah, bayam hijau, sawi putih, sawi hijau (caisin), kangkung, tomat, wortel, cabai, buah-buahan, dan bunga hias. Dikelola oleh PT Kebun Sayur Segar, sentra ini memproduksi sayuran dan buah-buahan tersebut untuk dijual dengan merek dagang Parung Farm.
Sentra tanaman hortikultura ini sudah ada sejak 1994. Pada saat itu sistem hidroponik masih belum dikenal banyak orang. Awalnya, sayuran yang ditanam masih dalam jumlah terbatas. Tujuan awal lokasi ini berdiri adalah untuk pelatihan yang diperkenalkan oleh beberapa orang sarjana pertanian dari BPPT. Namun ternyata, banyak masyarakat yang tertarik untuk mendalami hidroponik.
Sarmin, salah satu petani di sentra tanaman hidroponik, ini mengaku, sudah bergabung menjadi petani hidroponik sejak Parung 546 berdiri. Sambil sibuk menyemai bibit bayam di tempat yang sudah didesain agar bisa mengalirkan air, Sarmin bercerita, membutuhkan waktu sebulan lebih untuk menghasilkan bayam merah, bayam hijau, sawi, dan pakcoy. Sekali panen, misalnya untuk sayur kangkung, bisa menghasilkan 3.000 pak dengan berat total 750 kg. Harga jual kangkung Rp 10.000 per pak. Harga jual bayam dan sawi juga sama Rp 10.000 per pak.
Hasil panen sayuran ini sudah dipasarkan ke beberapa swalayan besar seperti Carrefour, Hero, Giant, Hypermart, dan berbagai restoran serta hotel. Tidak hanya di daerah Parung, penjualan pun sampai ke Jakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan, sebagian wilayah Sumatra.
Sentra ini bekerjasama dengan satu area penanaman tanaman hidroponik di Cianjur, Jawa Barat. Di sana khusus menanam sayuran yang hanya cocok ditanam di dataran tinggi, seperti selada.
Dalam sebulan, Sarmin mengaku bisa meraih omzet lebih dari Rp 400 juta. Selain menjual sayuran, dia juga menerima pengadaan bibit yang dipesan dari rekanan importir, seperti bibit selada.
Yudi Supriyono, petani sayuran hidroponik lainnya, bilang, mampu meraih omzet Rp 100 juta−Rp 300 juta per bulan. Dia juga menjual peralatan bercocok tanam. n
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News