Reporter: Dinda Audriene Muthmainah | Editor: Rizki Caturini
Aktif dalam komunitas penabuh drum ternyata bisa mencetak rupiah yang tidak sedikit, jika kita jeli melihat peluang yang ada. Paling tidak itulah yang dialami oleh Ryan Ade Pratama. Bermula dari kesulitan mendapatkan alat musik perkusi asal Peru bernama cajon yang mulai tren beberapa tahun silam di Indonesia, Ryan, panggilan akrabnya, kini menjadi produsen cajon lokal yang patut diperhitungkan.
Lewat bendera usaha Koning Percussion, sarjana lulusan Sastra Belanda Universitas Indonesia (UI) ini bisa memproduksi cajon sebanyak 200 unit dalam sebulan. Sebagian besar pasarnya di wilayah Jabodetabek. Sementara, sisanya untuk kota-kota di luar Jakarta Seperti Surabaya, Bandung, Solo dan beberapa kota di Sumatera.
Pria berusia 26 tahun ini berhasil menjaring 26 toko musik di berbagai daerah. Sebut saja, Pro2Muzik di Jakarta Barat, Yamaha Premier di Jakarta Timur, Istana Musik di Medan, dan Waroeng Musik di Lampung. Dia juga bekerjasama dengan agen penjual di beberapa tempat seperti di Bandung.
Ryan bercerita, sebenarnya bisnis cajon di Indonesia saat ini sudah jauh lebih dibanding awal dia memulai bisnis ini di 2009. Sekarang makin banyak merek cajon lokal yang bermunculan. "Tapi kebanyakan para produsen lokal tersebut hanya punya satu seri atau pilihan produk," tutur Ryan.
Sementara dirinya memproduksi tiga seri cajon sesuai kegunaannya masing-masing. Bahkan tiga seri tersebut juga terdiri dari beberapa jenis cajon yang bunyinya berbeda-beda pula. Ketiga seri tersebut dia beri nama Wilhelmus, Vanperu, dan Beatrix.
Seri Vanperu akan terdengar seperti cajon tradisional. Biasanya cocok untuk musik flamenco, musik tradisional atau kebudayaan di Spanyol. Adapun Wilhelmus dan Beatrix akan terdengar lebih modern karena keduanya mirip dengan suara drum. "Hanya bedanya suara cajon beatrix bisa disetel, sementara Wilhelmius tidak bisa," tutur Ryan.
Dia bilang, Beatrix menjadi ciri khas produk dari Koning Percussion. Karena ada alat bernama throw off yang ditaruh di samping kiri cajon untuk memudahkan pemain ketika ingin menyesuaikan suaranya. Sementara merek lain alat throw off itu ditaruh di dalam cajon sehingga sulit jika ingin menyesuaikan karakter suaranya.
Koning Percussion juga menyediakan tempat perbaikan gratis bagi para konsumennya. Mereka bisa langsung membawa cajon ke kantor Koning Percussion di daerah Tebet, Jakarta Selatan atau bisa juga dikirim melalui paket.
Berkat penyebarannya yang luas, omzet Koning Percussion bisa mencapai Rp 80 juta sebulan dengan margin sekitar 30% sampai 40% tiap bulan.
Lewat usahanya ini, Ryan mengukir sejumlah prestasi. Pertama, dari 2000 pendaftar lomba wirausaha muda yang diadakan Bank Indonesia (BI) di pertengahan 2014 kemarin, dia berhasil masuk sebagai 30 besar finalis.
Dari situ Ryan mendapatkan hadiah pelatihan pengembangan bisnis. Di pengujung 2014, dia berhasil menduduki juara pertama di ajang Wismilak Diplomat Success Challenge. n
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News