CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.696   82,00   0,52%
  • IDX 7.312   67,81   0,94%
  • KOMPAS100 1.125   7,85   0,70%
  • LQ45 889   1,80   0,20%
  • ISSI 222   2,47   1,12%
  • IDX30 457   0,46   0,10%
  • IDXHIDIV20 553   -0,94   -0,17%
  • IDX80 129   0,53   0,41%
  • IDXV30 138   -0,62   -0,45%
  • IDXQ30 153   -0,01   -0,01%

Sukses membuat jam tangan berkualitas ekspor (1)


Kamis, 26 Juni 2014 / 14:19 WIB
Sukses membuat jam tangan berkualitas ekspor (1)
Cermati Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing pada Perdagangan Akhir Pekan


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Berawal dari kesukaannya pada aksesori jam tangan, Lucius Leon Worang menjelma sebagai pebisnis jam tangan eksklusif berkualitas ekspor. Dia menjalankan bisnis ini bersama kawannya, Hocky Santha.

Usia pria yang akrab di panggil Leon ini masih relatif muda, yakni 28 tahun. Meski masih belia, omzet bisnisnya telah mencapai ratusan juta rupiah per bulan. Tak heran, harga jual satu produk jam tangan yang mereka buat sekitar US$ 3.000–US$ 3.500 per unit, atau setara dengan Rp 36 juta–Rp 42 juta (kurs Rp 12.000 per dollar AS).

Maklum, produk jam tangan yang mereka namakan Lucius & Ki (L&K) itu sarat dengan sentuhan artistik yang mewah. Mereka jeli dalam memilih berbagai bahan baku, seperti stainless steel berkualitas nomor satu. Yang menjadikan produk ini makin unik adalah penggunaan unsur kayu sebagai salah satu bahan baku.

Leon memulai bisnis jam tangan eksklusif ini pada 2009 silam, setelah bertemu dengan Hocky. Berawal dari obrolan ringan, mereka akhirnya memutuskan untuk menjalankan bisnis bersama. Produk jam tangan menjadi pilihan lantaran sejak dulu Leon memang sudah tertarik dengan aksesori penunjuk waktu tersebut. "Bisnis ini membutuhkan passion," kata dia.

Butuh waktu setahun untuk melakukan riset dan eksperimen pembuatan produk untuk menghasilkan jam tangan berkualitas prima. Pada tahun 2010, mereka resmi melepas produknya ke pasar.

Produk itu dibikin secara tradisional alias hand made. Kayu yang digunakan adalah jenis rengas burung dan merbau. Oleh sebab itu, kapasitas produksi pun terbatas. Dia hanya memproduksi sekitar empat buah jam tangan per bulan. Leon memilih kedua jenis kayu tersebut sebagai bahan baku lantaran karakter warnanya yang cocok untuk dibuat jam tangan. Sedangkan untuk mesin jam, dia datangkan dari Swiss.

Dengan harga jual puluhan juta rupiah, target pasar produk ini adalah menengah ke atas. Pembelinya rata-rata datang dari luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa, Italia, Korea Selatan, dan hanya beberapa dari Indonesia.

Leon juga menerima pesanan dengan desain pribadi atau jam tangan custom. Tentu saja harga jual jam tangan pesanan seperti ini bisa lebih mahal. "Biasanya mereka meminta tambahan desain dengan nama mereka sehingga kesannya lebih personal," kata dia.

Rata-rata Leon bisa menjual dua unit hingga tiga unit jam tangan dalam sebulan. Keuntungan yang mereka dapatkan sekitar 30%–40% dari omzet. Harga bahan baku tidak murah serta biaya operasional yang tinggi membuat Leon tidak bisa mendapatkan keuntungan lebih besar.

Hingga saat ini, Leon belum mempunyai butik secara permanen. Selama ini dia hanya menjual melalui website. Sebetulnya beberapa distributor jam tangan dari luar negeri pernah menyatakan niatnya untuk bekerjasama. Namun hingga kini, dia belum menyanggupi permintaan tersebut.  

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×