Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini
Pilihan untuk berwirausaha telah dimiliki Rieka sejak muda. Wanita kelahiran 18 Juli 1991 ini telah mulai berbisnis kecil-kecilan sejak di bangku sekolah. "Waktu SMA dan awal kuliah saya sudah mulai berjualan berbagai barang," ujar Rieka. Lalu, di 2010 hatinya tertambat untuk mengembangkan usaha produksi kain kebaya.
Rieka mengawali usaha kain kebaya bersama sang kekasih yang kini menjadi suaminya, Abdul Mutaqqin. Kala itu, Abdul ingin membuka usaha kain kebaya khas Bali. Ia yakin, prospek usaha kain kebaya Bali masih sangat bagus. Menurut Rieka, tingkat belanja kebaya di Bali masih tinggi. "Untuk ibadah sehari-hari sampai berbagai upacara adat masih menggunakan kebaya," ujarnya.
Usaha ini pun didukung latar pekerjaan Abdul yang pernah menjadi sales di sebuah usaha kebaya Bali. Produksi kain kebaya bordir akhirnya menjadi pilihan Rieka dan Abdul.
Bermodalkan sebuah mesin bordir, kain dan uang senilai Rp 100.000 untuk membayar pulsa dan modem, Rieka dan Abdul mengembangkan usaha tersebut dengan nama D' Surau. Rieka fokus pada pemasaran dan pengembangan. Ia mulai membuat blog, memasarkan via jejaring sosial dan beriklan. Promosi via internet ini ternyata mendongkrak penjualan kain kebaya produksi D'Surau.
Setelah produk D'Surau cukup dikenal, pada 2011, Rieka mencari-cari inovasi baru agar pelanggannya tak bosan. Saat itu, ia memiliki kenalan pengusaha dress wanita berhias stilk. Rieka memperhatikan hiasan stilk cukup menarik dan memiliki kesamaan dengan bordir, yakni menonjolkan motif serta warna yang hidup.
Motif inilah yang menjadi ciri khas kebaya Bali. "Saya kemudian berpikir untuk mengaplikasikan stilk pada kain tile untuk menjadi kebaya," jelasnya.
Sebelumnya, stilk masih lebih banyak diaplikasikan untuk hiasan dress, atasan wanita maupun tas kasual. Sementara untuk kebaya masih sangat jarang.
Sejak akhir 2011, D'Surau mulai memproduksi dan memperkenalkan keunggulan kebaya stilknya. Ternyata, respon masyarakat pun cukup baik dan banyak yang berminat dengan jenis kain ini. Bahkan, belakangan penjualan kain kebaya stilk lebih dominan ketimbang kebaya bordir.
Permintaan pun meningkat, tak hanya dari warga Bali, tapi meluas hingga luar pulau dan luar negeri.
Rieka juga memenuhi pesanan dari Jakarta, dan berbagai kota di Pulau Jawa, juga Nusa Tenggara. Bahkan D'Surau pernah mengekspor produknya ke Malaysia, Brunei Darussalam dan Jepang. Selain itu, banyak pula wisatawan asing yang memborong kainnya.
Setiap bulannya D'Surau rutin memproduksi 500 helai kain. Sementara bulan-bulan yang ramai upacara adat, mereka bisa memproduksi 1.000 hingga 2.000 helai kain sebulan. "Di Bali, upacara ibadah atau adat bisa tiga bulan sekali diadakan," jelas Rieka.
Rentang harga produknya mulai Rp 200.000-Rp 600.000 untuk kain kebaya bordir, sedangkan untuk kebaya stilk harganya Rp 300.000-Rp 600.000 per unit. Omzet usaha berkisar Rp 100 juta-Rp 200 juta per bulan. Berkat inovasinya, Rieka juga terpilih menjadi salah satu finalis Wirausaha Muda Mandiri tahun 2012. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News