kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.462   -30,39   -0,41%
  • KOMPAS100 1.155   -4,60   -0,40%
  • LQ45 914   -6,43   -0,70%
  • ISSI 227   0,61   0,27%
  • IDX30 470   -4,56   -0,96%
  • IDXHIDIV20 567   -5,69   -0,99%
  • IDX80 132   -0,48   -0,36%
  • IDXV30 141   0,34   0,24%
  • IDXQ30 157   -1,24   -0,78%

Sukses mempopulerkan fesyen dari songket (1)


Kamis, 22 Agustus 2013 / 12:01 WIB
Sukses mempopulerkan fesyen dari songket (1)
ILUSTRASI. Mudah, Ini 2 Cara Transfer Kuota Indosat lewat Aplikasi dan USSD


Reporter: Marantina | Editor: Dupla Kartini

Kecintaan pada kain tradisional songket membawa Nyanyu Nur Komariah sukses berbisnis fesyen. Di bawah bendera Rumah Songket Adis, ia ikut melestarikan serta mempopulerkan kain songket hingga ke luar negeri.

Perempuan yang akrab disapa Adis ini merintis bisnis kain khas Palembang itu sejak tahun 2007 silam. Namun, tidak seperti kebanyakan pengusaha songket lainnya di Palembang, Adis tidak hanya berkutat pada kain songket. Ia juga memproduksi jumputan, yang juga kain tradisional Palembang.

Bahkan, kain tersebut diolahnya menjadi selendang dan pakaian. "Desainer ternama sudah sering memakai kain tradisional untuk pakaian rancangan mereka, jadi saya pikir, saya bisa mengikuti jejak mereka," kisahnya.

Semua pakaian yang diproduksi di Rumah Songket Adis merupakan desainnya sendiri. Maklum, kata Adis, keberadaan desainer songket masih sangat minim. Kebanyakan pengusaha kain hanya memproduksi songket dan jumputan.

Pakaian songket buatan Adis laris manis di pasaran. Dalam sebulan, ia bisa menghasilkan 150 - 200 item baju dari bahan songket. Selain itu, songket masih menjadi favorit yang dicari konsumen. Buktinya, Rumah Adis Songket bisa menjual sekitar 50 kain songket dalam sebulan.

Perempuan kelahiran Palembang, 29 tahun silam ini menuturkan, ia fokus pada produksi kain untuk segmentasi kelas menengah ke atas. Makanya, ia menggunakan benang kualitas pilihan.

Tak heran, harga jualnya pun terbilang tinggi. Satu lembar songket dibanderol Rp 3 juta hingga Rp 15 juta. Meski begitu, ia juga memproduksi songket dengan kualitas benang nomor dua. Harganya lebih murah, berkisar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta.

Sementara, satu potong pakaian dari kain songket dilego mulai dari Rp 600.000 sampai Rp 4 juta. Adis juga membuat baju kombinasi songket dan bahan kain seharga Rp 1 juta. Oleh karena mendesain sendiri, setiap baju yang diproduksi Adis bisa disebut edisi terbatas. "Jadi, tidak akan ada toko lain yang produksi baju yang persis sama," klaimnya.

Sekitar 80% pelanggan Rumah Songket Adis ialah perempuan. Namun, ia memiliki pelanggan di Malaysia yang kerap membeli selendang dan kemeja kombinasi untuk laki-laki. Hingga kini, sejumlah public figure pernah memakai desain songket karyanya, seperti Mooryati Soedibyo, Anwar Fuadi, dan Izabel Jahja.

Adis mendistribusikan produknya melalui sistem reseller untuk kain songket. "Saya sudah mulai sistem ini sejak empat tahun lalu, reseller saya kebanyakan di kota besar, seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan Riau," ucapnya.

Demi memperluas pemasaran, Adis rajin ikut pameran dan promosi di majalah, serta mengikuti pameran fesyen di berbagai daerah di Indonesia. Tak heran, ia bisa mengantongi omzet Rp 150 juta-Rp 200 juta sebulan.

Alhasil, Ia pun terpilih menjadi salah satu pemenang Wirausaha Muda Mandiri untuk kategori Kreatif pada 2012 silam. (Bersambung)          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×