CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -30.000   -1,94%
  • USD/IDR 15.740   98,00   0,62%
  • IDX 7.244   -140,01   -1,90%
  • KOMPAS100 1.117   -21,26   -1,87%
  • LQ45 887   -14,43   -1,60%
  • ISSI 220   -4,35   -1,94%
  • IDX30 457   -6,42   -1,38%
  • IDXHIDIV20 554   -6,30   -1,12%
  • IDX80 128   -2,00   -1,53%
  • IDXV30 139   -0,11   -0,08%
  • IDXQ30 153   -1,86   -1,20%

Sukses mendulang untung dari kerajinan khas Bali


Selasa, 28 Januari 2014 / 10:08 WIB
Sukses mendulang untung dari kerajinan khas Bali
ILUSTRASI. Aktor Lee Seung Gi yang banyak membintangi drama Korea populer, kini juga membintangi drakor terbarunya yang berjudul The Law Cafe.


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini

Berbekal pengalaman bekerja menjadi pengrajin di Gianyar, Bali ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), I Nyoman Patra sukses membangun usaha pembuatan perak di Bali. Di bawah bendera Patra's Collection, ia menghasilkan aneka jenis kerajinan tangan yang terbuat dari perak. Beberapa produk yang ia buat seperti cincin, liontin, gelang hingga kalung.

Ia paham betul, di Desa Celuk, Gianyar merupakan obyek wisata yang memiliki citra menonjol terhadap kerajinan perak. Itu pula yang membuat dia serius mendirikan usaha ini pada tahun 1994. Saban bulan, ia bisa memproduksi 7.000 kerajinan perak. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 4 juta per buah.

Tak hanya memasok kebutuhan untuk di dalam negeri dengan menjual ke  toko-toko lokal, ia juga menjual produknya ke luar negeri seperti AS dan ke beberapa negara di Eropa. "Target ekspor sekitar 70% dan 30% untuk penjualan di dalam negeri," kata pria yang akrab di sapa Patra ini.

Ia bisa lebih banyak melakukan ekspor lantaran  telah memiliki beberapa pelanggan yang sudah memiliki gerai sendiri di negaranya. Gerai milik Nyoman sendiri di Indonesia hanya satu. Lokasinya di di Celuk, Gianyar, Bali. Dari situ, Patra mampu meraup omzet sekitar Rp 200 juta sebulan.

Di balik suksesnya, ada perjalanan panjang yang  telah ia tempuh. Patra mengawali usaha dari menjadi pengrajin di tempat orang lain. Ia bilang, sejak SMA sudah bekerja membuat kerajinan perak untuk membayar sekolahnya. "Saya diajari cara membuat perak oleh tetangga karena hampir semua orang di Desa Celuk adalah pengrajin perak," ujar dia.

Pria kelahiran Desa Celuk,  pada 51 tahun silam ini memproduksi kerajinan perak paling tidak sekitar 40 model. Bahan baku perak didapat dari para penambang rakyat di seluruh Indonesia. Awalnya, ia memproduksi kerajinan perak ini dengan dibantu oleh tiga pekerja yang merupakan warga di sekitar rumahnya di Gianyar. Kini, dengan lahan seluas 200 meter persegi (m2) yang menjadi tempat usahanya, Patra sudah bisa mempekerjakan sekitar 50 pekerja.

Mayoritas pekerjanya adalah warga yang menganggur, terutama mereka yang putus sekolah. "Lewat usaha ini saya bisa membantu memberdayakan dan menaikkan taraf ekonomi mereka," ujar dia.

Kerajinan perak yang telah selesai dibuat lantas dipajang di rak-rak kaca tembus pandang. Sehingga, meskipun hanya lewat, turis dapat melihat barang-barang kerajinan perak tersebut.

Patra mengatakan, sebagai desa objek wisata, Celuk selalu dikunjungi oleh wisatawan yang ingin melihat dari dekat cara pembuatan kerajinan perak secara langsung.

Maka dari itu, dengan didukung oleh citra daerahnya, ia yakin, usaha ekonomi kerakyatan bisa maju apabila di dukung pekerja yang kreatif dan pekerja keras. Makanya, ia membimbing para pekerjanya hingga mampu menghasilkan karya yang kreatif. "Tak hanya berhenti di situ, kita pun harus mengapresiasi hasil karya mereka, sehingga mereka punya semangat untuk berkembang," ucap Patra.       

(bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×