kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sukses mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel


Kamis, 23 Maret 2017 / 14:49 WIB
Sukses mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Besar di Makassar, Sulawesi Selatan, Andi Hilmy Mutawakkil tahu betul sulitnya mencari bahan bakar minyak (BBM) ketika sedang langka. Melihat kondisi itu, pada 2011 ia mulai berfikir untuk mencari solusi atas kelangkaan BBM.

Menggemari ilmu sains, Andi yang kala itu masih duduk di bangku kelas 2 SMA mulai melakukan riset mengembangkan energi terbarukan. Bersama rekan-rekan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), ia mencoba menciptakan beberapa jenis energi terbarukan.

“Menimbang teknologi, bahan baku, dan akses pasar sudah tersedia semua, akhirnya biodiesel yang dipilih untuk dikembangkan,” katanya.  Begitu menginjak bangku kuliah, Andi semakin serius mengembangkan teknologi pengolahan biodiesel. Pengembangan ini dilakukan dengan melibatkan  enam orang rekannya.

Dari hasil riset, mereka pun memutuskan mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel. Mereka pumengumpulkan modal pribadi untuk membuat prototype alat pengolah minyak jelantah menjadi biodiesel.

“Kami sudah berhasil menghasilkan 30 Liter biodisel pada waktu itu,” ujar Andi. Pencapaian tersebut mendorong sekelompok anak muda tersebut untuk terbang ke Jakarta guna mengumpulkan dana untuk mendirikan pabrik pengolahan biodiesel.

Sayang, perjuangan mereka belum membuahkan hasil. Namun, Andi tak kecewa karena ia mendapat banyak pengalaman dari perjalanannya selama 2 bulan di Jakarta. “Setelah keuangan hampir habis, kami kembali ke Makassar,” ujarnya.

Di Makassar Andi dan teman-teman kembali mengumpulkan dana pribadi. Dengan modal Rp 350 juta, mereka berhasil mendirikan pabrik dibawah naungan CV Garuda Energi Nusantara (GEN). Pada 2015, pabrik tersebut resmi beroperasi dan produknya lebih dikenal dengan merek usaha Gen Oil.

Di awal 2015 Gen Oil sudah bisa menghasilkan 1.000 liter biodisel. Sementara kapasitas produksi saat ini sudah 2.000 liter biodisel dalam sehari.

Awalnya, Andi bermaksud menawarkan produknya ke industri. Karena kendala pembayaran, akhirnya ia memasarkan produknya ke nelayan. Tak disangka, nelayan justru terbantu dengan biodisel produksinya.

“Ini justru menjadi solusi bagi nelayan. Dengan biodisel, nelayan bisa efisien bahan bakar hingga 20%,” tutur Andi. Hingga saat ini, sudah ada 33 kelompok nelayan di Makassar yang terbantu dengan produk biodisel Gen Oil.

Dalam perjalanan produksinya, Gen Oil sempat kesulitan mengumpulkan minyak jelantah. Andi lalu menggandeng preman untuk mengumpulkan minyak jelantah. Saat ini ada 25 preman yang memasok minyak jelantah ke Gen Oil. Pasokan minyak jelantah dari preman ini dihargai Rp 2.500 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×