Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini
Sentra pengasapan ikan di Bandarharjo, Semarang sudah mengalami pasang surut dalam mempertahankan eksistensinya. Rata-rata ikan asap yang bisa diproduksi di sentra ini mencapai lima ton per hari.
Satu unit usaha biasanya mampu menghasilkan sekitar empat kuintal hingga lima kuintal bahkan lebih ikan asap dalam sehari. Penduduk lokal di sini biasa menyebut ikan asap ini dengan sebutan mangut. Menu mangut ini bisa dikonsumsi bersama sambal ataupun sebagai campuran sayur.
Para pemilik usaha pengasapan ikan di sini mengaku harus bersaing ketat dengan pabrik obat nyamuk untuk urusan pengadaan bahan baku batok kelapa. Pabrik obat nyamuk tersebut letaknya tidak jauh dengan pemukiman dan tempat produksi pengasapan ikan. Maklum, pabrik obat nyamuk ini juga kerap menggunakan bahan baku batok kelapa untuk membuat obat nyamuk bakar.
Humaidi Komet, salah satu pelaku usaha pengasapan ikan disini bilang, setiap hari dirinya dan para pengusaha lain harus bersaing mendapatkan batok kelapa. Para pemasok batok kelapa dari Pasar Peterongan dan Pasar Karangayu lebih memprioritaskan batok kelapa untuk pabrik obat nyamuk.
Sebab, pabrik biasanya membeli dalam jumlah besar dengan uang muka yang dibayar lebih besar. "Kami sebagai pengusaha kecil biasanya dapat sisanya saja. Jadi untuk memenuhi bahan baku kita pesan batok kelapa dari tempat jauh dari Semarang Utara," kata dia.
Setelah batok kelapa tidak digunakan lagi menjadi bahan bakar mengasapi ikan, batok berubah menjadi arang. Biasanya Komet menjual lagi arang tersebut ke Pasar Sriwijaya atau ke penjual sate.
Lantaran cara produksi ikan ini diasap, tentu saja jika Anda mendatangi daerah ini, akan banyak sekali kepulan asap membubung. Dari jauh, penampakan kawasan ini seperti pabrik karena banyak asap putih mengepul ke atas. Para pengasap ikan di sini masing-masing sudah memiliki cerobong asap sehingga asap tidak menyebar dan menghalangi pandangan mata.
Ketika KONTAN menyambangi sentra ini, terlihat Yetty Saat, pengasap ikan yang sudah menjalankan usaha selama 18 tahun ini sibuk membolak-balikkan ikan di tempat pengasapan yang terbuat dari kawat. Sembari bekerja, dia bercerita bahwa sentra yang sudah lama berdiri ini jauh dari perhatian pemerintah daerah. Ia bilang untuk mendapatkan air bersih itu sangat sulit. Maklum, kawasan sentra ini memang jauh dari sungai dan air di sana sudah banyak yang tercemar.
Area ini memang terlihat sedikit kumuh dan tidak nyaman untuk dihuni. Karena keadaannya seperti itu, justru tempat ini kerap menjadi objek wisata dan foto para fotografer dari luar Semarang. Pemandangan rumah-rumah bercerobong tempat pengasap ikan ini dianggap eksotis oleh para turis. n
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News