kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sunarto sukses menjadi juragan kue nopia (1)


Rabu, 22 Agustus 2012 / 18:12 WIB
Sunarto sukses menjadi juragan kue nopia (1)
ILUSTRASI. Petugas medis melakukan tes usap PCR terhadap pasien COVID-19 di selasar Ruang IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021). ANTARA FOTO/Fauzan/hp.


Reporter: Revi Yohana | Editor: Havid Vebri

Berawal dari bisnis kecil-kecilan skala rumah tangga, kini usaha camilan yang ditekuni Sunarto sejak 10 tahun lalu sukses berkembang pesat.
Memproduksi camilan khas daerah Banyumas bernama nopia, Sunarto kini memasok sejumlah minimarket modern, seperti Alfamart dan Indomaret di seluruh Indonesia. Selain minimarket, produk nopia buatannya juga dipasarkan ke sejumlah toko camilan di Jawa Tengah.

Di bawah bendera usaha Prima Langgeng, Sunarto memproduksi nopia sebanyak 1 ton per hari. Omzet usahanya mencapai sekitar 20 juta per hari. "Produksi saya masih di bawah permintaan," kata Sunarto.

Mungkin, tak banyak yang tahu dengan camilan nopia ini. Makanan khas Banyumas ini terbuat dari tepung terigu dengan tekstur yang keras dan renyah. Bagian dalam nopia kosong dan diisi lapisan gula merah di bagian dinding dalam nopia.

Bentuk nopia bulat seperti telur. Rasanya pun perpaduan antara gurih dan manis gula merah. Nopia biasa juga disebut telur gajah atau di Banyumas disebut endog gludhug.

Sunarto mengawali usahanya ini tahun 2002. Saat itu, ia baru saja keluar dari tempatnya bekerja di sebuah perusahaan camilan bernama Gita Snack.
Di perusahaan ini, ia telah bekerja selama 13 tahun sejak 1989. Lokasi tempat kerja yang jauh dari rumah dan keluarganya membuat Sunarto memutuskan berhenti dari pekerjaannya.

Setelah keluar, ia langsung membuka usaha sendiri. Pengalaman bekerja di Gita Snack sangat membantunya dalam merintis usaha ini. "Kebetulan di Gita Snack saya bekerja di bagian produksi," ujarnya.

Pilihannya jatuh pada nopia karena pemainnya belum banyak. Selain itu, ia juga ingin mengenalkan makanan khas daerahnya ini ke berbagai kalangan. Lantaran relasi dengan bosnya di Gita Snack masih berjalan dengan baik, maka di tahun 2003, Sunarto diajak bekas bosnya itu untuk bekerja sama.

Ia pun dipinjami modal usaha sebesar Rp 5 juta untuk membesarkan usahanya. Sejak itu, hampir seluruh produksi Sunarto dibeli langsung dan dipasarkan oleh Gita Snack dengan label nama Gita Snack. "Saya berterima kasih kepada bos saya bernama Pak Iwan karena sudah membantu bisnis saya," ujar Sunarto.

Sunarto tak mempersoalkan jika camilannya kini lebih dikenal dengan nama Gita Snack. Selain menjual dalam partai besar ke Gita Snack, Sunarto juga meladeni pembelian partai kecil yang datang langsung ke rumahnya.

Untuk partai kecil ini, ia menggunakan merek dagang Prima Langgeng. Sunarto menjual nopia dengan harga sekitar Rp 15.000 hingga Rp 18.000 per kilogram (kg), tergantung jumlah pembelian. "Omzet kotor saya per hari biasanya di atas Rp 20 juta," jelas Sunarto.

Dalam menjalani usaha ini, ia dibantu sebanyak 54 karyawan. Dengan karyawan sebanyak itu, ia mampu memproduksi minimal 30 ton nopia dalam sebulan. "Saya sendiri tidak pernah menyangka bisnis saya ini bisa sampai sukses dan maju seperti sekarang ini," ujar Sunarto.
Ia meyakini modal utama dalam kesuksesan berusaha adalah kesabaran dan keuletan bekerja.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×