Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini
SURABAYA. Masyarakat kita sudah akrab dengan jajanan kue. Aneka kue tradisional kerap dijadikan sarapan atau sekadar camilan. Itu sebabnya, di berbagai daerah selalu saja ada orang yang menggeluti usaha pembuatan kue. Nah, di kota Surabaya, ada kawasan yang terkenal sebagai sentra produksi kue, yaitu di Kelurahan Penjaringan Sari.
Saat ini, di sana terdapat 24 perajin yang setiap hari memproduksi kue di rumah masing-masing. Karena banyaknya pembuat kue tersebut, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Surabaya meresmikan kawasan itu sebagai Kampung Kue tahun 2010.
Seorang perajin kue, Anik Pudjiati bercerita, usaha pembuatan kue di kampung tersebut mulai pada tahun 2001. Awalnya, ada sekitar delapan perajin yang berasal dari Rusun Penjaringan Sari.
Setelah dibina Dinas Perdagangan dan Industri Kota Surabaya, jumlahnya terus bertambah. Maklum, pemerintah rutin menggelar pelatihan secara berkelompok. Usaha para perajin pun lebih berkembang.
Akhirnya, semakin banyak yang bergabung. Maka, terbentuk dua kelompok baru dari warga yang tinggal di Wisma Penjaringan Sari dan Pandogo. Ketiga kelompok ini masih satu kelurahan. "Total sudah ada 24 perajin," ujar Anik.
Salah satu perajin yang baru bergabung pada 2010 adalah Marfuah. Menurutnya, dulu ia ikut kumpul-kumpul, lalu ikut pelatihan. "Lama-lama, saya jadi tertarik membuka usaha produksi kue," kisahnya.
Pasar kue para perajin makin luas, maka order yang mereka terima juga makin banyak.
Para perajin kue Penjaringan Sari membuat aneka kue basah dan kue kering. Kata Anik, ia biasanya membuat sekitar 20 jenis kue basah, seperti nagasari, kue lapis, lemper, dadar gulung, pisang keju dan roti kukus gula merah. Harga jualnya di produsen berkisar Rp 1.500 - Rp 2.000 per buah.
Selain itu, ia menjual kue kering, seperti pastel kering dan onde-onde wijen. Untuk kue kering ini dibanderol mulai Rp 40.000 hingga Rp 60.000 per kilogram (kg).
Perajin kue lainnya, Suniyah sudah mulai membuat kue sejak 2007. Ia lebih fokus menjual kue basah, dibandingkan kue kering. "Penggemar kue basah tradisional buatan tangan itu masih banyak," ungkap perempuan yang menguasai 15 resep kue basah ini.
Dalam sebulan, Suniyah memproduksi sekitar 15.000 kue basah. Jumlah ini diluar pesanan khusus yang biasanya berkisar 100 - 300 buah per hari. Ia mematok harga Rp 1.500 hingga Rp 3.000 per buah.
Tak hanya itu, Suniyah juga mampu menjual puluhan kilogram kue kering setiap bulan. Makanya, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 30 juta per bulan.
Sementara, Anik biasanya menghasilkan sekitar 7.000 kue basah setiap bulan. Jumlah tersebut sudah termasuk kue pesanan.
Di samping itu, ia juga rutin membuat pesanan kue kering. Sekali pesan bisa sekitar 15 kg. Dari bisnis ini, ia dapat meraup omzet Rp 25 juta sebulan. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News