kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surplus beras dan kenaikan harga akhir tahun


Selasa, 23 Oktober 2018 / 08:11 WIB
Surplus beras dan kenaikan harga akhir tahun
ILUSTRASI. Pasar Induk Beras Cipinang


Reporter: Grace Olivia, Kiki Safitri | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah yakin, stok beras hingga akhir tahun ini berlimpah. Malah, diperkirakan akan ada surplus produksi beras 2,85 juta ton di akhir tahun ini. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, data tersebut diperoleh setelah Senin (22/10) bertemu dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Dia bilang, BPS menghitung akan ada total produksi beras nasional sepanjang tahun ini mencapai 32,4 juta ton.

"Itu sudah dihitung mulai dari beras dipanen, kemudian jadi GKP (gabah kering panen), lalu jadi GKG (gabah kering giling) hilang dan susutnya sudah dihitung dan dikonversi, dapatnya produksi kita segitu," kata Darmin saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (22/10).

Di sisi lain, Darmin menyebut, konsumsi beras nasional sepanjang tahun ini dihitung mencapai 29,6 juta ton. Dengan begitu, surplus produksi beras tahun ini hanya mencapai 2,85 juta ton.

Sementara, Kementerian Pertanian (Kementan) sebelumnya menyatakan prediksi surplus produksi beras sebesar 13,03 juta ton. Perkiraan surplus tersebut dihitung dari target produksi beras 2018 sebesar 80 juta ton atau 46,5 juta ton setara beras, sementara perkiraan total konsumsi beras nasional hanya 33,47 juta ton.

"Kelebihan produksi sebesar itu, tadinya bisa 20 juta ton lebihnya. Tapi jumlah petani kita ada 4,5 juta keluarga. Mereka pasti menyimpan 5 atau 10 kilo sehingga suplai di pasar tersendat," kata Darmin.

Tak heran, Darmin menambahkan, sejak awal tahun stok beras di Bulog terbilang sangat rendah. "Bahkan waktu Maret kita mengimpor, stok Bulog cuma 500.000 ton, tidak pernah kejadian itu," tambah Darmin.

Adapun, Darmin enggan mengomentari kebutuhan impor beras di tahun depan dengan kondisi data produksi terbaru saat ini.

"Di Bulog sekarang ada beras 2,4 juta ton, impornya 1,8 juta tambah 600.000 dari dalam negeri. BPS tiap bulan akan menghasilkan data jadi tunggu saja jangan buru-buru menyimpulkan apa-apa," pungkasnya.

Ditanya soal seberapa aman kondisi beras nasional berdasarkan data BPS terbaru tersebut, Darmin menjawab singkat. "Kita aman karena impor, kalau enggak ada impor, ya tewas." tandas Darmin.

Harga naik

Kendati surplus, Bulog melihat ada tren kenaikan harga beras jelang akhir tahun akibat panen yang sudah berkurang. 

"Naiknya masih normal di bawah 2%, sih. Tapi trennya naik,” kata Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh kepada Kontan.co.id, Senin (22/10).

Menurut Wahyu, kenaikan harga ini merupakan pola tahunan yang terjadi pada akhir Oktober hingga Februari akhir. Oleh sebab itu, Bulog melakukan upaya stabilisasi harga dengan melakukan operasi pasar.

Wahyu menyebut sampai dengan akhir tahun harga beras berpotensi naik namun masih di bawah Rp 10.000 per kilogram. “Kecenderungan harga sampai akhir tahun naik, tapi tidak terlalu signifikan ya, kan HET (Harga Eceran Trtinggi) kita Rp 9.450. Hitungan kasar masih di bawah Rp 10.000,” jelasnya.

Direktur Utama PT Food Station Tjipinang, Arief Prasetyo juga memprediksi kenaikan harga beras menjelang akhir tahun. Namun sejauh ini stok beras Food Station hingga akhir tahun aman.

“Sejauh ini stok beras di Food Station Tjipinang diatas 30.000 ton. Kalau produksi masih oke. Posisi kami sudah di atas 45.000 ton sampai 48.000 ton, ini artinya masih baik,” kata Arief.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×