kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Survei Herbalife: Orang Indonesia berkeinginan kuat untuk berwirausaha


Kamis, 15 Agustus 2019 / 16:49 WIB
Survei Herbalife: Orang Indonesia berkeinginan kuat untuk berwirausaha


Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai perusahaan yang bertujuan membuat dunia lebih sehat dan bahagia, perusahaan nutrisi global, Herbalife Nutrition, merilis sejumlah temuan dari survei bertajuk “Survei  Kewirausahaan 2019 (The Asia Pacific Entrepreneurship Insights Survey 2019)”. Survei yang dilakukan mulai Mei hingga awal Agustus lalu, dilakukan di sembilan negara di Asia Pasifik, yaitu Australia, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan dan Thailand.

Survei ini mengungkapkan bahwa tujuh dari 10 orang atau 71% responden Asia Pasifik bercita-cita untuk memiliki bisnis sendiri. Keinginan untuk menjadi wirausaha di Indonesia menjadi terkuat dibanding negara lain di Asia Pasifik, mayoritas responden Indonesia (96%) mengaku memiliki mimpi untuk mulai membuka usaha sendiri, disusul Filipina (92%), Thailand (89%) dan Malaysia (86%).

Senior Director & General Manager Herbalife Nutrition Andam Dewi mengatakan, tingginya semangat untuk berwirausaha di kalangan masyarakat Indonesia cukup menggembirakan. Namun, masih banyak anggapan bahwa memulai bisnis sendiri adalah hal yang sangat menakutkan bagi sebagian orang. Survei ini menghadirkan temuan-temuan yang dapat menjadi wawasan baru tentang persepsi dan sikap dalam memulai berwirausaha. “Survei ini pun menjadi masukan bagi kami untuk memahami bagaimana perusahaan dapat mendukung seseorang untuk melakukan lompatan dan menjadi seorang pengusaha dan menggapai mimpinya di suatu hari,” katanya dalam keterangan resminya, Kamis (15/8).

Saat ditanya kapan untuk memulai berwirausaha, mayoritas responden di Indonesia (64%) menyebutkan mengikuti instuisi mereka untuk menentukan kapan memulai berwirausaha.  Jika mereka membuka usaha, sebanyak 52% responden Indonesia lebih dimotivasi oleh keinginan untuk menyalurkan passion sekaligus menambah pendapatan.” Mayoritas  atau 94% responden di Indonesia juga merasa atau beranggapan bahwa berwirausaha akan mendatangkan kebahagiaan lebih besar bagi mereka dibanding bekerja kepada orang lain,” sebut Andam.

Dan yang menggelitik, berdasarkan temuan survei, sebesar 71% diantara mereka yang berkeinginan untuk bermimpi atau bahkan telah memiliki bisnis sendiri, bermimpi akan datang suatu hari dimana mereka dapat menghadap sang bos dan mengajukan surat pengunduran diri. Sama halnya dengan responden Indonesia, responden di negara lain di Asia Tenggara juga memiliki mimpi yang sama untuk bisa meyampaikan pengunduran diri dari tempat kerjanya saat ini dan memiliki bisnis sendiri (Malaysia 76%, Thailand 74%, dan Filipina 73%).

Menurut Andam, di samping mimpi dan motivasi seperti di atas, responden yang berkeinginan untuk memulai bisnisnya sendiri juga beranggapan bahwa dengan memulai atau memiliki bisnis sendiri, mereka akan memperoleh beberapa keuntungan diantaranya  fleksibilitas jam kerja (75%), berkesempatan untuk menambah pendapatan (69%), menjadi bos atas diri sendiri (56%), dan memiliki kepuasan dalam melakukan pekerjaan (53%).

Meski telah banyak manfaat dan keuntungan yang dianggap akan datang seiring dengan keberanian memulai bisnis, hampir 7 dari 10 responden beranggapan bahwa dirinya tidak pernah memiliki kesempatan untuk memulai bisnis sendiri. Sementara di lain pihak, 81% responden menyatakan bahwa mereka bingung akan banyaknya prospek bisnis yang potensial untuk dilakukan.

Saat ditanya apa yang menjadi alasan utama untuk tidak memulai berwirausaha atau menjalankan bisnis sendiri, mayoritas responden (76%) menyatakan bahwa permodalan menjadi faktor pertimbangan utama, sedangkan 44% responden juga menganggap minimnya pengetahuan pengelolaan keuangan dan pasar menjadi hambatan dalam memulai bisnisnya sendiri.

Meski mengetahui hambatan yang umum dirasakan serta berbagai risiko yang mungkin akan dihadapi saat memulai atau menjalankan usaha sendiri, 8 dari 10 (88%) responden Indonesia memilih untuk menggunakan uang mereka sendiri sebagai sarana pembiayaan awal untuk bisnis mereka. Sebagian kecil (33%) memilih untuk menggunakan pinjaman atau sumber pendanaan dari keluarga sedangkan, 25% akan menjadikan fasilitas pinjaman untuk usaha kecil untuk membiayai bisnis baru mereka.

Andam menyebutkan, dari hasil survei tersebut kita dapat mengetahui dan mengamati bahwa responden di Indonesia akan berpikir matang untuk memulai bisnis baru. Tak hanya potensi penghasilan yang jelas, tapi juga perlu memikirkan biaya awal termasuk sumber dan besarannya.  Meskipun demikian, memulai bisnis akan selalu datang dengan manfaat dan risikonya sendiri. “Oleh karena itu penting untuk menyalurkan keahlian dan pengetahuan yang tepat guna membantu kita untuk memulai perjalanan kewirausahaan, sambil belajar untuk mengurangi risiko-risiko yang muncul,” tutup Andam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×