kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.204   62,76   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   11,08   1,01%
  • LQ45 878   11,31   1,31%
  • ISSI 221   1,16   0,53%
  • IDX30 449   6,13   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,20   0,97%
  • IDX80 127   1,37   1,09%
  • IDXV30 135   0,73   0,54%
  • IDXQ30 149   1,60   1,08%

Suryanesia Mantap di Bisnis PLTS Atap


Sabtu, 07 Januari 2023 / 09:15 WIB
Suryanesia Mantap di Bisnis PLTS Atap


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi energi baru terbarukan (EBT) masih menjanjikan. Tak heran, mulai banyak perusahaan yang merangsek bisnis energi non-fosil ini. Salah satunya adalah Suryanesia.

Ini adalah startup yang menyediakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap. Berbeda dengan bisnis sejenis, usaha rintisan yang baru beroperasi Agustus 2021 ini memberikan layanan penyewaan PLTS atap atawa solar as a service.

Adapun model bisnis yang ditawarkan Suryanesia adalah membangun dari awal perangkat PLTS atap di area klien. Mulai pembangunan instalasi jaringan, pengoperasian hingga pemeliharaan PLTS atap. Semuanya dikerjakan Suryanesia. 

Pengguna atau pelanggan Suryanesia tinggal membayar biaya bulanan sesuai dengan volume kwh listrik yang dihasilkan PLTS atap tersebut.

Dengan konsep bisnis yang Suryanesia tawarkan, pelan namun pasti, mulai banyak perusahaan yang memakai jasanya. Terutama bagi klien yang punya ruang atap yang luas, seperti pabrik dan sejenisnya. 

Baca Juga: Erenesia memudahkan produsen panel surya mencari pasar

Menurut Rheza Adhihusada, Founder dan Chief Executive Officer Suryanesia, para pengguna PLTS atap Suryanesia adalah pemilik mal, produsen makanan dan minuman, perusahaan kemasan, serta perusahaan dari ragam sektor manufaktur. Antara lain pabrik tekstil, farmasi, plastik, dan furnitur.

Rheza mengklaim, layanan Suryanesia diminati lantaran bisa menghemat biaya listrik cukup signifikan.

"Mereka dapat menghemat sekitar  Rp 300 juta-Rp 700 juta setiap tahunnya," klaim Rheza, Rabu (4/1).

Sayang, Rheza tidak merinci besaran rata-rata biaya listrik PLTS atapnya, termasuk juga pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut. Yang jelas, hasil yang sudah didapat Suryanesia membuat dirinya berkomitmen untuk mengembangkan usaha startup ini.

Apalagi usaha rintisan tersebut sudah mulai dilirik investor. Belum lama ini, Suryanesia mendapatkan injeksi modal perdana sebesar Rp 31 miliar. 

Suntikan modal tersebut dipimpin oleh Intudo Ventures, serta partisipasi dari sejumlah investor yang mencakup para eksekutif perusahaan, konsultan manajemen, dana ekuitas swasta, hingga dana investasi milik pemerintah.

Dengan modal yang sudah di tangan, Suryanesia bakal mengebut ekspansi usaha. Rheza menjelaskan, dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan tim guna mempercepat pemasaran dan pembangunan proyek PLTS atap.

Selain itu, Suryanesia juga memiliki rencana untuk memperluas ke segmen produksi listrik EBT lainnya. Di antaranya listrik tenaga angin, penyimpanan baterai dan sejenisnya.

Potensi inilah yang membuat Intudo Ventures  tertarik menanamkan modalnya di Suryanesia. 

Founding Partner Intudo Ventures, Patrick Yip melihat, peluang bisnis energi terbarukan juga akan semakin menjanjikan ke depannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×