Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Havid Vebri
Sentra penjualan oleh-oleh di pusat Kota Bengkulu yang terdapat di Jalan Soekarno- Hatta, Anggut Atas, menyediakan aneka buah tangan khas bumi raflesia. Selain suvenir, juga dijual aneka makanan khas Bengkulu.
Aneka makanan dan suvenir khas daerah ini diperoleh para pedagang dari para perajin di Kota Bengkulu maupun dari daerah-daerah kabupaten. Herdi Sjafrudin, pemilik Toko Joewada, misalnya, bekerjasama dengan 15 perajin yang memasok aneka suvenir dan makanan ke kiosnya. "Ada yang dipasok dari perajin di Bengkulu Selatan seperti Curup, tapi sebagian besar kami ambil dari perajin di kota ini," tutur Herdi.
Herdi juga memproduksi sendiri sebagian besar makanan yang dijual di ki-osnya. "Kebanyakan makanan di toko ini dibuat sendiri oleh pedagang," ujar Herdi. Pasokan makanan dan suvenir dari perajin itu ada yang sifatnya hanya menitip, dan ada yang dia bayar langsung.
Jika sistemnya titipan atau konsinyasi, pedagang baru membayar ke perajin saat barang dan makanan telah laku. "Untuk makanan yang bersifat titip, para perajin selalu mengecek keadaan pasokan sekali tiga hari," kata dia.
Aini Puspi, pedagang lain di sentra ini, juga menjalin kerjasama dengan beberapa perajin. Untuk pasokan suvenir didapat dari saudara laki-lakinya yang kebetulan berprofesi sebagai perajin.
Namun, untuk bahan baku kulit pohon lantung dia pasok sendiri ke saudaranya itu. Kulit lantung itu dibelinya seharga Rp 12.500 dengan ukuran 0,5 meter (m) x 2 m. "Jadi saudara saya tinggal membuat saja," ujarnya.
Di tangan saudaranya, kulit pohon lantung ini disulap menjadi tas, dompet, gantungan kunci, topi, hiasan dinding, dan banyak lagi. Menurut Aini, mendapatkan kulit pohon lantung agak sulit karena pohon ini adanya di hutan. Biasanya yang mencari kulit pohon ini para petani.
"Nah, kalau lagi bercocok tanam mereka tidak mencari kulit lantung karena sibuk mengurus ladangnya," ujar Aini. Petani di sana akan mencari kulit pohon lantung ketika memasuki musim paceklik. Mereka berburu kulit pohon lantung buat menambah penghasilan.
Supaya tidak kehabisan bahan baku kulit lantung, Aini biasanya menyetok dalam jumlah banyak. "Sekali beli saya bisa mengambil 200 sampai 300 lembar kulit lantung," ujarnya.
Menurut Aini, bahan baku sebanyak itu habis dalam tiga bulan. Sebab, tidak semua diolah menjadi kerajinan. Menurut Aini, ia juga mela-yani pembelian kulit lantung dalam bentuk mentah. "Ada dari Yogyakarta dan Bali yang memesan kulit lantung ini ke kami," ujarnya.
Aini mengaku, untuk makanan khas Bengkulu yang dijual di kiosnya, dia produksi sendiri. Ia memproduksi beberapa jenis makanan seperti lempuk durian, emping, kue siput, kue tart, dan lain-lain.
Khusus lempuk durian, biasanya produksi dilakukan saat musim durian tiba. Menurut Aini, musim durian di Bengkulu hanya sekali setahun. Makanya, sekali musim durian, ia langsung membuat stok lempuk untuk setahun. "Lempuk ini tahan setahun lebih," katanya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News