kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun ajaran baru, berkah bagi pengusaha batik


Jumat, 07 Agustus 2015 / 10:35 WIB
Tahun ajaran baru, berkah bagi pengusaha batik


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Pasca-Lebaran para pengusaha batik ketiban rezeki. Bersamaan dengan tahun ajaran baru dan para pekerja kantoran kembali bekerja, pemesanan kain batik meningkat. Sebab, batik kini sudah jamak digunakan sebagai seragam karyawan maupun pelajar sekolah.  Omzet penjualan pun mencapai ratusan juta rupiah di momentum permulaan tahun ajaran baru ini.

Penggunaan kain batik kini sudah makin luas. Tidak hanya sebagai busana untuk menghadiri acara-acara formal seperti pernikahan, kini kain batik sudah jamak digunakan sebagai seragam kantor dan seragam sekolah. Nah, kebetulan pasca-Lebaran tahun ini bersamaan dengan tahun ajaran baru. Momentum ini membawa berkah tersendiri bagi para produsen kain batik.

Ariyati, produsen batik cap merek Batik Bumi asal Solo mengatakan, peningkatan pesanan saat ini sudah terjadi hingga tiga pekan setelah Lebaran. Banyak pihak perusahaan dan sekolah yang memesan kain batik untuk seragam mereka. Ditambah lagi setelah Lebaran, banyak pasangan yang menikah dan ingin membuat seragam pernikahan untuk keluarga.

Kain Batik Bumi memang menyasar pasar korporasi, sekolah dan juga organisasi. Pemesanannya pun langsung dalam partai besar, yakni minimal pemesanan kain sepanjang 200 meter. Nantinya kain batik itu bisa dibuat untuk sekitar 100 unit baju. "Pemesanan paling banyak dari pihak sekolah swasta dan perusahaan," kata Ariyati.

Produksi batik cap ini berlokasi di Kelurahan Kadipiro, Solo. Dengan dibantu oleh 15 orang karyawan, kapasitas produksi industri rumahan ini bisa mencapai 2.000 meter per bulan. Kain batik yang diproduksi adalah jenis batik cap dengan berbagai motif, mulai dari motif parang, buketan, megamendung, dan masih banyak lagi. Harga jual rata-rata Rp 38.000 per meter.

Ariyati bilang, tahun ini penjualan kain batiknya meningkat berkali-kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Sepanjang puasa hingga pasca Lebaran ini total pemesanan kain mencapai 8.000 mlantaran bertepatan dengan tahun ajaran baru.

Kalau pasca Lebaran tahun lalu, rata-rata kain batik yang berhasil dijual rata-rata hanya 2.000 meter-3.000 meter. Yang jelas pasca Lebaran tahun ini, Ariyati mengaku sedang panen dan omzet mencapai Rp 170 juta.

Imam Adityo Zulkarnaen, Staf Business Development The Batik di Yogyakarta,  juga mengaku penjualan meningkat pasca-Lebaran tahun ini, khususnya untuk pasar korporasi. Saat ini, kain batik yang dipesan bisa mencapai 3.000 meter, baik batik cap atau hard-print. Sehingga estimasi omzet yang ia terima tidak kurang dari Rp 150 juta.

Selain konsumen korporasi, produsen batik yang berlokasi di Umbulharjo ini juga menjual kain ke pasar ritel yakni ke toko-toko batik untuk dijadikan pakaian jadi. "Untuk pasar ritel ini penjualan malah menurun," kata dia.

Kapasitas produksi The Batik dalam sebulan dapat menghasilkan 1.000 meter batik hard-print, 300 meter kain batik cap, dan 100 potong pakaian jadi.

Harga kain di The Batik sedikit lebih mahal karena menggunakan kain katun dan sutra. Harganya berkisar antara Rp 40.000-Rp 100.000 per meter. Perusahaan yang memesan di antaranya PT Astra International Tbk, PT Phapros dan beberapa lembaga pemerintahan.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×