kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tahun ajaran baru, penjualan seragam sekolah naik


Selasa, 01 Juli 2014 / 15:50 WIB
ILUSTRASI. The Law Cafe, salah satu drama Korea romantis yang ceritanya diangkat dari webtoon berjudul Love According to Law.


Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini

Menjelang tahun ajaran baru, biasanya para orang tua mulai sibuk mencari keperluan sekolah untuk anaknya, salah satunya seragam sekolah. Tidak hanya orang tua murid, para pedagang seragam sekolah pun sudah mempersiapkan persediaan barang sejak jauh hari. Maklum, tahun ajaran baru yang jatuh pada pertengahan Juli, berbarengan dengan bulan puasa dan mendekati Lebaran, sehingga orang tua murid bisa berbelanja keperluan sekolah anak dan membeli baju Lebaran secara bersamaan.  

Zaini Seki, penjual sekaligus produsen seragam sekolah di Malang, Jawa Timur mengatakan, saat liburan sekolah seperti sekarang, permintaan seragam sekolah meningkat, sehingga dia harus memperbanyak produksi. Biasanya dia hanya menghasilkan 20 pasang seragam yang terdiri kemeja putih dan rok atau celana. Sekarang dia harus membuat 100 pasang seragam per hari. Untuk produksi Zaini dibantu oleh lima karyawannya.

Selain didistrubusikan ke pasar, banyak juga sekolah-sekolah yang langsung memesan seragam sesuai desain yang mereka minta. "Karena kondisi seperti ini selalu terjadi setiap tahun ajaran baru, jadi saya sudah antisipasi dengan memperbanyak persediaan sejak empat bulan lalu, " kata dia.

Bahkan begitu banyaknya permintaan, ada beberapa pesanan dari Kalimantan dan Sulawesi yang terpaksa Zaini tolak.  Harga seragam ia jual mulai Rp 60.000−Rp 150.000 per pasang.

Ketika permintaan meningkat seperti sekarang, Zaini bisa meraup omzet hingga Rp 100 juta, dengan laba bersih sebesar 35%. Biasanya, rata-rata omzet yang dia dapat hanya berkisar Rp 40 juta−50 juta per bulan.

Pedagang seragam sekaligus pemilik konveksi Riri Collection, Agus Durajak dari Bandung juga mengaku kebanjiran pesanan. Padahal dia hanya memasarkan produknya di sekitaran Jawa Barat seperti Cimahi, Tasikmalaya dan Sumedang. Dalam sebulan ia dan  delapan orang karyawannya dapat membuat 1.200 potong seragam. "Yang paling laris adalah seragam SD," kata Agus.

Biasanya para karyawan yang bekerja pada Agus menjahit seragamnya di rumah mereka masing-masing dengan mesin jahit pinjaman dari Agus.
Agus bilang, saat ini penjualan seragam bisa mencapai 5.000 potong per hari, naik dari penjualan pada bulan biasanya yang hanya 1.000 potong per bulan.  Dia membanderol harga jual seragam mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 55.000 per potong. Harganya disesuaikan dengan ukuran dan bahannya.

Pada momen libur sekolah seperti saat ini, dia bisa meraup omzet tiga kali lipat dari biasanya. Rata-rata omzetnya Rp 20 juta per bulan, artinya saat ini dia bisa mencetak omzet hingga Rp  60 juta. Namun, jika penjualan sedang sepi, Agus juga menerima pesanan jahitan baju seragam lain seperti seragam kerja dari berbagai perusahaan.                    n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×