kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak hanya sehat, lengkuas juga menguntungkan (1)


Rabu, 13 November 2013 / 15:01 WIB


Reporter: Pratama Guitarra, Marantina | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Siapa yang tidak kenal lengkuas atau laos? Tanaman berimpang ini gampang ditemukan di berbagai daerah. Rimpang lengkuas berserat cukup kuat dengan kulit mengkilap, beraroma khas, dan terasa "pedas" atau getir jika sudah tua dan tidak enak untuk dimakan.

Namun, rimpang lengkuas menyimpan sejumlah senyawa penting, seperti atsiri, kadien, resin, dan amilum. Selain untuk bumbu, rimpang tanaman bernama latin Alpinia galanga  ini kerap dimanfaatkan untuk pengobatan, seperti mencegah tumor, meredakan radang, diare, bronkitis, hingga menambah nafsu makan.
 
Salah satu pembudidayanya adalah Siti Raudah. Ia tinggal di Hatungun, Kalimantan Selatan. Ia sudah menanam lengkuas sejak tahun 2010. Ia membudidayakan jenis lengkuas merah di lahan seluas 1 hektare (ha).

Menurutnya, satu rumpun  tanaman lengkuas bisa menghasilkan 10-15 kilogram (kg) rimpang. Jadi, Raudah bisa menghasilkan 12 ton lengkuas basah dalam sekali panen. Rimpang bisa dipanen setelah usia 2,5-3 bulan.

Ia menjual dalam bentuk lengkuas kering seharga Rp 8.500 per kg. "Karena jenis lengkuas merah, yang biasanya pesan adalah perusahaan bumbu masak," kata Raudah.

Dalam sebulan, Raudah bisa menjual 4,5 ton rimpang kering. Jadi, ia bisa meraih omzet sekitar Rp 80 juta.

Pembudidaya laos di Karang Anyar, Jawa Tengah, Utomo Rahardjo, menilai, lengkuas tergolong tanaman yang kuat, bisa tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi. Ia membudidayakan lengkuas melalui  kelompok tani plasma sejak tahun lalu. "Kami menanam lengkuas dengan sistem tumpang sari dengan tanaman lain seperti jahe dan kunyit," jelasnya.

Jenis yang dibudidayakan adalah lengkuas putih. Utomo mengklaim, pasar jenis lengkuas putih lebih besar ketimbang lengkuas merah. "Lengkuas putih bisa dijadikan bumbu dan obat, sementara lengkuas merah terbatas dijadikan bumbu saja," ungkapnya.

Katanya, budidaya lengkuas putih pun lebih menguntungkan. Untuk menghasilkan 1 kg lengkuas kering hanya butuh 3 kg lengkuas putih bentuk basah. Sedangkan, jika menggunakan lengkuas merah dibutuhkan sekitar 6 kg lengkuas basah.

Utomo memberdayakan 44 petani plasma yang menggarap lahan seluas 60 ha. Setiap pohon bisa menghasilkan 12-15 kg rimpang. Jadi, sekali panen, kira-kira menghasilkan 80 ton lengkuas basah.

Setelah diolah menjadi lengkuas kering, Utomo menjualnya ke pengolahan bumbu dan farmasi. "Beberapa adalah eksportir yang memasarkannya ke Belanda dan India," tuturnya.

Utomo mematok harga Rp 9.000 per kg. Ia mengaku, bisa mengumpulkan omzet Rp 360 juta per bulan. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×