kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tapak bisnis sepatu lokal tetap memesona


Senin, 17 November 2014 / 16:23 WIB
Tapak bisnis sepatu lokal tetap memesona
ILUSTRASI. Promo JSM Alfamidi Hanya 4 Hari Periode 1-4 Juni 2023.


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Persaingan usaha di sektor fesyen, termasuk produk sepatu, makin sengit di pasar dalam negeri. Tidak saja harus bersaing dengan sesama produk lokal, para pebisnis sepatu di negeri ini juga harus berebut pasar dengan sepatu impor yang membanjir. Oleh sebab itu, para pelaku usaha sepatu lokal harus pandai-pandai mengatur strategi bisnis agar bisa bersaing.

Padahal, tidak sedikit para pelaku usaha sepatu lokal ini adalah pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Contohnya saja Leni Ellen Aggraeni, pengusaha sepatu dengan brand Vonny&Ellen. Dia bilang, untuk bisa bersaing dengan merek asing yang menyesaki pasar Indonesia, Leni mencoba mempertahankan kualitas produk buatannya dengan menggunakan bahan baku kayu terpilih. "Saya menggunakan kayu khusus yang sifatnya ringan dan tidak membuat kaki pengguna menjadi pegal," ujarnya.

Dia juga gencar berpromosi melalui ajang pameran kerajinan dan di berbagai media digital. Ini membuatnya bisa mencakup pasar yang lebih besar.
Saat ini, Leni telah mampu menjual sekitar 5.000 pasang sepatu dalam sebulan ke berbagai daerah di Indonesia. Harga jual produknya mulai dari Rp 159.000 hingga Rp 500.000 per pasang. Dalam sebulan dia bisa mencetak omzet hingga ratusan juta rupiah.

Tidak jarang dia juga memberikan harga khusus dalam momen tertentu atau kepada pelanggan khusus. "Sebab, saat ini sudah banyak yang perang harga," tegas Ellen. Persaingan usaha sepatu di wilayah Bandung saja, menurut Leni, sudah sangat ketat. Jadi, dia harus pintar-pintar membaca peluang dan membaca minat pasar.

Apa yang dihadapi Ellen juga dihadapi pengusaha sepatu lainnya, Taufik Rahman. Agar bersaing, Taufik memiliki strategi  menggunakan bahan baku sepatu yang tidak banyak digunakan pengusaha lain, contohnya kulit ikan, kulit ular, dan biawak. Strategi ini manjur. Tidak hanya laku di dalam negeri, sepatu buatannya berhasil menembus pasar luar negeri.

Selain itu, Taufik juga memutuskan menggunakan brand Parker untuk produk sepatunya. "Langkah ini juga menjadi strategi tersendiri karena bisa mendongkrak penjualan di dalam negeri, karena sebagian orang Indonesia lebih suka menggunakan produk yang kebarat-baratan," katanya.

Laki-laki asal Jombang, Jawa Timur, ini mengaku hingga kini belum bisa memenuhi seluruh pesanan konsumen yang datang. Padahal, kapasitas produksinya sudah mencapai 1.000 pasang per bulan.

Parker sudah mulai dipasarkan pada tahun 2010 lalu. Taufik mengklaim, sepatu kulit buatannya bisa ditemukan di etalase butik fashion di Eropa. Dia memang membidik pasar kelas atas untuk produk sepatu kulitnya. Taufik membanderol harga jual sepatunya mulai dari Rp 2,5 juta sepasang. Dalam sebulan, Taufik dapat mengantongi omzet ratusan juta rupiah dengan laba usaha lebih dari 50% dari harga jual.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×