Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Bisnis minuman segar tak ada matinya. Salah satu yang banyak digandrungi adalah es dawet. Lantaran rasanya segar, minuman ini banyak dicari sebagai pelepas dahaga. Salah satu yang menawarkan menu ini adalah Adi Pranoto di Yogyakarta.
Ia merintis usaha dengan nama Dawet Ayu Pak Adi sejak 2002. Seperti es dawet pada umumnya, Adi mengunakan cendol, gula merah, santan, dan es. Ada tiga variasi rasa yang ditawarkan, yaitu nangka, durian, dan tapai. Satu gelas dawet ayu ini dijual hanya Rp 3.000.
Kemudian, sejak 2009, Adi menawarkan peluang kemitraan. Ia mengemas dua bentuk, yaitu kemitraan dan keagenan. Untuk yang sistem kemitraan, peminat cukup menyiapkan investasi Rp 3 juta. Mitra akan mendapatkan perlengkapan berjualan dan bahan baku untuk 100 porsi. "Mitra tinggal berjualan dan bahan baku dipasok dari pusat," paparnya.
Sedangkan, untuk sistem keagenan, peminat harus melakukan investasi Rp 20 juta. Dana itu sudah termasuk untuk peralatan masak, peralatan berjualan, dan pelatihan selama tiga hari di lokasi agen.
Untuk keagenan ini, mitra memproduksi dawet (cendol) sendiri. Kelebihan menjadi agen adalah bisa mencari mitra lagi di bawahnya. Nantinya, mitra itu wajib mengambil bahan baku cendol dari agen tersebut. Saat ini, Adi memiliki lebih dari 20 mitra yang tersebar di wilayah Yogyakarta. Ia juga memiliki enam agen di Jakarta, Tangerang, Cikarang, Magelang, Sragen, dan Papua.
Harga bahan baku yang dijual oleh pusat dan agen sangat terjangkau, yaitu berkisar Rp 1.250 hingga Rp 1.500 per gelas. Mitra bisa memesan tanpa batas minimal.
Adi memproyeksikan, mitra bisa menjual hingga 200 gelas dawet sehari. Perkiraan omzetnya Rp 6 juta sebulan. Sementara, agen bisa menjual hingga enam kali lipat. Dengan begitu omzetnya bisa mencapai sekitar Rp 15 juta sebulan. Jika target laba bersih 40% bisa tercapai, mitra bisa balik modal antara satu sampai dua bulan, sedangkan agen bisa balik modal kurang dari setahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News