Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini
Dewasa ini perkembangan teknologi informasi kian pesat. Berbagai inovasi produk telekomunikasi tercipta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang makin kompleks. Namun, sebagian orang seperti penyandang difabel nyatanya tidak bisa menikmati perkembangan teknologi ini secara maksimal, lantaran keterbatasan fisik yang mereka alami. Contoh saja, penyandang tunanetra akan kesulitan menggunakan layanan pengiriman pesan pendek atau sms.
Saat ini sudah berkembang berbagai aplikasi berbasis suara seperti teknologi Siri yang terdapat di iPhone 4S. Siri mampu mengirimkan pesan singkat melalui fitur perintah suara. Ada pula aplikasi lainnya di iPhone bernama BrailleTouch yang juga difungsikan bagi komunitas penyandang tunanetra.
Di Indonesia adalah Ozi Priawadi, lulusan Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor (Bogor) menjadi salah seorang yang tertarik mengembangkan aplikasi yang juga bisa mengubah suara menjadi teks pada ponsel pintar Android. Nama aplikasi ini adalah T-SMS.
Temuan aplikasi T-SMS ini berawal ide awal pembuatan skripsinya. Ozi, kala itu yang sudah duduk di semester akhir berniat untuk membuat skripsi yang bisa memberi manfaat bagi masyarakat.
Setelah membaca skripsi yang dipajang di perpustakaan kampus, Ozi menemukan satu judul skripsi yang menarik yaitu pembuatan aplikasi ponsel berbasis java j2me yang memungkinkan keypad ponsel mengeluarkan suara ketika ditekan.
Lalu, pria kelahiran 11 Agustus 1991 itu memutuskan membuat skripsi tentang pengembangan aplikasi yang dapat membantu tunanetra dalam pengetikan SMS.
Mengingat saat ini alat komunikasi yang berkembang adalah ponsel dengan sistem operasi Android, Ozi pun memilih untuk mengembangkan aplikasi ini pada ponsel Android.
Proses riset pengembangan aplikasi T-SMS ini menggunakan metode analisis – perancangan–implementasi - pengujian. Ia hanya membutuhkan waktu kurang lebih empat bulan untuk mengembangkan aplikasi tersebut.
Pada tahap analisis, ia menganalisis apa kebutuhan dan fungsi-fungsi yang dibutuhkan sistem untuk memudahkan tunanetra dalam menggunakan aplikasinya. Lalu tahap perancangan, Ozi merancang antarmuka aplikasi dengan kombinasi warna, teks dan gambar sesuai dengan isi dan tujuan pengembangan sistem. Selanjutnya adalah implementasi coding dan terakhir pengujian system.
Butuh pengembangan
Aplikasi T-SMS ini telah tersedia secara gratis di pasar aplikasi Android, google play sejak tahun 2013. Aplikasi tersebut memang sengaja digratiskan untuk membantu para tunanetra.
Ozi mengatakan, untuk memudahkan tunanetra kategori "low vision" dalam membaca pesan masuk dan pesan terkirim, pada aplikasi ditambahkan tombol A+ dan A- yang berfungsi untuk membesarkan dan mengecilkan ukuran huruf sehingga tunanetra dapat menyesuaikan sesuai dengan ukuran huruf yang ideal dan mudah dibaca.
Sedangkan untuk mengirim SMS, penggunanya tinggal melisankan pesan yang akan dikirim. Teknologi "speech-to-text" yang dibenamkan pada aplikasi ini akan mengubah suara yang terdengar menjadi teks. "Jika ada pesan yang masuk, teknologi text-to-speech akan mengubah pesan teks menjadi suara. Dengan begitu, SMS yang masuk akan dibacakan dalam aplikasi ini," ujar sarjana ilmu komputer angkatan 2009 tersebut.
Untuk mengembangkan aplikasi T-SMS ini, Ozi mengaku tidak menemukan kendala. Pria asal Bengkulu ini mengatakan, aplikasi tersebut juga diiukutkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa- Karsa Cipta (PKM-KC) sehingga pengerjaannya dibatasi oleh waktu. Ia mengaku memang ingin segera lulus dan kebetulan dosen pembimbing skripsinya ketika itu akan melanjutkan kuliah keluar negeri. "Sehingga, prosesnya cepat,” tuturnya.
Dari segi modal, Ozi pun tidak mengalami masalah. Pasalnya, ia mendapatkan bantuan modal setelah lolos dalam kegiatan PKM-KC. Dengan bantuan rekan satu timnya dalam porgram PKM-KC itu, aplikasi T-SMS ini akhirnya bisa lolos seleksi dan bisa mendapat dana pengembangan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI). Selain itu, aplikasi T-SMS hasil ciptaan Ozi ini juga diterbitkan dalam buku 105 Inovasi Indonesia.
Menurut Ozi, aplikasi T-SMS tersebut belum sempurna. Ia mengaku masih perlu banyak pengembangan agar aplikasi ini bisa digunakan secara maksimal. Dia bilang, suara pada tombol serta penjelasan pengunaan aplikasi ini masih belum prima.
Dia berharap bisa segera memperbaiki beberapa fungsi seperti fasilitas suara yang lebih bagus serta penjelasan pengunaan aplikasinya dibuat agar lebih mudah untuk digunakan. "Kalau bisa nantinya bisa dibuat secanggih teknologi Siri di iPhone,” paparnya.
Memang, aplikasi ini belum ditujukan untuk komersialisasi. Meski begitu, Ozi berharap, ke depannya akan ada banyak pengembang aplikasi yang mulai memikirkan untuk membuat aplikasi yang bisa memudahkan orang yang kurang beruntung untuk bisa menikmati perkembangan teknologi. “Mereka juga manusia dan mereka juga punya hak untuk merasakan apa yang kita rasakan. Para pengembang aplikasi bisa menjadi perantara bagi mereka dalam menikmati perkembangan teknologi,” kata dia.
Heru Sutadi, pengamat telekomunikasi dari Indonesia ICT Institute bilang, aplikasi T-SMS yang diciptakan lulusan Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor (IPB) Ozi Priawadi cukup bermanfaat bagi para penyandang tunanetra.
Menurutnya, hasil temuan Ozi ini perlu diapresiasi. Pasalnya, dengan aplikasi ini, para penyandang tunanetra bisa melakukan aktivitas menerima dan mengirimkan pesan.
Selain itu, latar belakang Ozi menciptakan inovasi ini adalah agar hasil skripsinya bisa bermanfaat bagi masyarakat, adalah contoh yang baik.
Meski begitu, Ozi mengatakan masih banyak fungsi yang bisa disempurnakan lagi ke depannya agar aplikasi ini makin ramah digunakan para penyandang cacat.
Kendati demikian, Heru mengatakan, inovasi yang Ozi lakukan ini akan sulit untuk berhasil jika dikomersialisasikan. Pasalnya, sasaran produk ini hanya kalangan para tunanetra. Lagi pula kata dia, kebanyakan penyandang tunanetra adalah dari kalangan menengah ke bawah. Sehingga sebagian besar para penyandang tunanetra ini kemungkinan tidak sanggup membeli alat komunikasi yang mendukung aplikasi ini.
Oleh karena itu, Heru berharap, Kementerian Sosial dan Kementerian Komunikasi dan Informatika perlu memberikan subsidi pada penyandang tunanetra untuk bisa mengunakan alat komunikasi sebagaimana orang normal lainnya. Apalagi, kata dia, komunikasi merupakan hak azasi setiap manusia yang diatur dalam undang-undang.
Selain itu, Heru mengatakan. pemerintah juga perlu memberikan apresiasi bagi anak-anak muda yang mampu melakukan inovasi seperti yang dilakukan Ozi. Sehingga ke depannya, semakin banyak anak-anak muda yang kreatif serta mampu menciptakan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi banyak orang. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News