kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.280   35,00   0,22%
  • IDX 6.913   8,15   0,12%
  • KOMPAS100 1.004   2,35   0,23%
  • LQ45 764   1,69   0,22%
  • ISSI 229   0,92   0,40%
  • IDX30 392   -0,74   -0,19%
  • IDXHIDIV20 453   -0,06   -0,01%
  • IDX80 113   0,44   0,39%
  • IDXV30 114   0,38   0,33%
  • IDXQ30 127   0,00   0,00%

Telur asin masir andalan Desa Derwati (1)


Selasa, 18 Agustus 2015 / 10:00 WIB
Telur asin masir andalan Desa Derwati (1)


Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Tri Adi

Selain Kabupaten Brebes di Jawa Tengah, Desa Derwati di Kabupaten Bandung, Jawa Barat juga terkenal sebagai sentra penghasil telur asin. Bahkan, kerajinan telur asin di sentra ini merupakan usaha turun temurun yang telah ada sejak puluhan tahun lalu. Dalam sehari, omzet perajin telur asin Rp 3,4 juta-Rp 11,5 juta.

Pulau Jawa telah lama dikenal sebagai penghasil telur asin di Indonesia. Selain di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, daerah penghasil telur asin lainnya adalah Bandung, Jawa Barat. Salah satunya di Desa Derwati, Jalan Babakan Karet, Kecamatan Rancasari, Kabupaten Bandung.

Desa Derwati telah terkenal sebagai sentra perajin telur asin. Di sentra ini ada belasan perajin telur asin. Tak sulit untuk mencapai sentra industri telur asin di desa Derwati. Desa ini terletak sekitar 15 kilometer dari pusat Kota Bandung.

Tapi, sesampainya di desa Derwati, Anda harus bertanya ke warga sekitar posisi persisnya sentra industri telur asin. Pasalnya, jangan Anda mengira para perajin telur asin di desa ini menjajakan produknya di tepi jalan.

Berbeda dengan kebanyakan sentra industri yang menjajakan barang hasil produksinya di kios atau toko, perajin di desa Derwati menjual telur asin di dalam rumah masing-masing. Telur asin itu ditempatkan dalam sebuah peti atau ember.  

Salah satu perajin telur asin di sentra Derwati adalah Ayi Mohamad Kholidin. Pria berumur 49 tahun ini telah menjalankan usahanya sejak 29 tahun silam. Ayi berkisah, pada awalnya terdapat 40 perajin telur asin di desanya.

Namun, sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, perlahan jumlah perajin telur asin di desanya berkurang. Selain kesulitan modal, saat itu, daya beli masyrakat terdampak krisis ekonomi.

Beruntung, kata Ayi, usaha telur asin yang dijalankannya merupakan warisan orangtua. “Jadi, apa pun yang terjadi akan saya pertahankan. Lagi pula, hampir semua keluarga saya menekuni usaha ini," ungkap Ayi.

Dalam sehari, Ayi mampu memproduksi 1.000-1500 butir telur asin atau 30.000-45.000 butir per bulan. Bahan baku telur asin didapat Ayi dari para penampung mitra peternak bebek.

Dari pemasok tersebut, Ayi membeli telur bebek seharga Rp 2.000 per butir. Setelah diolah menjadi telur asin, Ayi membanderol harga jualnya Rp 2.300 per butir kepada para pedagang di pasar tradisional sekitar Bandung.

Untuk menjaga lancarnya pasokan telur bebek dari para penampung, Ayi harus memberi jaminan pembayaran uang dimuka. "Kalau mau aman pasokannya, harus dibayar dulu dimuka. Ini butuh modal besar," kata Ayi.

Toh, perputaran uang di bisnis ini juga moncer. Dalam sehari, Ayi bisa meraup omzet penjualan berkisar Rp 2,3 juta-Rp 3,45 juta.

Perajin telur asin lainnya yang mencari peruntungan di bisnis ini adalah Atep Warsa. Pria berusia 43 tahun ini sudah menekuni usaha telur asin sejak 15 tahun lalu. Sama seperti Ayi, Atep juga menjalankan usaha telur asin dari warisan orangtuanya.

Saban hari, ayah dua orang anak ini mampu memproduksi 3.000-5.000 butir. Serupa dengan Ayi, Atep harus membayar harga bahan baku telur bebek dari penampung Rp 2.000 per butir. Atep juga menjual kembali dengan harga Rp 2.300 per butir.

Biasanya, Atep memasarkan telur asinya ke sejumlah pasar tradisional seperti Cibaduyut, Sapang dan Kiaracondong. Dalam sehari, Atep mengaku bisa meraup omzet Rp 6,9 juta-Rp 11,5 juta dari penjualan telur asin.     

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×