Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Hendra Gunawan
BOYOLALI. Sejak lama Desa Ketaon, Kecamatan Banyudono, Boyolali dikenal sebagai daerah penghasil jagung. Mayoritas warga desa ini berprofesi sebagai petani jagung,
Komoditas jagung dipilih karena kontur tanah di wilayah ini cocok ditanami jagung ketimbang komoditas lainnya. Setiap hari masyarakat desa ini pergi ke ladang untuk merawat tanaman jagungnya. Total lahan jagung di desa ini mencapai 40 hektare, dengan produksi mencapai sekitar 9,6 ton jagung per tahun.
Marsudi, salah seorang petani bilang, masa tanam jagung di desanya berbeda-beda. Biasanya berkisar antara bulan Agustus, September dan Oktober. "Jadi masa tanam itu tergantung masing-masing petani," katanya kepada KONTAN.
Selain masa tanam, masa panen juga berbeda. Ada petani yang memilih menjual jagung yang masih hijau atau jagung muda. Mereka menjual jagung muda karena masa panennya lebih cepat.
Jagung muda ini dipanen saat usia 60 hari. "Biasanya petani yang memilih panen jagung muda karena tuntutan biaya hidup, karena panennya jagung ini lebih cepat," ucap Marsudi.
Normalnya, masa panen jagung saat usia 70 hari. Marsudi sendiri memanen jagungnya saat usia 100 hari. Saat itu, jagung sudah benar-benar tua dan bisa diolah menjadi tepung maizena.
Marsudi banyak mendapat pesanan tepung maizena dari para pedagang pasar di sekitar Boyolali. Permintaan tepung ini tinggi karena rendah gula dan baik bagi penderita penyakit diabetes. Biasanya tepung maizena dipakai sebagai bahan membuat kue.
Cara membuat tepung maizena sendiri cukup mudah. Langkah pertama, kata Marsudi, jagung yang sudah kering digiling memakai mesin. Selanjutnya jagung yang sudah digiling disaring memakai saringan berbentuk jaring-jaring.
Untuk mendapatkan tepung jagung yang sangat halus, Marsudi menyaringnya berkali-kali. "Setelah itu tinggal kemas dan siap jual," katanya.
Tidak semua tepung jagung produksi Marsudi dijual ke pedagang pasar. Sebagian ada yang dibeli ibu-ibu di deasanya untuk bahan membuat kue. Salah satu pelanggannya adalah Martini. Dalam sehari ia bisa mengolah 3 kilogram (kg) tepung jagung untuk dijadikan berbagai macam kue, sepertiĀ kue egg roll. "Dari 3 kg tepung itu saya bisa menghasilkan 30 toples egg roll ukuran 400 gram," jelasnya.
Martini mengaku, kue bikinannya sudah dikenal di sekitar Boyolali. Setiap hari ada saja pesanan dari masyarakat yang akan mengadakan hajatan.
Pesanan bisanya meningkat menjelang Idul Fitri. Saat itu, banyak pesanan kue kering dari perusahaan atau karyawan pabrik untuk sajian Lebaran. Selain mengandalkan pesanan masyarakat sekitar, ia juga kerap mengikuti pameran di berbagai kota, seperti Jakarta, Batam, dan Kalimantan. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News