Reporter: Robi Gunawan | Editor: Tri Adi
Para penjual batu akik mulai merasakan penurunan penjualan dalam sebulan terakhir, terutama setelah menghadapi momentum puasa dan Lebaran. Omzet penjualan di toko batu akik merosot lebih dari 50%. Minimnya peminat batu akik akibat memburuknya kondisi ekonomi, terutama untuk penjualan batu akik kualitas rendah yang turun paling signifikan.
Kondisi ekonomi nasional yang meredup rupanya memiliki dampak yang besar pada hampir seluruh bisnis kecil dan menengah. Salah satu dampak yang nyata terlihat adalah pada bisnis batu akik yang mengalami penurunan cukup signifikan.
Sekadar mengingatkan, mulai muncul dan semarak sejak tahun 2013, tren batu akik terus meningkat pesat pada tahun 2014. Kondisi ini terus berlanjut hingga memasuki pertengahan tahun 2015.
Tapi, tren ini tampaknya tak mampu bertahan lama. Titin, pengelola Toko Sumber Giok Trading Co, Jakarta Gems Center (JGC), Rawa Bening, Jakarta Timur mengaku omzet usahanya terus turun sejak bulan Juli lalu. "Sejak memasuki bulan puasa hingga saat ini, omzetnya yang semula dalam sehari bisa mengantongi Rp 50 juta, kini turun lebih dari 50% menjadi di bawah Rp 25 juta," ujarnya kepada KONTAN, pekan lalu.
Penurunan omzet yang paling besar terjadi pada penjualan produk batu akik kualitas rendah ketimbang batu akik kualitas tinggi dan menengah.
Sumber Giok sendiri menjual batu akik kualitas rendah dengan harga Rp 1.000 per gram. Adapun untuk batu akik kualitas tinggi dan menengah dijual dengan harga Rp 40.000 hingga Rp 50.000 per gram.
Penurunan penjualan bukan hanya terjadi di toko yang dikelola Titin tapi juga di toko lain. Berdasarkan pengamatan KONTAN di JGC ada beberapa penjual batu akik yang coba menyiasati penurunan penjualan ini dengan cara mengobral batu akik lokal dengan harga Rp 10.000 hingga Rp 25.500 per batunya.
Hari, pemilik Aprilya Gems's Stone di JGC mengaku sudah sebulan ini penjualannya belum juga pulih pasca penurunan karena puasa dan Lebaran.
Hari yang menjual batu akik khusus untuk jenis bacan ini mengaku omzetnya merosot dari Rp 20 juta hingga Rp 50 juta per hari, menjadi Rp 2 juta hingga Rp 6 juta per hari.
Hal serupa juga terjadi di area penjualan batu akik lain. Irwan, pemilik Mulia Gemstone & Jewellery yang belokasi di Pasar Modern BSD, Tangerang Selatan mengaku penurunan penjualan ini tak bisa dihindari oleh pedagang batu akik. Dia bahkan mengaku omzet usahanya turun hingga lebih dari 50% sejak awal bulan puasa lalu.
Meski begitu, Irwan menyatakan tren penurunan harga batu akik di wilayah Pasar Modern BSD ini hanya terjadi pada jenis batu akik kualitas rendah. Sedangkan minat orang untuk mencari batu akik dengan kualitas tinggi masih cukup besar.
Eni Aprianti pemillik D'Karani yang menjual berbagai macam batu di Pasar Modern BSD juga mengaku tak bisa berbuat banyak terhadap tren penurunan penjualan batu akik ini. Dia bilang, jika sebelumnya pernah mengantongi omzet hingga Rp 600 juta per bulan, dalam sebulan belakangan ini, ia hanya mampu meraup omzet di bawah Rp 200 juta.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News