Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Ayam yang dibalur tepung renyah, digeprek sampai hancur kemudian dilumuri sambal dengan pilihan tingkat kepedasan rupanya mampu menarik lidah di berbagai kalangan. Melihat pasarnya yang cukup luas, bisnis ayam geprek mulai banyak bermunculan.
Salah satunya adalah Ayam Geprek Kampus asal Bandung, Jawa Barat besutan Muhammad Mahmud. Berdiri sejak September 2017, Ayam Geprek Kampus mulai menawarkan kemitraan sejak Desember 2017 lalu. “Saat ini gerai kami sudah ada tujuh di sekitar Bandung dan Bogor, tiga gerai milik sendiri, lainnya milik mitra,” jelas Muhammad Nur Iksan, GM Ayam Geprek Kampus.
Ada empat paket kemitraannya. Yakni, paket mini resto I Rp 50 juta, paket mini resto II Rp 80 juta, paket resto I Rp 100 juta dan paket resto II Rp 150 juta. Fasilitasnya, franchise fee selama dua tahun, gerobak/booth, peralatan dan perlengkapan usaha, media promosi, pelatihan dan bahan baku. “Perbedaan di keempat paket ada pada luas tempat usaha yang berpengaruh pada jumlah peralatan dan bahan baku awal berupa ayam mentah yang sudah dibumbui,” ujar Iksan.
Ayam Geprek Kampus menawarkan aneka menu seperti paket ayam geprek original, paket ayam geprek keju, paket ayam geprek lumer (mozarella), paket mie ayam geprek, ayam geprek samyang, terong goreng, kol goreng, tahu, tempe, jamur goreng, mie goreng dan nasi goreng. “Untuk paket ayam gepreknya mulai Rp 14.000 – Rp 26.000 per porsi. Kalau menu tambahan lainnya mulai Rp 1.000–Rp 15.000 per porsi,” tutur Iksan.
Satu gerai Ayam Geprek Kampus paket mini resto Rp 50 juta bisa mengantongi omzet Rp 1,5 juta–Rp 2,5 juta dalam sehari. Semakin besar nilai paket yang diambil, perolehan omzetnya juga lebih besar. “Omzet juga tergantung dari lokasi dan usaha mitra untuk berpromosi," ujar Iksan.
Pusat mengutip biaya royalti tiap bulan sebesar 2% dari omzet. Mitra juga wajib beli bahan baku berupa ayam bumbu, tepung, keju dan sambal ke pusat. “Kami pasok sambal. Jadi nanti kalau ada konsumen yang mau nambah level pedasnya tinggal ditambah cabai rawit saja,” tutur Iksan. Perkiraan balik modal (BEP) kurang dari dua tahun.
Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI), Levita Supit berpendapat kuliner ayam geprek memang tengah booming. “Semestinya momentum ini membuat menu ayam geprek lebih gampang terjual,” jelas Levita. Pelaku usaha tinggal memperhatikan kualitas pelayanan, penyajian, varian menu serta lokasi penjualan.
Selain itu, Levita menambahkan, jika para pelaku usaha ayam geprek harus mulai gencar berinovasi menu. Karena persaingan yang makin ketat membuat pasar ayam geprek akan jenuh dan bosan.
Ayam Geprek Kampus
Jl Dipatiukur No. 51
Bandung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News