kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.806.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.585   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Tiada henti memahat potensi batu alam


Senin, 26 Oktober 2015 / 13:41 WIB
Tiada henti memahat potensi batu alam


Reporter: Jane Aprilyani, Merlina M. Barbara, Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Kerajinan batu alam makin banyak dicari untuk hiasan interior maupun ekseterior hunian, hotel maupun apartemen. Efek yang ditimbulkan ruangan menjadi lebih mewah namun nyaman dan alami. Kini produk yang ditawarkan dan jenis batu yang digunakan pun makin beragam.

Pesona batu alam sebagai bagian dari interior hunian yang terkesan artistik dan alami membuat bahan ini banyak dicari untuk menimbulkan efek minimalis. Batu alam yang kerap digunakan diantaranya seperti andesit, basalto, marmer, granit, travertine, onyx, limestone, hingga sandstone atau paras.

Selain untuk dinding ruangan, bahan baku batu alam juga kini makin banyak diaplikasikan untuk bagian rumah lainnya, seperti lantai, lantai, tiang, wastafel, hingga bath tub. Banyak perajin batu alam mengkreasikan batu alam untuk produk lainya seperti lampion taman, relief, hiasan taman, dan lainnya.

Asep Pradistyo, pelaku usaha yang bergelut di bidang desain interior asal Manado, Sulawesi Utara, mengatakan, konsep rumah dengan nuansa alam saat ini memang sedang tren dan produk kerajinan batu alam pun sudah mengalami perkembangan dan banyak inovasinya. Aplikasi batu alam pada bangunan tidak hanya untuk dinding saja, bahkan sudah merambah ke fungsi lain misalnya untuk lantai, kitchen set, bingkai jendela, taman, bahkan ia juga yang memasang di bagian pagar rumah.

Salah satu perajin batu alam asal Muntilan, Jawa Tengah seperti Purwanto misalnya, menawarkan aneka produk kerajinan batu alam lewat bendera usaha Raka Art Stone. Dia bilang, pangsa pasar produk kerajinan batu alam adalah kalangan menengah ke atas yang menggemari desain minimalis yang bernuansa alam. Sebab, harga jualnya memang tidak murah. Pihak hotel dan apartemen pun banyak mencari batu alam untuk desain ruangan.

Raka Art Stone menggunakan jenis batu yang berasal dari lava lereng Merapi atau batu candi. Purwanto bilang, batu lava lereng Merapi ini memiliki beberapa varian warna seperti abu-abu, kemerahan, kehitaman, hingga berwarna putih. Batu tersebut lantas diolah menjadi beberapa produk kerajinan seperti patung, air mancur, lampion, wastafel, batu alam hiasan dinding, gapura, relief, cobek, stupa candi, lumpang dan alu, lantai batu alam, serta umpak rumah joglo.

Dengan dibantu lima orang perajin, Raka Art Stone dapat menerima 10 pesanan dalam sebulan. Harga jual mulai dari Rp 250.000 hingga Rp 80 juta per unit, tergantung produk serta kerumitan pembuatan. Dalam transaksi jual beli, Purwanto mengharuskan konsumen untuk membayarkan uang muka sebesar 30% hingga 50%. Rata-rata omzet yang bisa diraup Purwanto sebesar Rp 30 juta per bulan.

Purwanto mengaku, desain kerajinan batu alam di Raka Art Stone umumnya merupakan pesanan dari pelanggan. Selain dari Yogyakarta, konsumen Raka Art Stone terbanyak berasal dari Jakarta dan Sumatra. Saat ini, Purwanto tengah menjajaki kerjasama untuk menjual produknya ke Malaysia dan Spanyol.

Sementara, Asep biasanya menggunakan jenis batu granit, batu marmer, dan batu koral. Dia tidak memproduksi langsung sebab di daerahnya sulit untuk menemukan sumber batu alam. "Kebanyakan berada di Pulau Jawa. Di sini hanya bisa terima barang setengah jadi, kemudian kami yang olah lagi," kata dia.

Asep memasok batu setengah jadi dalam bentuk balok dari Tulungagung, Jawa Timur. Harganya Rp 80.000 per m³. Atau untuk jenis granit yang berkualitas bisa sampai Rp 1 juta per m³. Dengan dibantu oleh 10 orang karyawan, dia memotongnya menjadi lembaran dan dibentuk lagi untuk diaplikasikan ke bangunan, seperti dinding, lantai, kitchen set, tiang-tiang pada bangunan, kamar mandi, bahkan ke perabotan seperti meja dan kursi.


Pasar luar negeri
Satu proyek pengerjaan membutuhkan sekitar tujuh hari untuk mempersiapkan batu yang akan diaplikasikan di bangunan. Biasanya biaya pemasangan tergantung dari luasan ruangan, tingkat kesulitan, dan jenis batu alam yang digunakan. Asep dan konsumen biasanya berdiskusi sebelum pengerjaan. Rata-rata biaya untuk satu ruangan sekitar Rp 15 juta. Jika diaplikasikan ke semua ruangan hingga pagar bagian depan, dia membanderol harga Rp 100 juta.

Dalam sebulan, Asep mengerjakan tiga lokasi hingga empat lokasi, seperti rumah hunian, restoran, kafe, kantor, atau hotel. Dari situ, dia bisa menghasilkan omzet lebih dari Rp 50 juta sebulan.

Asep bilang, ada jenis-jenis batu alam yang cocok untuk dalam ruangan, ada pula yang cocok untuk di luar ruangan. Misalnya untuk batu alam yang teksturnya kasar biasanya dihindari untuk dijadikan lantai. Karena akan membuat kaki sakit kalau dipijak. Kemudian, ruangan yang mudah terkena kotoran seperti dapur pemakaian batu alam yang cocok adalah batu pualam karena mudah dibersihkan jika terkena noda atau cipratan minyak. "Tapi ,batu marmer atau pualam tidak bisa diaplikasikan di luar ruangan karena batu ini tidak tahan cuaca ekstrem," kata dia.

Penggunaan batu alam memang tidak bisa asal-asalan. Asep menyatakan, kerajinan batu alam ini butuh kreativitas dan pengetahuan agar hasilnya tahan lama.

Sementara Rujiyo, perajin batu alam dari Mangun Stone di Bantul, menghasilkan produk interior dan eksterior seperti wadah aromatherapi, tempat lampu hingga patung untuk hiasan di halaman rumah. Harga jual produk mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 10 juta per unit. Rata-rata ada dua pedagang sampai empat pedagang membeli produknya dari Jakarta atau Surabaya untuk dijual kembali. Omzetnya sekitar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per bulan. "Pernah juga pembeli datang dari Bali, Medan hingga Taiwan dan Jerman," kata dia.

Karena permintaan lumayan tinggi, Rujiyo bersemangat menciptakan produk yang selalu baru. Ke depannya, ia ingin produknya bisa kembali diekspor ke luar negeri.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×