kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiga minggu usai gempa, roda bisnis UKM Palu mulai berputar


Sabtu, 20 Oktober 2018 / 06:45 WIB
Tiga minggu usai gempa, roda bisnis UKM Palu mulai berputar


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Meski sudah tiga minggu berlalu, duka gempa Palu masih mewarnai hari-hari saat ini. Foto-foto dan video yang menunjukkan luluh-lantaknya Palu, Donggala dan sebagian wilayah Sigi pun masih terekam jelas dalam ingatan.  

Meski begitu, roda kehidupan terus berjalan. Warga Palu harus segera bangkit untuk menghidupkan roda-roda perekonomiannya, supaya semuanya bisa kembali pada kondisi semula. 
 
Perlahan namun pasti, masyarakat memang mulai kembali beraktivitas. Mereka yang memiliki usaha rumahan pun sudah kembali  membuka gerai.
 
Tak hanya usaha yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, mereka yang menjual oleh-oleh khas Palu seperti, bawang goreng, abon, sambal ikan dan lainnya, juga mulai membuka gerainya. Suwarno, pemilik Bawang Goreng Mbok Sri mengaku, sudah membuka toko oleh-olehnya sejak lima hari terjadinya bencana. Ia mengakui para relawan yang memintanya untuk membuka toko dan kembali bangkit. 
 
"Awalnya para relawan datang kerumah untuk membeli sambal ikan dan abon untuk korban bencana. Memang saat itu para pengungsi hanya makan mie instan, telur dan sudah banyak yang mulai alergi," jelasnya pada KONTAN. 
 
Suwarno menggunakan stok produksi yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu, produk buatannya juga kerap dibawa sebagai buah tangan para relawan yang hendak kembali ke kotanya masing-masing. 
 
Harganya pun dibuat lebih murah sekitar 20% untuk meringankan beban biaya relawan. Normalnya sambal ikan buatannya dipatok Rp 25.000 per botol (150 gram) dan bawang goreng Rp 300.000 per kg. 
 
Namun, dia juga harus menghadapi penurunan omzet. Sebab, 70% konsumennya adalah wisawatan dalam dan luar negeri. Dengan adanya bencana, tidak ada tamu yang datang. 
 
Penjualan online pun juga cukup tersendat. Faktor penyebabnya adalah kurang maksimalnya promosi di media digital dan arus logistik luar kota Palu yang masih dibatasi. 
 
Anton Widijarmanto, Pemilik Sambal Roa Mr Tejo juga baru membuka gerainya Sabtu (13/10) lalu. Dia lebih lama membuka tokonya karena masih merasakan trauma akibat gempa yang masih sering terjadi. 
 
Anton pun hanya menargetkan para relawan sebagai konsumen utamanya. Karena, belum ada pesanan yang masuk dari reseller di Jakarta dan Surabaya. 
 
"Saya sudah hubungi mereka bila kami sudah bisa melayani permintaan, namun belum ada yang masuk mungkin mereka (reseller) masih merasa kondisi disini belum membaik," katanya. 
 
Untuk harga jualnya dipatok sama seperti biasa sekitar Rp 20.000 per botol. Selama ini, konsumen Sambal Roa Mr Tejo adalah para pelancong dalam dan luar negeri.                   

Produksi belum maksimal, habiskan stok yang berlebih

Meski dalam beberapa hari, penjualan lebih sedikit dari hari-hari biasanya, para pengusaha kecil ini tetap optimitis. Meski perputaran roda usaha masih pelan, dengan melakoni aktifitas seperti biasanya, mereka  ingin tak selalu bergantung pada bantuan. 
 
Awal-awal membuka gerainya, Suwarno, pemilik Bawang Goreng Mbok Sri masih mengandalkan stok barang yang ada. Ia masih menyimpan lebih dari 20.000 bungkus dari berbagai produk yang biasa dijualnya.  
 
"Jadi beberapa minggu lalu kami diminta oleh pemerintah kota untuk meningkatkan produksi karena Palu akan menyelenggarakan dua event besar, namun saat semua barang jadi bencana pun melanda," katanya. 
 
Oleh karena itu, untuk sementara, Suwarno tidak melakukan produksi sampai sebagian besar barang habis terjual, khususnya untuk bawang goreng. Sementara,  untuk sambal ikan roa dan rono, dia tetap melakukan produksi dalam jumlah kecil. Karena, untuk memenuhi kebutuhan relawan yang digunakan sebagai bahan makanan pengungsi bencana. 
 
Meski kota Palu telah luluh lantak, ketersediaan bahan baku ikan masih melimpah. Pedagang ikan pun terpaksa menjual ikan-ikan dengan harga murah karena masih jarang pembeli. 
 
Anton Widijarmanto, Pemilik Sambal Roa Mr Tejo juga mengandalkan stok produk yang ada. Pasalnya, masih ada ribuan botol sambal roa yang belum terjual. 
 
Sama seperti Suwarno, dia juga telah menyiapkan banyak stok pada beberapa minggu terakhir, sebelum terjadinya gempa. Anton pun meningkatkan kapasitas produksi untuk mengantisipasi banyaknya permintaan para pelancong dari dalam dan luar negeri. 
 
Maklum, sepanjang Oktober ini, sejatinya banyak event yang terselenggara. Salah satunya adalah Tour de Central Celebes (TdCC). 
 
Dia pun belum tahu kapan akan kembali produksi. Selain stok masih banyak, Anton juga masih trauma dengan goncangan keras yang melanda wilayahnya. 
 
Anton berharap, setelah kotanya kembali pulih dan infrastruktur selesai diperbaiki, pemerintah dan Pemkot Palu  dapat kembali melakukan kegiatan promosi pariwisata untuk mengundang para turis datang. Dengan begitu, pelaku usaha disana akan kembali bergairah dan iklim berusaha pun kembali normal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×