kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Topi Purwakarta tak selalu bundar (1)


Selasa, 05 Januari 2016 / 15:45 WIB
Topi Purwakarta tak selalu bundar (1)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi

Kabupaten Purwakarta memiliki sejumlah sentra industri mikro dan kecil yang menjadi mata pencaharian warganya. Salah satunya di Desa Cijunti, Kecamatan Campaka. Di sini, ada sekitar 20 perajin topi yang menerima pesanan dari instansi swasta, pemerintah maupun dari partai politik dan juga topi sekolah.

Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, tidak hanya tenar akan sate maranggi yang menjadi kuliner khas wilayah tersebut. Banyak di antara penduduknya juga berprofesi sebagai perajin industri kecil. Salah satunya di Desa Cijunti, Kecamatan Campaka, salah satu sentra pembuatan topi di Purwakarta.

Topi yang dibuat umumnya pesanan dari lembaga pemerintahan, partai politik atau industri yang bisa disesuaikan tulisan serta logonya. Bahkan ada pula yang diekspor ke luar negeri.

Ada sekitar 20 perajin topi di tempat ini. Sebagian besar dari mereka perajin rumahan yang memanfaatkan halaman belakang rumah mereka untuk memproduksi topi.

Letak sentra ini strategis karena berada di pinggir jalan raya. Saat KONTAN menyambangi sentra ini di akhir tahun lalu, tampak beberapa pegawai tengah mengerjakan topi pesanan.

Untuk berkunjung ke lokasi ini bisa menggunakan motor atau mobil. Dari daerah Sadang sekitar 20 menit perjalanan ditempuh menggunakan mobil. Di antara rumah para perajin, terdapat koperasi yang mewadahi industri ini untuk membantu dalam hal pemasaran.

Agus Susanto, salah seorang perajin topi di sentra ini bercerita, awal mula terbentuk sentra ini karena ada salah seorang perajin topi dari Bandung yang menetap di sentra ini dan mengajarkan pada penduduk. Kemudian dari situlah, beberapa penduduk mengikuti jejaknya untuk usaha topi. "Dari tiga orang perajin bertambah terus hingga 20 perajin lebih sampai sekarang," ujarnya.

Agus telah menjadi perajin sejak tahun 2010. Topi yang diproduksi Agus untuk kalangan karyawan pabrik dan industri. Korporasi dan instansi yang yang pernah memesan pada Agus, di antaranya dari Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Polri, partai politik, dan sekolah SMP dan SMA. Harga jual topi berkisar Rp 7.000 hingga Rp 20.000 per unit, tergantung dari  kerumitan logo dan tulisan yang dipesan.

Dibantu 18 orang pegawai, Agus bilang satu pegawai bisa mengerjakan 100 unit topi saban hari. Pengerjaan dilakukan dari hari Senin hingga Sabtu, sementara hari Minggu libur. "Tetapi kalau banyak pesanan, biasanya hari minggu kerja juga," ucapnya. Rata-rata Agus bisa memproduksi 2.500 unit hingga 5.000 unit per bulan. Dari situ, dia bisa meraup omzet sekitar Rp 15 juta.

Sementara perajin topi lainnya, Lidayatna Murti memproduksi topi untuk anak-anak umur 2 tahun hingga 10 tahun. Topi buatannya untuk memasok ke salah satu toko di Tanah Abang yang sudah jadi langganannya.

Harga jual topi anak-anak buatan Lidayatna mulai dari Rp 120.000 hingga Rp 150.000 per unit, tergantung model dan tingkat kesulitan desain. Dalam sebulan, Lidayatna bisa membuat 80 buah hingga 100 topi. Hitungan dia, sehari bisa mendapat omzet Rp 100.000 hingga Rp 300.000 atau Rp 9 juta per bulan.     

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×