kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren bisnis kedai kopi masih harum (bagian 3)


Sabtu, 13 Juli 2019 / 10:15 WIB
Tren bisnis kedai kopi masih harum (bagian 3)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua label kedai kopi lokal, Kopi Kenangan dan Fore Coffee mampu merebut perhatian perusahaan ventura sejak tahun lalu. Suntikan dana dari modal ventura ini tentu jadi angin segar bagi bisnis kedai kopi di tanah air.

Kedai kopi memang butuh modal cukup besar agar bisa cepat ekspansi terutama menambah gerai. Dukungan dana dari perusahaan modal ventura bisa menjadi salah satu solusi bisnis kedai kopi.

Konsultan bisnis dan waralaba dari DK Consulting, Djoko Kurniawan berpendapat, masuknya perusahaan ventura ke bisnis kedai kopi Tanah Air menujukkan bahwa bisnis ini memiliki prospek keuntungan sangat menjanjikan ke depannya. Salah satu pertimbangannya adalah pasar usaha ini sangat luas, dan tren es kopi susu yang tengah menjamur dan masih terus tumbuh subur di pasar domestik. "Pasar kopi di Indonesia memang sangat menjanjikan sejak lama," katanya kepada KONTAN, Minggu (7/7).

Hal ini bisa terlihat dari keberadaan warung kopi tradisional yang sudah banyak muncul di sejumlah daerah. Seperti yang ada di Padang, Aceh atau kota lain di Sumatra, yang kerap terlihat warung kopi tradisional banyak berjejer.

Tak cuma di daerah, warung kopi juga mulai meruyak di sekitar areal Jabodetabek. "Dan sekarang ini dimodernisasi menjadi kedai kopi," tuturnya.

Untuk lima tahun ke depan, prospek bisnis kedai kopi masih menjanjikan. Namun suatu saat jika pasar sudah mulai jenuh akan ada pelaku usaha kedai kopi yang satu per satu berguguran.

Kalau ini sudah terjadi, maka pada akhirnya bisnis kedai kopi hanya menyisakan merek-merek besar saja yang bisa menjaga kualitas di persaingan bisnis dengan pemain kedai kopi lainnya.

Salah satu yang menjadi contoh yang sudah terjadi adalah persaingan minuman bubble tea. Usaha minuman asal Taiwan itu sempat booming beberapa tahun lalu. Sekarang, pemain bubble tea mulai bertumbangan. "Yang tersisa hanya merek yang besar seperti Chatime. Kedai kopi suatu saat juga akan seperti itu," tuturnya.

Maka tidak heran kalau ada beberapa kedai kopi yang mencoba melangkah lebih jauh seperti Kopi Kenangan dan Fore Coffee yang sudah menggandeng modal ventura sebagai mitra bisnis.

Namun ada kelemahan dan kelebihan dari model bisnis yang diambil para pemain kedai kopi tersebut. Di satu sisi modal ventura bisa mempercepat pertumbuhan bisnis, terutama dari sisi ekspansi gerai. Selain itu, penambahan modal membuat pemilik kedai kopi lebih leluasa menggunakan dana untuk biaya pemasaran.

Ia mengambil contoh Kopi Kenangan yang menargetkan ada 150 gerai pada akhir tahun ini. Kalau dengan skema waralaba paling banyak 20 gerai saja.

Sisa dana juga bisa dipakai untuk strategi pemasaran. Tapi sisi negatifnya, konten lokal yang menjadi ciri khas dari suatu produk termasuk kedai kopi bisa hilang.

Inilah yang membuat Andanu Prasetyo, pemilik Kopi Tuku tidak mau bermitra dengan modal ventura. Yang dijual Kopi Tuku bukan cuma es kopi susu tapi ada nilai lokal yang membuat Tuku seperti ini."Kopi Tuku kurang cocok dikembangkan lewat jalur investor," katanya.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×