Reporter: Nisa Dwiresya Putri, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
Ketersediaan bahan baku yang melimpah seringkali menginspirasi orang untuk memulai sebuah bisnis. Maklum, terjaminnya stok bahan baku merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu usaha.
Derasnya pasokan tuna ketika awal Pelabuhan Pacitan beroperasi, menjadi awal cikal bakal Tahu Tuna Pak Ran sekitar tahun 2007-2008 silam. Widat Mardika, Manajer Toko Tahu Tuna Pak Ran mengatakan, usaha tahu tuna ini berdiri karena pada saat itu pasokan ikan melimpah dan harganya murah.
Seperti kata pepatah ada gula ada semut, pasokan bahan baku yang melimpah mengundang banyak pelaku bisnis lainnya. Apalagi, produk olahan tahu tuna ini memang banyak diminati konsumen.
Dalam perkembangannya, tak hanya Tahu Tuna Pak Ran, kian banyak pemain yang ikut mencicipi gurihnya bisnis olahan tuna ini. Bahkan, jumlahnya mencapai ratusan. "Padahal, dulu hanya ada dua yang jual tahu tuna di Pacitan ini," kata Widat.
Alhasil, persaingan pun menjadi ketat. Tak hanya persaingan dalam penjualan, namun juga persaingan untuk memperoleh bahan baku yang benar-benar berkualitas.
Banyaknya pemain mengakibatkan bahan baku berkualitas menjadi rebutan. Pelaku usaha pun harus cerdik mengakali kekurangan bahan baku ini.
Dengan permintaan yang terus meningkat, Widat bilang, Tahu Tuna Pak Ran harus punya strategi khusus supaya tetap produksi. "Pak Ran punya strategi khusus, agar produksi saat ikan melimpah dan seret tetap seimbang dan harga jual tetap aman," kata Widat.
Menjadi salah satu oleh-oleh khas Pacitan, Tahu Tuna Pak Ran dibuat tanpa bahan pengawet. Dalam kondisi beku, tahu tuna bisa bertahan hingga tiga bulan. “Dalam suhu normal, jika sudah lebih 24 jam rasanya kurang bagus,” kata Widat.
Sementara Yoga Maylano, pemilik Sambel Tuna juga mengatakan dalam momen tertentu susah mendapatkan bahan baku berkualitas. Oleh karena itu, dia menghentikan produksi bila tidak tersedia tuna segar sesuai standarnya.
Yoga memang benar-benar memperhatikan kualitas bahan baku, lantaran Sambel Tuna merupakan produk baru. Ia menjaga kepercayaan konsumen dengan penggunaan bahan pilihan. "Saya hanya mau menggunakan ikan tuna segar. Kalau sudah disimpan dalam pendingin lebih baik tidak," jelas dia.
Laki-laki asal Manado yang kini tinggal di Yogyakarta ini mengaku harus bekerjasama dengan pemasok untuk mendapatkan tuna segar dari Semarang atau Pacitan. Hal ini disebabkan, tidak ada suplai tuna segar di sekitar Yogyakarta.
Kedepan, dia berharap bisa menjalin kerjasama dengan lebih banyak pemasok untuk mendapatkan bahan baku. Sehingga, jumlah produksinya pun dapat meningkat dan memenuhi seluruh permintaan konsumen yang sudah meluas hingga ke negeri jiran, Malaysia.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News