kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.968.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.297   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.140   -25,59   -0,36%
  • KOMPAS100 1.039   -4,41   -0,42%
  • LQ45 799   -2,60   -0,32%
  • ISSI 231   -0,47   -0,20%
  • IDX30 415   -1,09   -0,26%
  • IDXHIDIV20 486   -0,03   -0,01%
  • IDX80 117   -0,36   -0,31%
  • IDXV30 120   0,59   0,49%
  • IDXQ30 134   0,13   0,09%

Ukiran gamelan bali digemari musisi (2)


Rabu, 05 Agustus 2015 / 13:27 WIB
Ukiran gamelan bali digemari musisi (2)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Sentra ukiran gamelan yang terletak di Desa Sayan, Ubud, Bali ini sudah banyak dikenal orang. Pemesan yang datang ke tempat ini rata-rata berasal dari kelompok pemusik Bali hingga musisi mancanegara dan para turis asing. Produk yang dibuat berasal dari kayu nangka atau sengon yang diambil dari daerah Bali atau luar kota.

Banjar Sindu adalah salah satu banjar yang terdapat di Desa Sayan, Ubud, Bali. Di tempat ini ada sekitar 20 rumah penduduk yang digunakan sebagai tempat produksi ukiran gamelan Bali. Lantaran tempat ini menjadi sentra pembuat tempat gamelan, Anda tidak akan menemukan pemandangan proses peleburan logam dan semacamnya.

Ketika KONTAN menyambangi tempat ini, yang terlihat hanya orang-orang mengukir kayu, menghaluskan, mencukil kayu, atau mengecat kayu. Ukiran tempat gamelan dari tempat ini banyak digunakan di istana raja-raja di Bali.

Setelah para perajin di tempat ini menyelesaikan ukiran gamelan, seperangkat ukiran tersebut kemudian diboyong ke sentra tempat pembuatan gong di kabupaten Klungkung, Bali bagian Barat.

Ukiran-ukiran gamelan ini dipesan kelompok-kelompok pemusik Bali dan sekitarnya, turis asing, hingga musisi mancanegara. Khusus di kalangan musisi mancanegara, gamelan Bali dianggap memiliki suara khas yang indah bila dipadukan dengan alat musik modern.

Salah satu perajin ukiran gamelan, Nyoman Santra, mengatakan, dirinya tidak memiliki pegawai alias hanya seorang diri menjadi pengukir tempat gamelan di rumahnya. Dia sempat memiliki pegawai namun tidak bertahan lama karena mereka memilih bekerja di hotel-hotel.  

Profesi ini telah ditekuni pria berusia 49 tahun ini sejak tahun 1997. Dia membuat ukiran tempat gamelan dari kayu nangka, kayu sengon, dan kayu blalu yang didatangkan dari Bondowoso, Jawa Timur dan dari Bali.

Setiap sebulan atau dua bulan sekali Nyoman Santra mengambil kayu dari pemasok kayu. Semua hasil ukiran kayu buatan Nyoman dibuat setengah jadi. Nyoman paling banyak membuat ukiran untuk tempat gong, karena itu yang paling laris.

Jika setengah jadi, harga jual ukiran tempat gamelan tersebut sekitar Rp 17 juta. Sedangkan untuk ukiran yang sudah jadi dijual sampai dengan Rp 25 juta.

Wayan Sudira, perajin lainnya memesan kayu gelondongan maupun kayu olahan sebagai bahan baku tempat gamelan dari luar daerah. Misalnya dari Banyuwangi.

Karena usaha Wayan Sudira skalanya lebih besar, maka frekuensi pemesanan kayu juga lebih cepat. Dia juga biasanya menggunakan kayu nangka dalam pembuatan ukiran ini. "Pesannya setiap dua minggu atau tiga minggu sekali," kata Wayan.

Dalam proses mengukir kayu, biasanya spontan dan tidak perlu membuat sketsa atau desain terlebih dahulu. Wayan dan kedua puluh karyawannya sudah tidak perlu lagi petunjuk mengenai motif yang ingin diukir. "Biasanya motif ukiran yang dibuat itu motif naga, leak, atau barong, atau bisa juga bunga-bunga kamboja," kata Wayan.

Yang jelas setiap pembuatan ukiran gamelan tidak ada yang sehari jadi karena ada beberapa tahapan yang harus dilewati. Misalnya, setelah kayu dipotong dan dihaluskan, lalu diserahkan kepada pengukir. Setelah itu, kayu yang telah diukir dihaluskan dan dicat. Sehingga secara keseluruhan  membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk menyelesaikan satu unit alat gamelan.     

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×