Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ula, sebuah perusahaan rintisan B2B e-commerce marketplace terkemuka di Indonesia, telah mengumpulkan pendanaan seri B sebesar US$ 87 juta setara dengan Rp 1,24 triliun yang dipimpin bersama oleh Prosus Ventures, Tencent, dan B-Capital.
Ula adalah marketplace e-commerce grosir multi-kategori horisontal yang berdiri pada 2020. Ula mengkombinasikan teknologi, alat, serta keahlian dari ritel modern dengan struktur biaya ramping yang dimiliki oleh warung tradisional - membawa yang terbaik dalam hal pilihan produk, harga, serta modal usaha kepada para pemilik warung untuk meningkatkan pendapatan mereka secara keseluruhan
Pendanaan tersebut juga diikuti oleh Bezos Expeditions, yang merupakan perusahaan venture capital milik pendiri dari Amazon, Jeff Bezos, beserta investor-investor terkemuka di Asia Tenggara lainnya yaitu Northstar Group, AC Ventures, dan Citius.
Para investor yang telah mendanai Ula pada seri sebelumnya seperti Lightspeed India, Sequoia Capital India, Quona Capital, dan Alter Global, juga turut berpartisipasi kembali pada pendanaan seri B kali ini. Ula juga turut mengajak Pandu Sjahrir, yang merupakan seorang investor berpengalaman serta pengusaha, sebagai penasehat perusahaan.
Riky Tenggara, Co-Founder dan Chief Operating Officer Ula mengatakan, di dunia yang telah didukung teknologi, warung tidak lagi hanya menjadi “sekedar sebuah toko saja”, melainkan merupakan sebuah pintu gerbang bagi warga sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga: Semester I 2021, lebih dari 100 startup raih pendanaan US$ 3,8 miliar
Warung pada umumnya memiliki keunggulan yang besar, seperti biaya yang sangat kecil (karena dijalankan oleh anggota keluarga dan telah memiliki tempat sendiri) serta memiliki hubungan yang erat dengan pelanggannya.
Sementara e-commerce menghadapi masalah biaya pengiriman yang mahal dan toko ritel tradisional memiliki bangunan fisik terbatas di jalan utama, ada banyak pemilik warung tradisional yang mendapatkan keuntungan dengan melayani kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekitar mereka.
Namun, keuntungan yang kecil, pilihan produk yang terbatas, serta modal usaha yang terbatas membuat mereka tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan pelanggan di sekitar mereka dan merealisasikan potensi pertumbuhan bisnis mereka.
“Memecahkan kompleksitas masalah rantai pasokan di Indonesia merupakan sebuah upaya yang sangat menantang dan berdampak. Sebagai perusahaan yang dibangun dari sebuah komunitas, kami tidak dapat meremehkan pentingnya memberikan layanan yang selalu dapat diandalkan oleh pelanggan kami, khususnya layanan yang dapat memberikan perbedaan yang nyata bagi kehidupan mereka. Tim kami akan senantiasa berjuang untuk dapat memberikan manfaat penggunaan teknologi bagi jutaan warung di Indonesia, khususnya di luar daerah metropolitan,” kata Riky dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Senin (4/10).
Sementara itu, Patrick Walujo, Co-Founder dan Managing Partner Northstar mengatakan, pihaknya mengenal tim Ula sejak sebelum mereka memulai proyek ini dan telah mengamati pertumbuhan Ula dari dekat.
Ia menyatakan, setelah lebih dari satu dekade berinvestasi di Asia Tenggara, Partner Northstar telah menyaksikan bahwa perusahaan-perusahaan dengan misi sosial yang kuat dapat bertumbuh dengan sangat cepat.
"Kami mempunyai kesamaan misi dengan Ula dalam memberdayakan UMKM Indonesia melalui teknologi dan berharap dapat mendukung pertumbuhannya di Indonesia," ujarnya.
Pendanaan Seri B Ula, yang diumumkan hanya delapan bulan setelah pendanaan Seri A di bulan Januari, akan digunakan untuk investasi pada pertumbuhan kehadiran Ula di seluruh Indonesia, penambahan kategori baru, pengembangan layanan Beli-Sekarang-Bayar-Nanti atau Buy-Now-Pay-Later (BNPL), serta pembangunan teknologi baru, infrastruktur logistik, dan rantai pasokan lokal.
Dengan bertambahnya warung yang terdaftar, Ula sekarang dapat menggunakan data transaksi warung serta pengetahuan tentang pasar ritel untuk memberikan pilihan layanan pay later, yang diprediksi memiliki total nilai pasar sebesar US$ 150 miliar di Indonesia.
Adanya keterbatasan akses pemilik warung terhadap layanan perbankan tradisional dan ketergantungan mereka dengan pemasukan harian, membuat pilihan pembayaran pay later kepada supplier memiliki manfaat yang luar biasa bagi mereka.
Baca Juga: Perkuat modal, BNI rilis Additional Tier-1 Capital Bond sebesar US$ 600 juta
Pendanaan Seri B Ula ini adalah kali ke-dua Ula meraih pendanaan di tahun ini. Hal ini memperkuat komitmen Ula untuk mendukung para pemilik warung tradisional yang kurang terlayani dengan baik, khususnya mereka yang berada di kota Tier 2 hingga Tier 4 di mana akses terhadap sumber daya dan infrastruktur logistik masih menjadi tantangan utama.
Selama masa pandemi yang sulit ini, banyak pemilik warung yang telah secara sukses menggunakan teknologi dan solusi dari Ula untuk tetap dapat menjalankan usahanya serta menjamin keselamatan orang-orang yang terlibat dalam usaha tersebut.
Perusahaan melanjutkan, misi utama pihaknya adalah untuk mendukung warung tradisional sangat relevan khususnya di masa pandemi.
Ula secara optimal berusaha memperkuat kehadirannya untuk memperbanyak pilihan produk, serta meningkatkan kualitas layanan di daerah pedesaan dan kawasan yang memiliki akses terbatas, dengan tujuan untuk membantu para pemilik warung mempercepat proses pemulihan usahanya akibat Covid-19.
"Dengan Ula, mereka tidak perlu lagi khawatir tentang pembelian barang, ketersediaan produk, atau bahkan pembayaran, yang tentunya akan memberikan mereka waktu lebih banyak untuk fokus kepada hal lain yang lebih penting. Melihat secara langsung dampak yang telah Ula berikan pada kehidupan pelanggan tentunya menggerakkan tim kami untuk terus maju,” tambah Derry Sakti, Co-Founder dan Chief Commercial Officer Ula.
Baca Juga: Tambah modal, sejumlah BPD siapkan rencana IPO
Adrian Li, Founder, Managing Partner AC Ventures menambahkan, misi Ula untuk memberdayakan 63 juta UMKM di Indonesia dengan teknologi digital merupakan salah satu peluang terbesar di Asia Tenggara.
Berkontribusi lebih dari 60% dari Produk Domestik Bruto Indonesia, UMKM merupakan penyokong perekonomian Indonesia dan Ula menyediakan pengadaan dan sistem operasional yang lebih efisien, dan pada akhirnya membuka akses akan pemenuhan kredit yang sangat dibutuhkan untuk memperluas skala bisnis UMKM.
Hanya dalam 20 bulan sejak peluncuran dan di tengah kondisi pandemi Covid-19, Ula telah tumbuh sebesar 230 kali lipat dan sekarang menawarkan lebih dari 6,000 produk serta melayani lebih dari 70,000 warung di dalam platformnya. Ula memiliki tim yang tersebar di 3 negara dan merupakan salah satu perusahaan rintisan dengan pertumbuhan tercepat di kawasan ini.
Seri pendanaan Ula sebelumnya meliput pendanaan awal sebesar US$ 10,5 juta pada Juni 2020 yang dilanjutkan dengan pendanaan Seri A pada bulan Januari 2021 sebesar US$ 20 juta.
Selanjutnya: Incar valuasi US$ 25 miliar, Volvo Cars kebut rencana IPO di bursa Stockholm
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News